Tag Archives: sekutu

Tugu Muda Ikon Semarang Ternyata Pernah Dipindahkan, Begini Kisahnya



Semarang

Tugu Muda, ikonnya kota Semarang ternyata pernah dipindahkan. Lokasinya yang sekarang bukanlah lokasi pertama monumen tersebut. Bagaimana kisahnya?

Tugu Muda merupakan sebuah monumen untuk memeringati Pertempuran Lima Hari Semarang. Saat ini, Tugu Muda berdiri di tengah persimpangan lima jalan utama di Semarang. Lokasinya berada di depan bangunan bersejarah Museum Mandala Bhakti.

Namun tahukah kamu, ternyata Tugu Muda aslinya pertama kali dibangun di lokasi yang kini dikenal sebagai Alun-alun Kota Semarang. Namun pemerintah saat itu kemudian memutuskan untuk memindahkan lokasi tugu itu.


Pegiat sejarah di Kota Semarang, Kesit Widjanarko, mengatakan lokasi Tugu Muda saat ini memang lebih memiliki landasan sejarah dibandingkan dengan titik pembangunan awal. Menurutnya, di sekitar Kawasan Tugu Muda itu lah pertempuran hebat terjadi.

“Kalau kemudian berbicara Pertempuran Lima Hari di Semarang, Tempat yang sekarang itu memang lebih relevan karena pertempuran hebat terjadi sepanjang Jalan Kalisari sampai Jalan Pemuda,” kata Kesit saat ditemui di Rumah Po Han, Minggu (13/10).

“Kemudian mulai Jepang merebut kembali Gedung Markas Kempetai yang hari ini menjadi Museum Mandala Bhakti, terus kemudian merebut Lawang Sewu dari tangan pemuda itu korbannya banyak,” tambahnya.

Mulanya, pada 28 Oktober 1945, Tugu Muda sempat dibangun di tempat yang kini dikenal sebagai Alun-Alun Masjid Agung Kota Semarang. Namun hanya berjalan tiga minggu, pertempuran kembali meletus dan proyek ini terhenti.

“Lokasinya di Alun-Alun Semarang. Hari ini (alun-alun itu berada) di sekitar wilayah antara Pasar Johar dan Masjid Kauman,” jelas dia.

Tugu Muda Dipindahkan Pada 1951

Usai pertempuran melawan sekutu mereda, pembangunan Tugu Muda kembali dilanjutkan pada 1951. Namun, pemerintah memutuskan untuk memindahkan lokasi pembangunannya.

“Pada tahun 1951 oleh Wali Kota Semarang waktu itu, Hadisoebeno Sosrowerdojo, Tugu Muda diboyong ke lokasi yang sekarang dan mulai dibangun lagi,” ungkap Kesit.

Kesit menerangkan lokasi baru Tugu Muda awalnya merupakan ruang terbuka hijau. Kawasan ini juga dikatakannya sempat dinamai Taman Merdeka.

“Persimpangan yang kita kenal sekarang tempat berdirinya Tugu Muda, dulu namanya wilhelminaplein. Sebuah ruang terbuka hijau berbentuk bundar, berumput-rumput,” ujar Kesit.

“Menurut beberapa jejak digital, sempat ada penamaan Taman Merdeka sebelum akhirnya jadi Taman Tugu Muda,” sambungnya.

Pembangunan Tugu Muda berlangsung sekitar dua tahun. Pada 20 Mei 1953, tugu ini diresmikan oleh Presiden Soekarno.

“Langsung diresmikan Bung Karno. Di situ juga turut hadir Gubernur Wongsonegoro dan Wali Kota Hadisoebeno serta disaksikan masyarakat Kota Semarang,” jelas Kesit.

Diberitakan sebelumnya, awal mula rencana pembangunan Tugu Muda sempat disiarkan melalui sebuah koran. Berita itu mengabarkan jika Tugu Muda akan dibangun di tempat yang kini dikenal sebagai Alun-Alun Masjid Agung Kota Semarang.

“Lokasinya di Alun-Alun Semarang. Hari ini (alun-alun itu berada) di sekitar wilayah antara Pasar Johar dan Masjid Kauman,” kata pegiat sejarah di Kota Semarang, Kesit Widjanarko saat ditemui detikJateng, Minggu (12/10).

“Dari arsip berita Warta Indonesia tanggal 27 Oktober 1945 itu beritanya ada. Bahwa untuk memperingati para pejuang-pejuang yang telah gugur, maka akan di bangun sebuah monumen bernama Tugu Muda,” tambah Kesit.

———

Artikel ini telah naik di detikJateng.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Monumen 1 Abad NU, Kado Istimewa di Hari Santri



Sidoarjo

Monumen 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) didirikan bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional 2025. Monumen ini sebagai bentuk penghormatan terhadap peran besar NU dan pesantren dalam perjalanan bangsa.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sidoarjo, KH Zaenal Abidin pun mengapresiasi inisiatif Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo yang telah membangun monumen tersebut.

Menurut KH Zaenal, kehadiran monumen yang juga akan dilengkapi taman tematik NU itu menjadi bentuk penghargaan atas kontribusi para ulama dan santri, khususnya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan pasca-proklamasi.


“Ini adalah hadiah besar bagi para ulama, santri, dan seluruh warga NU. Apalagi Kabupaten Sidoarjo punya sejarah panjang dalam dunia pesantren dan pergerakan nasional,” ujar KH Zaenal di lokasi Monumen 1 Abad NU, Rabu (22/10/2025).

Monumen ini sekaligus menjadi simbol bahwa perjuangan kaum santri dan para kiai bukan hanya di bidang keagamaan, tetapi dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, KH Zaenal menegaskan pentingnya peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober, tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, melainkan momen refleksi dan motivasi bagi generasi santri masa kini.

“Hari Santri adalah pengingat bahwa para santri dan kiai dulu berjuang melawan sekutu untuk mempertahankan kemerdekaan. Maka, sekarang santri harus terus mengabdi, bukan hanya pada kiai, tapi pada bangsa dan negara,” katanya.

Ia menambahkan, santri masa kini harus adaptif terhadap zaman. Selain menguasai ilmu agama, santri juga dituntut menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, hingga media sosial sebagai bagian dari medan dakwah yang semakin luas.

“Santri tidak cukup hanya bisa baca kitab. Mereka harus punya skill, bisa menjawab tantangan zaman, termasuk berdakwah lewat media sosial. Itulah cara santri ikut membangun bangsa hari ini,” tegasnya.

KH Zaenal juga menyinggung posisi strategis Kabupaten Sidoarjo dalam sejarah pergerakan pesantren di Indonesia. Salah satunya adalah keberadaan Pondok Pesantren Siwalan Panji, yang telah melahirkan banyak tokoh besar nasional dan pendiri pesantren ternama.

“Dari Siwalan Panji lahir tokoh besar seperti Mbah Kholil Bangkalan, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Mbah Khosim, KH Abas, KH Samsul Arifin, hingga pendiri Pondok Modern Gontor. Mereka semua alumni Siwalan Panji. Maka, sangat pantas jika peringatan 1 Abad NU ditandai dengan monumen di Sidoarjo,” jelasnya.

Menurut KH Zaenal, monumen ini tidak hanya penting secara simbolis, tetapi juga sebagai pusat edukasi sejarah perjuangan santri dan NU di masa mendatang.

“Semoga ini bisa jadi pengingat bahwa perjuangan santri belum selesai. Kita punya tanggung jawab menjadikan Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” pungkasnya.

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Sullamul Hadi Nurmawan mengatakan, monumen ini layak didirikan di sini, karena ada satu momen bersejarah peringatan 1 abad Nahdlatul Ulama. Saat itu, berjuta orang datang ke Sidoarjo untuk memanjatkan doa bersama.

“Momen tersebut sekaligus menjadi simbol bahwa NU, dengan seluruh loyalitas dan pengorbanan warganya, telah memberikan begitu banyak untuk bangsa. NU tidak pernah menagih apapun, hanya menginginkan Indonesia terus maju,” kata Sullamul Hadi Nurmawan yang akrab dipanggil Gus Wawan.

Gus Wawan yang juga anggota DPRD Sidoarjo menambahkan, dari sisi geografis, Sidoarjo memang sangat layak menjadi tempat lahirnya santri-santri luar biasa. Tokoh besar seperti Mbah Hasyim Asy’ari pun pernah mondok di Buduran. Jadi, Sidoarjo bukan sekadar wilayah, tetapi bagian penting dari sejarah besar NU.

“Kita tidak harus menyebutnya ‘kota santri’, namun Sidoarjo adalah kota yang menuju metropolis dengan ruh kesantrian yang tetap tinggi. Santri itu tegas, penuh cinta, dan kasih sayang, nilai-nilai itu yang terus hidup di tengah masyarakat Sidoarjo,” pungkas Gus Wawan.

——-

Artikel ini telah naik di detikJatim.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

5 Kultum Hari Santri Nasional 2025: Dari Santri untuk Negeri


Jakarta

Setiap tanggal 22 Oktober, masyarakat Indonesia memperingati Hari Santri Nasional sebagai momentum untuk mengenang perjuangan para santri dalam menjaga nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Momen ini juga menjadi pengingat agar semangat perjuangan, keikhlasan, serta dedikasi santri terhadap ilmu dan tanah air terus hidup di hati generasi muda.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Puisi adalah Senjata karya Gagak Lumayung, penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dilakukan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015, yang ditandatangani pada 15 Oktober 2015. Peringatan ini menegaskan peran penting santri dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.

Dalam rangka memperingatinya, berbagai kegiatan digelar di pesantren dan masjid, salah satunya melalui tausiah atau kultum. Untuk itu, berikut beberapa contoh kultum Hari Santri Nasional yang dirangkum dari berbagai sumber.


Kultum Hari Santri

1. Kultum Hari Santri 1: Peran Santri untuk Indonesia Maju

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillah. Alhamdulillahilladzi kholaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu amala. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.

Allahumma shalli ala Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat, serta nikmat kesempatan sehingga saya dan kita semua bisa hadir dan menjemput momentum Hari Santri Nasional Tahun 2025.

Sholawat berbingkai salam kita sampaikan kepada Nabi akhir Zaman, Sayyidina Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita semua mendapat syafaat beliau di Hari Kiamat nanti.

Hadirin yang berbahagia,

Pada tahun 2025 ini kita sama-sama masih berjuang untuk menyehatkan diri, keluarga, madrasah dan lingkungan sekitar.

Dan pada tahun ini pula kita kembali menjemput momentum Hari Santri Nasional seperti tahun-tahun sebelumnya.

Walau demikian, tetap tidak apa-apa karena santri punya peran besar yaitu mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045.

Masih cukup lama, ya? Namun cita-cita besar negeri ini harus kita rencanakan dan perjuangkan sedari jauh-jauh hari.

Sejatinya santri mengambil peran besar untuk memajukan Bumi Pertiwi. Bukan sebagai “pasukan bersarung” yang menggaungkan resolusi jihad, tapi santri juga ikut berperan dalam menggapai Indonesia Maju.

Jika dulu para santri ikut berkontribusi bersama bangsa ini dalam menumpas penjajah menggunakan senjata, maka sekarang kisahnya menjadi sangat berbeda.

Santri hari ini adalah santri milenial, santri kreatif, serta santri yang percaya dengan kemampuan diri.

Sudah bukan zamannya lagi jika ada santri yang tidak mengerti dengan teknologi, dan sudah bukan zamannya lagi jika santri tidak boleh berprestasi di bidang sains dan akademik lainnya.

Untuk itulah, lembaga pesantren maupun madrasah diharapkan mau dan mampu terus mengembangkan kurikulum, kualitas pengajar, serta kualitas output santri agar di hari mendatang mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT;

Ada jutaan santri di Indonesia yang saat ini sedang menempuh ilmu. Meski mengambil peran penting untuk menggapai cita-cita Indonesia emas tahun 2045, sebenarnya akhlak adalah poin utama yang paling penting.

Kita sama-sama tahu bahwa tidak sedikit anak-anak muda yang mulai bobrok akhlaknya, mulai liar lidahnya dengan kata-kata kotor, serta mulai luntur perilaku hormatnya.

Ilmu pengetahuan memang penting, kecerdasan juga penting, tapi tetap adab dan akhlak adalah yang nomor satu.

Maka dari itu, marilah kita semangati para santri untuk istiqomah di jalan kebaikan. Motivasilah para santri di mana pun mereka berada untuk terus belajar, menebar kebaikan, jihad fisabilillah, serta terus memperbaiki diri menuju takwa.

Hadirin yang dimuliakan Allah;

Mari kita semangati santri, dan bangga menjadi santri. Saya akhiri dengan pantun:

Di taman ada mawar berduri

Di sebelahnya ada bungkus mie kari Aku bangga menjadi santri

Karena santri adalah harapan negeri

Akhiru kalam, Wassalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh.

2. Kultum Hari Santri 2: Resolusi Jihad Para Pejuang

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh

Hari Santri diperingati setiap tanggal 22 Oktober sebagai momentum untuk mengingat, mengenang, dan meneladani kaum santri yang telah berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy’ari mencetuskan Resolusi Jihad sebagai seruan kepada kaum muslimin untuk berjihad melawan sekutu. Sebagai santri masa kini, kita harus melanjutkan perjuangan para pendahulu. Namun bentuk perjuangannya tidak lagi dengan mengangkat senjata, melainkan dengan ilmu dan akhlak yang baik.

Kita harus menjadi garda terdepan dalam menjaga moral bangsa, menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, serta ikut serta dalam pembangunan nasional dengan kerja keras dan keikhlasan.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Arab latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥū fil-majālisi fafsaḥū yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzū fansyuzū yarfa’illāhul-lażīna āmanū minkum, wal-lażīna ūtul-‘ilma darajāt(in), wallāhu bimā ta’malūna khabīr(un).

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Ayat ini mengingatkan kita bahwa ilmu adalah kunci utama untuk meningkatkan kualitas hidup, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa.

Kita harus menjadi pemimpin di tengah masyarakat, tidak hanya dalam hal agama, tetapi juga dalam bidang pendidikan, sosial, dan pembangunan ekonomi. Saat ini tantangan yang kita hadapi sangat berbeda. Kita harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.

Kita juga harus bisa menyaring mana budaya yang bisa diambil dan mana yang harus dihindari.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 125:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Arab latin: Ud’u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau’iẓatil-ḥasanati wa jādilhum bil-latī hiya aḥsan(u), inna rabbaka huwa a’lamu biman ḍalla ‘an sabīlihī wa huwa a’lamu bil-muhtadīn(a).

Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.

Allah mengajarkan kita untuk berdakwah dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan, menggunakan pendekatan yang penuh rahmat, bukan dengan kekerasan.

Sebagai santri, marilah kita terus belajar, mengamalkan ilmu, dan menjaga akhlak agar menjadi pribadi yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Mari kita maknai Hari Santri Nasional ini sebagai momentum untuk terus berjuang dalam kebaikan dan menjadi generasi yang mampu menjaga amanah para ulama.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan, petunjuk, dan keberkahan dalam setiap langkah kita. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Sebelum saya akhiri kultum ini, izinkan saya membawakan sebuah pantun:

Jalan-jalan ke Monumen Nasional,
Pulangnya pasti membawa layang.

Selamat Hari Santri Nasional,
Mari berdoa demi para pejuang.

Wabillahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3. Kultum Hari Santri 3: Jihad Santri Jayakan Negeri

Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat-Nya atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama, saya ucapkan Selamat Hari Santri Nasional. Hari yang penuh makna ini kita rayakan dengan semangat dan kebanggaan atas peran besar santri dalam perjalanan bangsa.

Tahun ini, tema Hari Santri adalah “Jihad Santri Jayakan Negeri.” Tema ini mengingatkan kita bahwa santri bukan hanya penuntut ilmu agama, tetapi juga pejuang dalam arti yang
Luas, yakni pejuang ilmu, akhlak, dan kemajuan bangsa.

Santri adalah sosok yang berkomitmen menuntut ilmu, menjaga moralitas, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menjadi benteng nilai-nilai keagamaan di tengah masyarakat sekaligus motor penggerak perubahan menuju kebaikan.

Jihad santri bukanlah jihad dalam arti mengangkat senjata, melainkan perjuangan tanpa henti untuk membangun negeri melalui ilmu, kerja keras, dan pengabdian. Inilah jihad yang sesungguhnya yaitu jihad dengan pena, dengan ilmu, dan dengan akhlak mulia.

Santri telah lama menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai luhur Islam, menanamkan semangat toleransi, dan memperkuat persatuan bangsa. Mereka adalah teladan dalam kesungguhan, keikhlasan, dan keteguhan hati.

Melalui semangat jihad santri, kita dapat mewujudkan berbagai cita-cita luhur, di antaranya:
Membangun sumber daya manusia unggul, dengan menanamkan ilmu, moralitas, dan kepemimpinan.
Menumbuhkan sikap toleransi dan kerukunan, agar masyarakat tetap harmonis di tengah keberagaman.
Mendorong kemajuan ekonomi dan inovasi, melalui karya dan kontribusi nyata di berbagai bidang.
Memerangi ketidakadilan dan kemiskinan, dengan kepedulian sosial dan aksi kemanusiaan yang nyata.

Hari Santri Nasional menjadi momen untuk menghargai jasa para santri yang telah berjuang dari masa ke masa, sejak zaman perjuangan kemerdekaan hingga era pembangunan saat ini.

Mari kita jadikan semangat jihad santri sebagai inspirasi untuk terus berbuat baik, menebar manfaat, dan menjaga amanah para ulama dalam memajukan agama dan bangsa.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan, kekuatan, dan kebijaksanaan kepada para santri di seluruh Indonesia, agar tetap istiqamah dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam dan menyejahterakan negeri ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4. Kultum Hari Santri 4: Generasi Penerus Perjuangan Bangsa

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semoga rahmat, berkah, dan kasih sayang Allah SWT senantiasa menyertai kita semua.
Hari ini kita berkumpul sebagai umat Islam yang berpegang teguh pada tali Allah, untuk memperkuat perjalanan rohani dan memperdalam pemahaman kita tentang agama Islam.

Melalui kesempatan ini, marilah kita menjadikan pertemuan ini sebagai ajang untuk mempererat hubungan dengan Allah SWT, memperdalam ilmu agama, dan menumbuhkan semangat perubahan ke arah yang lebih baik.

Semoga apa yang kita pelajari hari ini menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, memperkuat iman, serta menginspirasi kita agar menjadi muslim yang bermanfaat bagi masyarakat.

Sebelumnya, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat iman dan Islam yang masih kita rasakan hingga hari ini. Tak lupa, shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari zaman kegelapan menuju cahaya iman dan ilmu.

Santri adalah generasi penerus yang tidak hanya menuntut ilmu agama, tetapi juga berperan sebagai pencipta dan pengabdi bagi kemajuan bangsa dengan napas nilai-nilai Islam. Kekuatan iman, ilmu, dan amal yang dimiliki santri menjadi fondasi penting dalam membangun peradaban bangsa.

Sebagai penerus perjuangan dan penjaga nilai-nilai keislaman, santri memiliki tanggung jawab moral yang besar. Mereka harus siap menghadapi tantangan zaman dengan kecerdasan, keterampilan, dan keteguhan iman.

Santri juga dituntut untuk melek literasi, karena literasi merupakan senjata intelektual bagi santri untuk terus beradaptasi dan berkontribusi di tengah perubahan global yang cepat. Keberadaan santri di bumi pertiwi sangat vital dalam menciptakan arah perubahan yang membawa kemaslahatan.

Di tengah arus globalisasi dan tantangan modern, santri hadir sebagai cerminan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, yaitu Islam yang moderat, toleran, dan berlandaskan nilai Ahlussunnah wal Jamaah.

Peran santri dalam menjawab tantangan zaman membutuhkan keseimbangan antara iman, ilmu, dan amal. Melalui semangat ini, santri diharapkan mampu menjadi pelopor kebaikan yang menghidupkan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat.

Untuk itu, santri harus terus beradaptasi, belajar, dan berkontribusi aktif demi terwujudnya bangsa yang berilmu, berakhlak, dan bermartabat.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Mohon maaf atas segala kekurangan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

5. Kultum Hari Santri 5: Santri Sebagai Teladan Akhlak

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahilladzi kholaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu amala.
Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad.

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan berbagai kenikmatan, terutama nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga kita dapat berkumpul dalam acara peringatan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober ini dalam keadaan sehat walafiat.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kelak kita harapkan syafaatnya di Hari Akhir.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Sejak ditetapkan pada tahun 2015, Hari Santri Nasional menjadi momen penting bagi umat Islam, khususnya bagi para santri di seluruh Indonesia. Santri adalah mereka yang menimba ilmu agama, biasanya tinggal di pondok pesantren, dan dibimbing oleh para ustaz serta kiai.

Para santri dikenal dengan perilaku yang sopan, berakhlak baik, serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang diajarkan di pesantren. Karena itu, peringatan Hari Santri seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus menjaga jati diri sebagai santri yang berakhlak mulia.

Di era modern ini, kita menghadapi banyak tantangan dan godaan, mulai dari gaya hidup, pergaulan, hingga hiburan yang dapat melemahkan akhlak generasi muda. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk menanamkan dan menjaga akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, surat Al-Qalam ayat 4:

“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) memiliki akhlak yang sangat agung.”

Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam segala hal. Maka, sebagai umatnya, kita wajib meneladani perilaku dan ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Hadirin yang berbahagia,

Semoga dengan peringatan Hari Santri Nasional ini, kita semua semakin termotivasi untuk memperbaiki akhlak, memperkuat iman, dan mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.
Demikianlah kultum singkat pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua.

Akhirul kalam,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Susunan Upacara Hari Santri 2025 Lengkap dengan Tata Tertib


Jakarta

Upacara Hari Santri 2025 akan digelar pada Rabu, 22 Oktober 2025. Berikut susunan upacara lengkap dengan tata tertibnya.

Peringatan Hari Santri 2025 mengangkat tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”. Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof Amien Suyitno mengatakan tema ini tak lepas dari perjuangan para santri dalam mengawal kemerdekaan.

“Dulu sebelum Indonesia merdeka, kita semua tahu, betapa besarnya peran para santri mengawal kemerdekaan dan puncaknya adalah pada saat lahirnya Resolusi Jihad yang waktu itu ‘dipandikan’ oleh seorang tokoh besar Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang menyerukan jihad ketika melawan kembalinya sekutu di Surabaya,” kata Prof Suyitno dalam wawancara eksklusif Hari Santri 2025 bersama detikcom yang tayang di 20Detik.


“Itu yang kemudian mengapa tema Hari Santri tidak boleh lepas dari mengawal Indonesia merdeka karena memang ada asbabul wurud yang menjadi legitimasi nilai historis itu,” jelasnya.

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 04 Tahun 2025 tentang Panduan Pelaksanaan Peringatan Hari Santri 2025, peringatan Hari Santri 2025 bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan yang sesuai dengan tema. Upacara atau apel dilakukan pada Rabu, 22 Oktober 2025 pukul 07.00 waktu setempat.

Susunan Upacara Hari Santri 2025

Berikut contoh susunan upacara Hari Santri 2025 mengacu pada susunan upacara apel Hari Santri tahun sebelumnya:

  1. Pemimpin pleton menyiapkan pasukannya masing-masing
  2. Pemimpin (komandan)upacara memasuki tempat upacara, pasukan disiapkan
  3. Pembina upacara menuju mimbar upacara
  4. Penghormatan pasukan
  5. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara
  6. Pengibaran sang saka Merah putih diiringi lagu Indonesia Raya
  7. Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara
  8. Pembacaan naskah Resolusi Jihad
  9. Pembacaan Ikrar Santri
  10. Amanat pembina Upacara
  11. Menyanyikan lagu Mars Syubbanul Wathan
  12. Pembacaan doa
  13. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara
  14. Penghormatan pasukan
  15. Persembahan dari paduan suara
  16. Foto bersama
  17. Pasukan dibubarkan, upacara selesai

Tata Tertib Hari Santri 2025

Mengacu pada SE Menteri Agama Nomor 04 Tahun 2025, berikut Panduan Pelaksanaan Peringatan Hari Santri 2025 atau tata tertib yang perlu diperhatikan:

  1. Tema Peringatan Hari Santri 2025: Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.
  2. Logo Peringatan Hari Santri 2025 bisa diunduh di situs https://kemenag.go.id
  3. Apel Peringatan Hari Santri 2025 dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Oktober 2025 pukul 07.00 waktu setempat dan disiarkan langsung melalui kanal media sosial Kementerian Agama.
  4. Peringatan Hari Santri 2025 dapat dilakukan melalui kegiatan zikir, sholawat, munajat, doa, cek kesehatan gratis (CKG), penanaman pohon, dan kegiatan lainnya yang relevan dengan tema.
  5. Sosialisasi tema, logo, dan rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri 2025 dilaksanakan melalui website, media sosial, dan spanduk, baliho, atau standing banner.
  6. Seluruh pelaksanaan kegiatan Peringatan Hari Santri 2025 sesuai kemampuan masing masing serta mengedepankan prinsip kesederhanaan dan kekhidmatan.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Sejarah, Tokoh, dan Latar Belakang Penetapannya


Jakarta

Hari Santri Nasional diperingati setiap 22 Oktober sebagai pengingat peran ulama dan santri dalam sejarah perjuangan bangsa. Di balik penetapannya, ada tokoh-tokoh dan momen penting yang menjadi pencetus gagasan ini.

Untuk lebih jelasnya simak pembahasan mengenai tokoh-tokoh yang menjadi pencetus Hari Santri Nasional berikut ini.

Janji Presiden Joko Widodo dan Awal Gagasan

Menurut buku Detik-detik Penetapan Hari Santri karya Ahmad Zayadi dkk., gagasan Hari Santri muncul dari janji kampanye Presiden Joko Widodo pada 27 Juni 2014. Saat itu, Jokowi menyatakan bahwa jika terpilih, tanggal 1 Muharram akan dijadikan Hari Santri Nasional. Janji ini muncul di tengah kunjungannya ke pesantren, untuk mempererat hubungan dengan ulama dan santri.


Respons masyarakat, terutama kalangan pesantren dan umat Islam, sangat positif. Ide ini juga sejalan dengan program Revolusi Mental, yang menekankan pentingnya perubahan pola pikir bangsa dalam mencapai tujuan kemerdekaan.

KH Thoriq Darwis: Pengusul Gagasan

Gagasan resmi tentang Hari Santri pertama kali datang dari KH Thoriq Darwis, pengasuh Pondok Pesantren Babussalam di Malang, Jawa Timur. Saat Jokowi berkunjung ke pesantren tersebut, KH Thoriq menyarankan agar 1 Muharram dijadikan Hari Santri. Jokowi merespons positif dan menandatangani komitmen itu pada malam Jumat, 27 Juni 2014.

Penetapan Resmi Tanggal 22 Oktober

Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dilakukan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015, yang ditandatangani pada 15 Oktober 2015. Pemilihan tanggal ini terkait erat dengan peristiwa bersejarah Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari.

Mengutip Majalah Risalah NU edisi ke-118, dalam artikel “Jangan Ragukan Peran KH. Hasyim Asy’ari”, Resolusi Jihad yang dikeluarkan KH. Hasyim Asy’ari menjadi dasar moral bagi perjuangan rakyat Indonesia, khususnya di Surabaya, melawan pasukan Sekutu pada Oktober 1945.

Pada 21-22 Oktober 1945, para ulama NU dari berbagai daerah berkumpul di Surabaya dan menetapkan Resolusi Jihad Fii Sabilillah, menegaskan bahwa melawan penjajah adalah fardhu ain bagi setiap Muslim. Resolusi ini juga menekankan bahwa siapa pun dalam radius 94 kilometer dari posisi musuh wajib ikut berjuang.

Lahirnya Hari Santri memberikan pengaruh sosial dan budaya. Perayaan tahunan ini mendorong generasi muda untuk memahami sejarah pesantren dan peran santri dalam perjuangan bangsa.

Selain itu, momentum ini juga memperkuat identitas pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya fokus pada agama, tetapi juga pada semangat kebangsaan dan pelayanan masyarakat.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Tata Cara Umroh yang Sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW


Jakarta

Umroh adalah salah satu ibadah yang dilakukan di Baitullah atau Ka’bah, yang dapat dilaksanakan kapan saja di luar waktu makruh, berbeda dengan haji yang terikat waktu tertentu.

Ibadah ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengharap ridho-Nya. Bagi umat Islam, umroh juga menjadi kesempatan untuk meneladani Rasulullah SAW melalui tata cara pelaksanaan yang sesuai dengan sunnah beliau.

Dengan mengikuti tata cara umroh yang telah diajarkan, diharapkan setiap langkah ibadah ini menjadi lebih bermakna dan bernilai di hadapan Allah SWT.


Hukum Umroh

Mengutip Fikih Sunnah Jilid 3 karya Sayyid Sabiq, Imam Mazhab Hanafi dan Malik berpendapat bahwa ibadah umrah memiliki status hukum sunnah muakkad, yakni sangat dianjurkan untuk dikerjakan.

Namun, terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama mazhab mengenai kewajiban umrah. Ulama Mazhab Syafi’i dan sebagian ulama dari Mazhab Hambali menyatakan bahwa umrah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan sekali seumur hidup bagi mereka yang mampu.

Pendapat dari Mazhab Maliki dan Hanafi ini didasarkan pada salah satu riwayat hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah. Dalam hadits tersebut, Jabir menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai apakah umrah itu wajib atau tidak.

فَقَالَ: لاَ، وَأَنْ تَعْتَمِرَ فَهُوَ أَفْضَلُ

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak wajib, tetapi jika engkau berumrah maka itu afdhal atau lebih utama,'”(HR Tirmidzi).

Sementara itu, menurut ulama Mazhab Syafi’i dan Hambali, hukum umrah adalah wajib bagi yang mampu. Pendapat ini dilandasi oleh firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 196 yang berbunyi,

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ

Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah…,”

Tata Cara Umroh

Umrah bisa dilakukan oleh umat Muslim asalkan memenuhi syarat-syarat, rukun, serta kewajiban umrah yang telah ditetapkan. Pelaksanaannya harus sesuai dengan tata cara umrah yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Berikut ini adalah tata cara umrah yang dinukil dari buku Petunjuk Praktis Manasik Haji dan Umrah karya Abu Abdillah.

1. Persiapan Sebelum Ihram

Sebelum memulai ibadah umrah, seseorang dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki keadaan ihram. Persiapan ini meliputi mandi seperti mandi junub, menggunakan wewangian terbaik khusus bagi laki-laki, serta mengenakan pakaian ihram.

Untuk laki-laki, pakaian ihram terdiri dari dua lembar kain yang berfungsi sebagai sarung dan penutup pundak. Sementara itu, bagi wanita, mereka diwajibkan mengenakan pakaian yang sesuai syariat, yang menutupi seluruh tubuhnya.

2. Berihram

Langkah berikutnya dalam pelaksanaan umrah adalah memasuki keadaan ihram dari miqat dengan mengucapkan niat,

لَبَّيْكَ عُمْرَةً

Artinya: “Aku penuhi panggilanMu untuk menunaikan ibadah umrah,”

3. Kalimat Persyaratan

Jika merasa khawatir tidak dapat menyelesaikan umrah karena sakit atau penghalang lain maka dibolehkan mengucapkan persyaratan setelah mengucapkan kalimat ihram di atas dengan membaca,

“Ya Allah, tempat tahallul di mana saja Engkau menahanku,”

Dengan mengucapkan syarat ini, jika seseorang terhalang menyelesaikan manasiknya, dia diperbolehkan bertahallul tanpa wajib membayar dam.

4. Kalimat Talbiah

Setelah itu, jemaah dianjurkan untuk sering melafalkan kalimat talbiyah, dengan suara yang dikeraskan bagi laki-laki dan pelan bagi wanita, hingga tiba di Masjidil Haram dan melihat Ka’bah sebelum memulai Tawaf. Bacaan talbiyah yang dimaksud sebagai berikut:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ

Bacaan latin: Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wani’mata lakawal mulk laa syarika lak.

Artinya: “Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu,”

5. Memasuki Masjidil Haram

Sebelum memasuki kota Makkah, jika memungkinkan, jemaah disarankan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah itu, ketika memasuki Masjidil Haram, dianjurkan untuk melangkah dengan kaki kanan sambil membaca doa masuk masjid.

أَعُوْذُ بِاللهِ العَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Bacaan latin: A’ûdzu billâhil ‘azhîm wabiwajhihil karîm wasulthânihil qadîm minassyaithânir-rajîm. Bismillâhi wal hamdulillâh. Allâhumma shalli wasallim ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa ‘alâ âli sayyidinâ muhammadin, Allâhummaghfirlî dzunûbî waftahlî abwâba rahmatik.

Artinya, “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Besar, kepada Dzat-Nya Yang Maha Mulia, dan kepada kerajaan-Nya Yang Sedia dari setan yang terlontar. Dengan nama Allah dan segala puji bagi Allah. Hai Tuhanku, berilah shalawat dan sejahtera atas Sayyidina Muhammad dan atas keluarga Sayyidina Muhammad. Hai Tuhanku, ampuni untukku segala dosaku. Buka lah bagiku segala pintu rahmat-Mu.”

Langkah selanjutnya dalam tata cara umrah sesuai sunnah adalah mendekati Hajar Aswad, kemudian menghadapnya sambil mengucapkan takbir. Jemaah juga diperbolehkan menyentuh Hajar Aswad dengan tangan kanan dan menciumnya.

Namun, jika tidak memungkinkan untuk mendekat, cukup dengan memberi isyarat ke arah Hajar Aswad dengan tangan kanan, tanpa perlu mencium tangan yang digunakan untuk memberi isyarat.

7. Tawaf 7 Putaran

Tawaf dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad. Selama tawaf, tidak ada bacaan khusus untuk setiap putaran, namun jemaah bebas membaca Al-Qur’an, berdoa, atau berzikir sesuai keinginannya.

Setelah selesai tawaf, jemaah laki-laki dapat menutup kedua pundaknya dan berjalan menuju Maqam Ibrahim sambil membaca Surah Al-Baqarah ayat 125.

Setibanya di sana, disunnahkan melaksanakan shalat sunnah tawaf dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Setelah itu, dianjurkan minum air zamzam dan menyiramkannya ke kepala.

8. Kembali ke Hajar Aswad

Kemudian, jemaah umroh kembali ke posisi di mana Hajar Aswad berada.

9. Sai di Bukit Safa

Jemaah kemudian menuju Bukit Safa untuk melaksanakan sa’i umrah. Saat mendekati Safa, dianjurkan untuk membaca Surah Al-Baqarah ayat 158.

Ketika tiba di puncak Bukit Safa dan menghadap ke arah Kakbah hingga terlihat, disunnahkan untuk mengucapkan takbir tiga kali. Kemudian, jemaah dianjurkan membaca doa berikutnya.

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Artinya: “Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata. Dialah yang telah melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan tentara sekutu dengan sendirian,”

Langkah selanjutnya, jemaah turun dari Bukit Safa dan berjalan menuju Bukit Marwah. Bagi laki-laki, disunnahkan berlari kecil di antara dua tanda lampu hijau di area Mas’a saat sa’i, lalu berjalan seperti biasa menuju Marwah dan menaikinya.

Setibanya di Marwah, jemaah dapat mengulangi apa yang dilakukan saat berada di Safa. Setelah itu, jemaah turun dari Marwah dan kembali ke Safa. Proses ini dilakukan sebanyak tujuh kali putaran, dengan putaran terakhir berakhir di Marwah.

11. Tahallul

Setelah selesai melakukan sa’i, jemaah dapat bertahallul dengan memotong pendek seluruh rambut kepala atau mencukur habis, di mana mencukur gundul lebih diutamakan.

Bagi wanita, cukup memotong rambut seukuran satu ruas jari. Tahap ini menandai selesainya seluruh rangkaian tata cara umrah yang telah dilaksanakan.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com