Jakarta –
Seorang pria asal Jerman yang tinggal di Shanghai, China bernama Thomas Derksen (36) menceritakan pengalamannya sukses menurunkan 57 kg berat badan menjadi 83 kg dalam 5 tahun. Ia mengaku berhasil menurunkan berat badannya tanpa obat dan tanpa diet ketat.
Ia mengalami masalah berat badan sejak sekolah dasar. Ia sempat mencoba beberapa kali diet ketat dan berhasil turun, tapi akhirnya berat badannya justru naik lagi dan semakin parah. Bobot terberatnya pernah mencapai 140 kg.
Semasa sekolah, ia sering diejek oleh teman-temannya dan Derksen menyebut itu pengalaman yang menyakitkan. Bahkan ketika sudah dewasa, dirinya masih sering menerima komentar dan saran yang tidak diminta untuk menurunkan berat badan.
Sampai pada tahun 2020 di masa pandemi, isolasi mandiri membuatnya lebih banyak merenung soal berat badan dan kesehatan. Ini juga didorong komplikasi medis yang ia alami akibat berat badan berlebih.
“Aku mulai menurunkan berat badan saat COVID melanda. Aku tahu harus menurunkan berat badan dan bahwa gaya hidupku tidak sehat. Aku punya masalah hati berlemak, nyeri dada, dan sendi yang sakit,” katas Derksen dikutip dari SCMP, Jumat (1/8/2025).
Semenjak itu, Derksen jadi sering jalan-jalan, berolahraga, hingga pergi ke gym. Ia melakukan latihan kekuatan tiga kali seminggu dan kardio dua kali seminggu.
Derksen juga selalu memilih jalan kaki jika pergi ke tempat yang jaraknya kurang dari 5 km. Menurutnya, jalan kaki adalah aktivitas fisik terbaik.
Alih-alih diet ketat, Derksen justru makan 3-4 kali sehari tapi dengan porsi yang lebih kecil. Ia pernah mencoba intermittent fasting, tapi memutuskan berhenti karena menurutnya terlalu berat. Derksen bahkan bisa makan bebas seperti kentang dan hamburger sesekali.
“Aku tidak pernah berkata pada diriku, ‘Kamu tidak boleh makan ini atau itu’. Sebaliknya, aku bilang, ‘Kamu boleh makan apa pun, tapi 80 persen waktunya harus makan sehat’. Pergeseran itu membuatku merasa jadi pelaku aktif, bukan pasif,” katanya.
Dulu, ia menganggap makanan sebagai hiburan dan harus enak. Derksen kini lebih sering memasak sendiri dengan bahan sehat dan sederhana.
Derksen tidak mempertimbangkan obat GLP-1 karena ia menyadari bahwa pola makannya selama ini bukan disebabkan oleh rasa lapar, melainkan oleh faktor emosional seperti stres atau kebosanan. Baginya, menekan nafsu makan saja tidak cukup untuk mengatasi akar permasalahan.
(avk/kna)












