Tag Archives: syaikh abdurrazaq bin abdul muhsin al

Bertasbih 100 Kali Sehari Dapat Pahala 1000 Kebaikan dan Dosa Dihapus


Jakarta

Rasulullah SAW menganjurkan bertasbih 100 kali sehari. Amalan ini disebut memiliki pahala besar, bahkan tak ada yang melebihi pahalanya pada hari kiamat kelak.

Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim dan kitab Al Adzkar Imam an-Nawawi. Sa’ad bin Abi Waqqas RA saat berada di sisi Rasulullah SAW mendengar beliau bersabda,

“Apakah seseorang di antara kalian tidak mampu mendapatkan 1000 kebaikan dalam satu hari?” Seseorang yang duduk di sana bertanya, “Bagaimana agar seseorang di antara kami mendapatkan 1000 kebaikan?” Beliau bersabda, “Bertasbihlah 100 kali, dicatat untuknya 1000 kebaikan, atau dihapus darinya 1000 kesalahan.” (HR Muslim)


Dalam riwayat lain disebutkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ

Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa ketika pagi dan sore mengucapkan bacaan ‘Mahasuci Allah dengan segala puji-Nya’ sebanyak 100 kali, maka pada hari kiamat tidak ada orang lain yang melebihi pahalanya kecuali orang yang juga pernah mengucapkan bacaan seperti itu atau lebih dari itu.” (HR Muslim)

Menurut penjelasan dalam Al-Minah Al-‘Aliyah fii Bayaani As-Sunan Al-Yaumiyyah karya Syaikh Abdullah bin Hamoud Al-Furaih yang diterjemahkan Muhamad Yasir, hadits-hadits yang berkaitan dengan macam-macam dzikir dan keutamaannya sangat banyak. Adapun yang disebutkan di atas adalah sebagian dzikir yang paling masyhur dan paling shahih yang memiliki keutamaan.

Keutamaan tasbih turut dijelaskan melalui riwayat lain yang termuat dalam Shahih Muslim. Dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat timbangannya, serta disenangi oleh Allah Yang Maha Pengasih, yaitu bacaan ‘Subhaanallaah wa bihamdihi, subhaanallaahil ‘Azhiim (Maha Suci Allah dengan segala puji-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung’.”

Bacaan Tasbih 100 Kali Sehari

سُبْحَانَ اللّٰهِ وَبِحَمْدِهِ

Subhanallah wa bihamdihi

Artinya: “Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya”

Sunnah Mengucapkan Tasbih setelah Salat

Menurut penjelasan dalam kitab adz-Dzikru wa ad-Du`a` fi Dhau`il Kitab wa as-Sunnah karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, edisi Indonesia terbitan Griya Ilmu, kaum muslim disyariatkan mengucapkan tasbih-tasbih yang biasa diucapkan Nabi SAW setelah salat.

Keterangan tersebut bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,

مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَحَمِدَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَكَبَّرَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِيْنَ، فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ، وَقَالَ تَمَامَ المِائَةِ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Artinya: “Barang siapa bertasbih kepada Allah di belakang setiap salat 33 kali, memuji Allah 33 kali, bertakbir 33 kali, sehingga jumlahnya 99 kali, lalu dia mencukupkan seratus kali, ‘Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu’ niscaya diampuni kesalahan-kesalahannya meskipun seperti buih lautan.” (Shahih Muslim)

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Dzikir yang Ringan tapi Berat Timbangannya dan Dicintai Allah


Jakarta

Ada sebuah dzikir yang ringan di lisan tapi berat timbangannya di akhirat kelak. Berdasarkan hadits Rasulullah SAW, dzikir ini terdiri dari dua kalimat.

Dzikir ini tidak memerlukan waktu lama, namun keutamaannya mampu memberatkan timbangan amal kebaikan kita di akhirat. Tidak hanya itu, dzikir ini juga memberikan ketenangan jiwa dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

Bacaan Dzikir yang Ringan tapi Berat Timbangannya

Bacaan dzikir yang ringan tapi berat timbangannya terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim yang disusun Muhammad Fuad Abdul Baqi dan diterjemahkan Muhammad Ahsan bin Usman. Berikut haditsnya,


حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أخرجه البخاري في: ۸۰ كتاب الدعوات: ٦٥ باب فضل التسبيح

Artinya: “Abu Hurairah berkata: “Nabi bersabda: ‘Dua kalimat yang ringan diucapkan dengan lidah, tetapi sangat berat di timbangan amal, bahkan sangat disuka oleh Allah (Ar-Rahman), yaitu: ‘Subhanallahil azhim, subhanallahi wa bihamdihi.” (Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-80, Kitab Do’a bab ke-65, bab keutamaan tasbih)

Dalam kitab Riyadhus Shalihin dan kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi juga terdapat hadits serupa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Artinya: “Ada dua kalimat, yang ringan di lisan tetapi berat dalam timbangan dan dicintai oleh ar-Rahman, ‘Subhanallah wa bi hamdih (Maha Suci Allah dan Segala puji hanya bagi-Nya)’, dan ‘Subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah yang Maha Agung).” (HR Muttafaq ‘Alaih)

Bacaan dzikir yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah sebagai berikut,

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Arab-latin: Subhanallahi wa bihamdihi, Subhanallahil azhim

Artinya: “Maha Suci Allah dan Segala puji hanya bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung.”

Penjelasan Hadits tentang Dzikir yang Ringan tapi Berat Timbangannya

Dalam kitab adz-Dzikru wa ad-Du`a` fi Dhau`il kitab wa as-Sunnah karangan Syaikh Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al-Badr (edisi Indonesia terbitan Griya Ilmu), dijelaskan bahwa hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ini mengandung pesan yang mendalam mengenai keutamaan dzikir, yang meskipun mudah dilakukan oleh lisan, namun memiliki nilai yang sangat besar di akhirat.

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa dua kalimat dzikir yang sangat dicintai oleh Allah SWT Ar-Rahman adalah “Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil azhim”. Kalimat ini ringan diucapkan, namun berat di timbangan amal pada hari kiamat.

Menurut para ulama, dalam hadits ini terdapat hikmah kenapa Rasulullah SAW mendahulukan penyebutan dua kalimat tersebut. Salah satu alasannya adalah untuk membangkitkan rasa rindu di hati para pendengar terhadap kalimat-kalimat yang akan disebutkan. Setiap kata dalam dua kalimat ini diharapkan mampu menambah kecintaan seseorang kepada Allah SWT.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hadits ini adalah penyebutan sifat Ar-Rahman ketika Rasulullah SAW menyebut bahwa kalimat tersebut sangat disukai oleh Ar-Rahman. Hal ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya.

Dengan hanya sedikit amalan, Allah SWT memberikan pahala yang sangat besar sebagai bentuk rahmat-Nya. Hal ini diperjelas oleh sabda Rasulullah SAW bahwa dua kalimat ini, meskipun ringan di lisan, namun akan sangat berat di timbangan amal.

Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan betapa Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan karunia yang luar biasa kepada hamba-Nya hanya dengan amalan yang sangat mudah dilakukan. Dua kalimat dzikir ini adalah contoh amalan yang kecil namun memberikan pahala yang sangat besar.

Hal ini menjadi bukti nyata bahwa kasih sayang Allah SWT jauh melebihi apa yang bisa dibayangkan oleh hamba-hamba-Nya. Bahkan, dalam hal ibadah yang sederhana sekalipun, Allah SWT memberikan ganjaran yang luar biasa. Alangkah luasnya rahmat Allah SWT dan alangkah besar karunia-Nya.

Keutamaan Membaca Dzikir yang Ringan tapi Berat Timbangannya

Berikut keutamaan lain dari membaca dzikir yang ringan tapi berat timbangannya yang dikutip dari sumber sebelumnya.

1. Dzikir Paling Dicintai oleh Allah SWT

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya perkataan paling dicintai Allah adalah subhanallah wa bihamdihi” (HR Muslim)

Hadits ini menunjukkan betapa agungnya kalimat Subhanallah wa bihamdihi di sisi Allah SWT.

2. Menghapus Dosa Meski Sebanyak Buih di Lautan

Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mengucapkan subhanallah wa bihamdihi pada satu hari sebanyak seratus kali, maka digugurkan darinya dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa dengan membaca Subhanallah wa bihamdihi sebanyak seratus kali sehari, Allah SWT akan menghapus dosa-dosa hamba-Nya, meskipun dosa-dosa itu sebanyak buih di lautan. Hal ini memberikan harapan besar bagi siapa saja yang rajin berdzikir, karena ampunan Allah SWT sangat luas.

3. Pahala yang Tak Tertandingi di Hari Kiamat

Rasulullah SAW juga bersabda, “Barang siapa yang mengucapkan di pagi hari dan sore hari, subhanallah wa bihamdihi, sebanyak seratus kali, maka tidak ada seorang pun datang pada Hari Kiamat membawa yang lebih utama dari apa yang dia bawa. Kecuali seseorang mengucapkan seperti yang dia ucapkan lalu menambahkan atasnya.” (HR Muslim)

Keutamaan lain dari dzikir ini adalah bahwa di hari kiamat nanti, seseorang yang rutin membaca Subhanallah wa bihamdihi setiap pagi dan sore hari 100 kali masing-masing, tidak akan ada yang dapat membawa amalan yang lebih berat timbangannya, kecuali mereka yang melakukan hal yang sama dan menambah dzikirnya.

4. Mendapatkan Seribu Kebaikan Setiap Hari

Rasulullah SAW bersabda, “Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu mengusahakan seribu kebaikan?” Lalu beliau melanjutkan, “Bertasbih seratus kali, niscaya dituliskan untuknya seratus kebaikan, dan dihapuskan darinya seratus kesalahan.” (HR Muslim)

Dzikir ini juga memberikan keutamaan berupa seribu kebaikan yang dituliskan bagi siapa saja yang mengucapkannya seratus kali dalam sehari. Selain itu, seratus kesalahan juga akan dihapuskan darinya. Dzikir ini adalah amalan yang sangat ringan tetapi memiliki ganjaran yang luar biasa.

5. Penghapus Dosa dan Penambah Pahala

Setiap kali seseorang mengucapkan Subhanallah wa bihamdihi, pahala besar akan ditulis dan dosa-dosa kecil akan diampuni. Allah SWT memberikan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya untuk meraih pahala yang melimpah hanya dengan dzikir ringan ini.

Wallahu ‘alam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Apakah Mengangkat Tangan saat Berdoa Hukumnya Wajib?


Jakarta

Mengangkat tangan saat berdoa adalah salah satu kebiasaan yang sering kita lakukan ketika memohon kepada Allah SWT. Namun, pertanyaan muncul di benak banyak orang: Apakah mengangkat tangan saat berdoa ini termasuk kewajiban atau hanya sebatas anjuran dalam agama?

Bagi sebagian umat Islam, gestur ini dianggap memperkuat doa dan memperlihatkan kesungguhan hati, tapi ada juga yang meragukan keharusan praktik ini.

Dalam artikel ini, kita akan membahas pandangan ulama dan dalil yang berkaitan dengan mengangkat tangan saat berdoa. Yuk, simak lebih lanjut untuk mengetahui apakah benar mengangkat tangan saat berdoa itu wajib atau tidak.


Dalil tentang Mengangkat Tangan ketika Berdoa

Mengangkat tangan saat berdoa bukanlah sekadar kebiasaan, melainkan memiliki landasan dari ajaran Islam yang diperkuat oleh dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits.

Berikut ini adalah beberapa dalil yang membahas tentang mengangkat tangan saat berdoa menurut ajaran Islam.

1. Rasulullah SAW Mengangkat Tangannya lalu Berdoa

Dalam jilid kedua kitab Riyadus Shalihin karya H. Salim Bahrejsi, terdapat beberapa hadits yang menguraikan kebiasaan Rasulullah SAW saat berdoa, termasuk mengangkat tangan.

Sa’ad bin Abi Waqqash RA mengisahkan, “Kami bersama Rasulullah SAW keluar dari Makkah menuju ke Madinah, dan ketika kami telah mendekati Azwara, tiba-tiba Rasulullah SAW turun dari kendaraannya, kemudian mengangkat kedua tangan berdoa sejenak lalu sujud lama sekali, kemudian bangun mengangkat kedua tangannya berdoa, kemudian sujud kembali, diulanginya perbuatan itu tiga kali. Kemudian berkata:

“Sesungguhnya saya minta kepada Tuhan supaya diizinkan memberikan syafa’at (bantuan) bagi umat ku, maka saya sujud syukur kepada Tuhanku, kemudian saya mengangkat kepala dan minta pula kepada Tuhan dan diperkenankan untuk sepertiga, maka saya sujud syukur kepada Tuhan, kemudian saya mengangkat kepala berdoa minta untuk umatku, maka diterima oleh Tuhan, maka saya sujud syukur kepada Tuhanku.” (HR.Abu Dawud).

Hadits ini menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW menunjukkan rasa syukur dan kesungguhan dengan mengangkat tangan dalam doanya tiga kali, mempertegas bahwa tindakan ini memiliki dasar dari praktik Rasulullah SAW dan merupakan sunnah beliau.

2. Mengangkat Tangan Sejajar dengan Bahu

Dalam Kitab Fiqih Sunnah karya Sayid Sabiq jilid 4, disebutkan hadits dari riwayat Abu Daud melalui Ibnu Abbas RA. Hadits tersebut menjelaskan tata cara mengangkat tangan saat berdoa.

“Jika kamu meminta (berdoa kepada Allah SWT) hendaklah dengan mengangkat kedua tanganmu setentang kedua bahumu atau kira-kira setentangnya, dan jika istighfar (mohon ampunan) ialah dengan menunjuk dengan sebuah jari, dan jika berdoa dengan melepas semua jari-jemari tangan”.

Hadits ini memberikan panduan tentang tinggi angkatan tangan yang dianjurkan saat berdoa. Ketika mengangkat tangan dalam doa selain istighfar, sunnahnya adalah dengan membuka telapak tangan sepenuhnya, sementara saat memohon ampunan, disarankan hanya dengan satu jari sebagai isyarat.

3. Mengangkat Tangan dengan Bagian Telapak Tangan yang Terbuka

Dalam sebuah riwayat dari Malik bin Yasar, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu meminta(berdoa kepada Allah), maka mintalah dengan bagian dalam telapak tanganmu, jangan dengan punggungnya.”

Di hadits lain yang diriwayatkan oleh Saman, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Tuhanmu yang Mahaberkah dan Mahatinggi adalah Mahahidup lagi Mahamurah, ia merasa malu terhadap hamba-Nya jika ia menadahkan tangan (untuk berdoa) kepada-Nya, akan menolaknya dengan tangan hampa”

Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa Allah SWT sangat menghargai doa yang dilakukan dengan tangan terangkat dan telapak terbuka. Dengan demikian, doa yang disampaikan dengan cara ini diharapkan lebih dekat untuk dikabulkan olehNya.

4. Rasulullah SAW Mengangkat Tangan Hingga Terlihat Ketiaknya

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, disebutkan bahwa Anas pernah menyaksikan Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya saat berdoa hingga tampak warna keputih-putihan di ketiaknya.

“Aku pernah melihat Rasulullah SAW mengangkat dua tangan ke atas saat berdoa sehingga tampak warna keputih-putihan pada ketiak beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Rasulullah SAW Mengangkat Tangan saat Berdoa setelah Sholat Istisqa’

Dalam buku Fiqih Kontroversi Jilid 1: Beribadah antara Sunnah dan Bid’ah karya H. M. Anshary, terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Anas.

Diceritakan bahwa seorang penduduk desa mendatangi Rasulullah SAW untuk mengeluhkan kesulitan yang dialami masyarakat karena kekeringan yang berkepanjangan, yang membuat banyak hewan mati dan mempengaruhi kehidupan orang-orang.

Rasulullah SAW pun mengangkat tangan saat berdoa, dan seluruh orang yang hadir mengikuti beliau, memohon kepada Allah SWT agar segera menurunkan hujan. Menurut Anas, tidak lama setelah itu, Allah SWT mengabulkan doa mereka dengan turunnya hujan yang sangat dinanti-nantikan.

Hukum Mengangkat Tangan saat Berdoa

Dalam ajaran Islam, Al-Qur’an memang tidak menyebutkan perintah langsung terkait kewajiban mengangkat tangan saat berdoa. Namun, sepanjang hidupnya, Rasulullah SAW kerap kali mengangkat tangan saat memanjatkan doa kepada Allah SWT seperti yang sudah dijelaskan melalui beberapa hadits sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun bukan keharusan atau syariat yang harus diikuti, mengangkat tangan saat berdoa bukan pula hal yang dilarang dalam Islam.

Lebih jauh lagi, sejumlah ulama dari berbagai mazhab, seperti Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan lainnya, menjelaskan bahwa mengangkat tangan saat berdoa adalah bagian dari adab atau tata krama dalam berdoa.

Dengan demikian, walaupun bukan kewajiban, mengangkat tangan saat berdoa dianggap sebagai salah satu bentuk tata cara yang menghormati keagungan Allah SWT.

Posisi Mengangkat Tangan saat Berdoa

Asy-Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid hafizhahullah dalam buku Fiqih Do’a dan Dzikir Jilid 1 karangan Syaikh Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al-Badr, memberikan catatan penting terkait hadits-hadits yang menjelaskan tentang berbagai posisi Rasulullah SAW dalam melaksanakan ibadah.

Berikut adalah penjelasan mengenai berbagai posisi mengangkat tangan saat berdoa.

1. Posisi Pertama dalam Berdoa

Posisi ini umumnya disebut permohonan, dilakukan dengan mengangkat kedua tangan hingga setinggi bahu sambil merapatkan tangan dan menghadapkannya ke arah langit, sedangkan bagian belakang tangan menghadap tanah. Jika diinginkan, seseorang dapat menutupkan tangan ke wajah, sementara punggung kedua tangan mengarah ke arah kiblat.

2. Posisi Kedua dalam Berdoa

Posisi ini adalah ketika seseorang memohon ampunan dengan penuh ketulusan dan keihklasan. Caranya dilakukan dengan mengangkat satu jari, yaitu jari telunjuk kanan. Posisi ini biasanya diterapkan dalam berbagai momen dzikir dan doa.

3. Posisi Ketiga dalam Berdoa

Posisi ini adalah ibtihal yang berarti merendahkan diri dalam permohonan yang sungguh-sungguh, dan sering disebut sebagai doa ar-rahb (penuh kecemasan).

Dalam posisi ini, kedua tangan diangkat tinggi-tinggi hingga terlihat bagian putih ketiak. Posisi ini biasanya diterapkan ketika seseorang berada dalam kondisi sulit atau penuh ketakutan atau kondisi-kondisi lain yang menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran yang mendalam.

Tata Cara Mengangkat Tangan saat Berdoa

Berikut adalah panduan lengkap mengenai tata cara mengangkat tangan saat berdoa yang dapat memperdalam pemahaman dan amalan kita yang dirangkum dari buku Koreksi Doa dan Zikir antara yang Sunnah dan Bid’ah yang disusun oleh Bakr bin Abdullah Abu Zaid.

  1. Saat mengangkat kedua tangan dalam berdoa, baik dilakukan secara bersamaan maupun terpisah. Posisi tangan biasanya berada sejajar dengan atau sedikit di bawah pusar.
  2. Ketika kedua tangan diangkat secara terpisah, ujung jari menghadap arah kiblat, sedangkan ibu jari diarahkan ke langit.
  3. Menggerakkan atau mengubah posisi tangan ke beberapa arah selama berdoa juga diperbolehkan.
  4. Gerakan tangan dapat disertai dengan sedikit goyangan.
  5. Usai mengangkat tangan, kedua tangan bisa disapukan pada wajah, terutama pada momen tertentu seperti saat qunut atau setelah doa dalam salat.
  6. Setelah doa selesai, atau setelah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, disarankan untuk mengusapkan tangan ke bagian tubuh lainnya secara lembut sebagai bentuk syukur, terlebih setelah mengucapkan “as-Shalatu ala an-Nabiyyi.”
  7. Menyentuh bagian perut telapak tangan masing-masing atau menekan tangan satu dengan lainnya usai berdoa.

Demikianlah penjelasan mengenai hukum mengangkat tangan saat berdoa. Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa gestur tersebut tidak wajib, melainkan merupakan bagian dari adab berdoa yang dapat dilakukan sebagai bentuk kesungguhan dalam memohon kepada Allah SWT.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com