Tag Archives: syaikh muhammad

Wudhu Dapat Menggugurkan Dosa-dosa, Ini Haditsnya


Jakarta

Wudhu adalah salah satu cara bersuci dalam Islam untuk menghilangkan hadats kecil. Selain itu, wudhu juga termasuk syarat sah salat.

Mengutip dari buku Panduan Shalat Rasulullah Bagian 1 susunan Imam Abu Wafa, wudhu berasal dari kata bahasa Arab yaitu wudhu’ah. Arti dari kata tersebut adalah bagus atau bersih.

Secara istilah, wudhu artinya menggunakan air suci ke atas anggota tubuh tertentu seperti yang telah disyariatkan oleh Allah SWT. Singkatnya, wudhu adalah bersuci sebelum salat.


Selain untuk bersuci, ada banyak keutamaan yang terkandung dalam wudhu salah satunya menggugurkan dosa-dosa muslim. Hal ini disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW.

Hadits Wudhu Jadi Penggugur Dosa Muslim

Menukil dari Syarah Riyadhus Shalihin susunan Syaikh Muhammad Al-Utsaimin terjemahan Munirul Abidin, berikut bunyi hadits wudhu menjadi penggugur dosa muslim.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Jika orang muslim atau mukmin itu berwudhu, maka ketika ia membasuh mukanya keluarlah setiap dosa yang dilakukan oleh kedua matanya karena melihat sesuatu yang diharamkan, hilangnya bersama-sama dengan air itu atau bersama-sama dengan tetesan air terakhir.

Jika ia membasuh kedua tangannya keluarlah setiap dosa yang dilakukan oleh kedua tangannya yang tidak benar, hilangnya bersama-sama dengan air itu atau bersama-sama dengan tetesan air terakhir.

Jika ia membasuh kakinya, karena digunakan berjalan pada jalan yang tidak benar, maka keluarlah setiap dosa yang dilakukan oleh kedua kakinya, hilangnya bersama-sama dengan air atau bersama-sama dengan tetesan air terakhir sehingga ia bersih dari dosa.” (HR Muslim)

Imam An-Nawawi meriwayatkan hadits di atas dari Abu Hurairah RA tentang keutamaan wudhu. Dalam wudhu, Allah SWT memerintahkan untuk membersihkan wajah, badan, kepala, dan dua kaki sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Maidah ayat 6,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki.”

Meski pembersihan tersebut bersifat fisik, ada juga makna nonfisik atau maknawi dalam basuhan yang dianjurkan ketika wudhu. Ketika membasuh wajah, maka dosa-dosa yang dilakukan oleh mata akan berguguran. Penyebutan mata di sini hanya pemisalan.

“Jika tidak diartikan demikian, kadang-kadang hidung dan mulut juga bersalah karena kadang manusia berbicara dengan pembicaraan yang haram dan hidung kadang mencium sesuatu yang tidak sepantasnya untuk dicium. Tetapi disebutkan mata sebagai pemisalan karena sebagian besar dosa manusia disebabkan oleh penglihatan,” bunyi syarah dari hadits tersebut.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Asmaul Husna Asy-Syafi, Makna dan Penerapannya ala Rasulullah SAW


Jakarta

Dalam Asmaul Husna, Allah SWT memiliki banyak nama yang mencerminkan sifat-sifat-Nya yang Agung. Di antara asma Allah SWT yang disebutkan di dalam Al-Qur’an adalah Asy-Syafi, yang memiliki arti “Yang Maha menyembuhkan”.

Sifat Allah SWT sebagai Asy-Syafi bukan hanya sebagai penyembuh penyakit dalam tubuh manusia, kesembuhan yang Allah SWT berikan juga termasuk untuk penyakit hati, jasmani, dan rohani. Allah SWT berfirman dalam surah Asy-Syuara ayat 80,
وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِۙ ۝٨٠

Arab Latin: wa idzâ maridltu fa huwa yasyfîn


Artinya: Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.

Makna Asmaul Husna Asy-Syafi

Mengutip buku Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi Jilid III oleh Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Allah SWT adalah Asy-Syafi karena hanya Dialah yang menyembuhkan penyakit. Segala obat dan ruqyah yang dibuat dan digunakan manusia hanyalah perantara yang mungkin bermanfaat, tetapi tidak selalu menjamin kesembuhan.

Allah SWT adalah sumber penyebab dari dua orang yang memiliki penyakit dan pengobatan yang serupa, tapi mereka akan mendapatkan hasil yang berbeda. Satu diberikan sembuh, sementara yang lain tidak, bahkan ditakdirkan meninggal dunia.

Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu berada di tangan-Nya. Dia adalah sumber penyembuhan, sedangkan seorang dokter dan segala obat hanyalah perantara. Sebagaimana sabda Nabi SAW,

“Berobatlah kalian semua, dan janganlah kalian semua berobat dengan sesuatu yang haram.”

Beliau juga bersabda,

“Tidaklah Allah SWT menurunkan penyakit, melainkan juga menurunkan obatnya.”

Dengan demikian, kesembuhan yang sebenarnya hanya berasal dari Allah SWT. Kesembuhan ini tidak dapat diperoleh dari selain-Nya. Segala kesembuhan yang datang dari makhluk hanyalah perantara. Tindakan dokter dan obat-obatan merupakan perantara yang Allah SWT sediakan, tetapi penyembuh yang utama tetaplah Allah SWT.

Salah satu obat sebagai perantara yang Allah SWT ciptakan untuk kesembuhan manusia adalah madu, yang diambil dari hewan lebah. Allah SWT berfirman dalam surah An-Nahl ayat 69,

ثُمَّ كُلِيْ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ فَاسْلُكِيْ سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًاۗ يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗۖ فِيْهِ شِفَاۤءٌ لِّلنَّاسِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ۝٦٩

Arab Latin: tsumma kulî ming kullits-tsamarâti faslukî subula rabbiki dzululâ, yakhruju mim buthûnihâ syarâbum mukhtalifun alwânuhû fîhi syifâ’ul lin-nâs, inna fî dzâlika la’âyatal liqaumiy yatafakkarûn

Artinya: “Kemudian, makanlah (wahai lebah) dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan-jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perutnya itu keluar minuman (madu) yang beraneka warnanya. Di dalamnya terdapat obat bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

Asmaul Husna Asy-Syafi Sebagai Doa yang Dipanjatkan Rasulullah

Dalam kitab Riyadush Shalihin 2 Imam Nawawi, disebutkan beberapa hadits yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menggunakan kata-kata Asy-Syafi sebagai permohonan yang dipanjatkan untuk kesembuhan.

وَعَنْهَا: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَعُودُ بَعْضَ أَهْلِهِ يَمْسَحُ بِيدِهِ اليُمْنَى ، ويقولُ: (( اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ ، أَذْهِب البَأْسَ ، اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شفاؤك ، شِفَاءٌ لَا يُغَادِرُ سَقماً ))

Dari ‘Aisyah RA dia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah menjenguk beberapa keluarganya yang sakit. Beliau mengusapnya dengan tangan kanannya dan membaca ‘Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sa isyfi antasy syafii laa syifaa illa syifaa’uka syifa’an laa yughādiru saqamaan’ (Ya Allah, Rabb manusia, singkirkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah ia, karena hanya Engkaulah yang bisa menyembuhkannya, tiada kesembuhan kecuali dari-Mu, kesembuhan yang tidak akan menyebabkan penyakit lagi).” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW juga menggunakan kata Asy-Syafi untuk meruqyah sahabatnya.

وَعَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ قَالَ لِثابِتِ رَحِمَهُ اللَّهُ: أَلَا أُرْقِيكَ بِرُقْيَةِ رَسُوْلُ اللَّهِ ؟ قَالَ: بَلَى ، قَالَ: (( اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ ، مُذْهِبَ البَأْسِ ، اشْفِ أَنْتَ الشافي ، لا شَافِيَ إِلَّا أَنْتَ ، شِفَاءٌ لَا يُغَادِرُ سَقماً ))

Dari Anas bin Malik, bahwasanya dia berkata kepada Tsabit, “Maukah kamu aku ruqyah dengan ruqyah Rasulullah?” Dia menjawab; “Tentu.”

Anas berkata, “Allahumma rabbanaasi mudzhibal ba’si isyfi anta syafii laa syafiyaa illa anta syifa’an laa yughādiru saqama” (Ya Allah Rabb manusia, Dzat Yang menghilangkan rasa sakit, sembuhkanlah, sesungguhnya Engkau Maha Penyembuh, tidak ada yang dapat menyembuhkan melainkan Engkau, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit).” (HR. Bukhari)

Begitu pun ketika sahabatnya, Sa’ad bin Abi Waqqash sakit, Rasulullah SAW memanjatkan doa dengan menyebutkan kata Asy-Syafi.

وَعَنْ سَعِدِ بْنِ أَبِي وَقَاصِ ، قَالَ: عَادَنِي رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ ، فَقَالَ: (( اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْداً ، اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْداً ، اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْداً ))

Dari Sa’ad bin Abi Waqqasha dia berkata, “Rasululllah menjengukku, kemudian beliau berdoa, ‘Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad! Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad! Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad!'” (HR. Muslim).

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Ada 11 Bintang yang Sujud pada Nabi Yusuf, Apa Saja Nama-namanya?


Jakarta

Nabi Yusuf AS adalah salah satu putra Nabi Yakub dari istrinya yang bernama Rahiel. Di antara putra-putra Yakub, Nabi Yusuflah yang memiliki kedudukan paling mulia dan agung.

Nabi Yusuf AS adalah satu-satunya anak Nabi Yakub yang mendapatkan tugas kenabian. Salah satu tanda kenabian yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi Yusuf AS adalah melalui mimpinya, di mana beliau menyaksikan matahari, bulan, dan bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS. Berikut kisah lengkapnya.

Mimpi Nabi Yusuf AS Melihat 11 Bintang Bersujud Padanya

Ibnu Katsir dalam kitab Qashash Al-Anbiya yang diterjemahkan oleh Umar Mujtahid, mengutip sebuah pendapat dari para mufassir dan kalangan lain, yang menuturkan bahwa saat masih kecil dan belum baligh, Nabi Yusuf AS bermimpi seolah-olah sebelas bintang, matahari, serta bulan bersujud kepadanya. Menyaksikan mimpinya tersebut, Nabi Yusuf AS pun tercengang seakan-akan hal ini nyata.


Ketika bangun, Nabi Yusuf AS menceritakan mimpi itu kepada ayahnya. Ayahnya, Nabi Yakub AS, memahami bahwa kelak Nabi Yusuf AS akan meraih kedudukan tinggi, baik di dunia maupun akhirat, dan ayahnya serta seluruh saudaranya akan tunduk padanya dalam kedudukan tersebut.

Namun, Nabi Yakub AS memerintahkan Nabi Yusuf AS untuk menyembunyikan mimpi itu dan tidak menceritakannya kepada saudara-saudaranya, agar mereka tidak merasa hasad, berbuat zalim, dan melakukan tipu daya terhadapnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 4-6,

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ ۝٤ قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًاۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ۝٥ وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya’qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku. Dia (ayahnya) berkata, ‘Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu karena mereka akan membuat tipu daya yang sungguh-sungguh kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi manusia. Demikianlah, Tuhan memilihmu (untuk menjadi nabi), mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana’.”

Dikutip dari Syarah Shahih Al-Bukhari karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Sunnah, sebelas bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS tersebut melambangkan sebelas saudara Nabi Yusuf AS, karena beliau adalah yang kedua belas. Sedangkan matahari dan rembulan melambangkan kedua orang tuanya.

Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa sang ayah dilambangkan dengan Al-Qamar (rembulan), karena bentuk mudzakkar dari kata Al-Qamar. Sementara ibu dilambangkan dengan Asy-Syams (matahari), berdasarkan bentuk muannats dari kata Asy-Syams.

Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa justru sebaliknya, ayah dilambangkan dengan matahari, dan ibu dengan rembulan.

Nama-nama Bintang yang Sujud pada Nabi Yusuf

Dalam mimpinya, sebelas bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS ternyata memiliki nama masing-masing. Mengutip kembali Qashash Al-Anbiya, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Abu Ya’la, dan Bazzar meriwayatkan dalam kitab Musnadnya masing-masing, dari Jabir, yang menuturkan bahwa, “Seorang Yahudi bernama Bustanah datang menemui Nabi SAW, lalu berkata, ‘Hai Muhammad! Beritahukan padaku tentang bintang-bintang yang sujud pada Yusuf seperti dalam mimpinya, apa saja nama-namanya?”

Nabi SAW diam tidak menjawab, lalu Jibril turun memberitahukan nama bintang-bintang itu. Nabi kemudian mendatangi si Yahudi itu dan berkata, ‘Apakah kau akan beriman kepadaku jika aku beritahukan nama bintang-bintang itu kepadamu?’ ‘Ya.’ Jawabnya. Nabi SAW kemudian menyebutkan nama-namanya, ‘(Nama-namanya adalah) Jaryan, Thariq, Dzayyal, Dzul Katifan, Qabis, Watstsab, Amudan, Faliq, Mushbih, Dharuh, Dzul Furu’, Dhiya’ dan Nur.’

Si Yahudi itu kemudian mengatakan, ‘Demi Allah, itulah nama-namanya.’ “

Riwayat Abu Ya’la menambahkan, saat Yusuf mengisahkan mimpi itu kepada ayahnya, ayahnya berkata, “Ini adalah urusan yang tercerai berai yang disatukan Allah. ‘Matahari takwilnya ayah dan bulan takwilnya ibu’.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com