Tag Archives: terancam

Kota Dubrovnik Dikepung Turis, Terancam Dicoret dari Daftar UNESCO



Jakarta

Kota Dubrovnik di Kroasia tengah menghadapi permasalahan. Dubrovnik kini kewalahan dengan overtourism dan ancamannya bisa dicabut dari daftar UNESCO.

Kota yang terkenal sebagai Mutiara Laut Adriatik itu adalah kota tua yang pernah menjadi lokasi syuting Game of Thrones, kini kewalahan menampung jutaan wisatawan yang datang tiap tahun.

Melansir Express, Senin (8/10/2025) kondisi itu memicu kekhawatiran UNESCO. Jika tak segera diatasi, status kota tua Dubrovnik sebagai situs warisan dunia bisa terancam.


Salah satu alasan utamanya adalah jumlah wisatawan jauh melampaui jumlah penduduk, bahkan dengan rasio mencengangkan 27:1. Wali Kota Dubrovnik, Mato Frankovic, menyadari pariwisata massal bukanlah solusi jangka panjang.

“Awalnya terlihat menguntungkan, tapi pada akhirnya kualitas layanan dan hidup akan menurun. Ini bukan permainan yang bisa dimenangkan,” ujar Frankovic.

Sejak menjabat pada 2017, Frankovic mulai melakukan berbagai pembatasan. Salah satu langkah besarnya adalah membatasi kedatangan kapal pesiar, dari sebelumnya delapan kapal per hari menjadi maksimal dua.

Setiap kapal juga diwajibkan berlabuh minimal delapan jam, agar wisatawan bisa menikmati kota dengan lebih santai, bukan sekadar buru-buru foto di lokasi syuting.

Pemerintah kota juga menerapkan Dubrovnik Pass, tiket terusan seharga 40 euro atau sekitar Rp 670 ribu, yang mencakup akses ke enam museum, dua galeri, tembok kota, serta tiket bus 24 jam. Tiket itu tak hanya memudahkan wisatawan, tapi juga membantu pemerintah memantau dan mengatur jumlah pengunjung lewat sistem pemesanan dan penanda waktu sibuk.

Mulai tahun depan, wisatawan wajib memesan jam kunjungan ke tembok kota dan museum melalui sistem ini. Selain mengendalikan jumlah turis, pemerintah kota juga sedang berupaya melawan fenomena yang mereka sebut sebagai Disneyfikasi.

Langkah-langkah terbaru termasuk memperkenalkan layanan antar bagasi murah untuk mengurangi suara bising koper di jalan berbatu, serta pengetatan aturan penyewaan jangka pendek demi menekan spekulasi properti. Pemkot juga membeli gedung-gedung tua untuk disewakan kepada keluarga muda.

Bahkan, sebuah sekolah telah dibuka di bekas istana, sebagai upaya menghidupkan kembali komunitas lokal yang kian menyusut.

“Tinggal di kota tua ini sekarang rasanya seperti tinggal di taman hiburan. Orang-orang yang benar-benar ingin hidup di sini malah terpinggirkan,” kata Marc van Bloemen, warga yang telah tinggal di Dubrovnik sejak 1972.

Langkah-langkah tersebut mulai menunjukkan hasil, jumlah wisatawan kini dibatasi maksimal 11.200 orang per hari di dalam tembok kota. Tahun ini angka tersebut belum pernah menyentuh lebih dari 10.500 per hari, sebuah penurunan signifikan dibanding 2019 saat 9.500 penumpang kapal pesiar datang tiap harinya, belum termasuk yang datang lewat darat dan udara.

(upd/row)



Sumber : travel.detik.com

Pembuat Spyware Pegasus Dilarang Retas WhatsApp: Terancam Gulung Tikar


Jakarta

Pengadilan federal Amerika Serikat resmi menjatuhkan pukulan telak kepada NSO Group, perusahaan spyware asal Israel yang dikenal lewat perangkat mata-mata Pegasus. Dalam putusan setebal 25 halaman, Hakim Distrik AS Phyllis Hamilton mengeluarkan perintah permanen yang melarang NSO untuk kembali menargetkan layanan WhatsApp milik Meta.

Langkah ini merupakan akhir dari gugatan hukum yang sudah berlangsung enam tahun. Meta menuduh NSO mengeksploitasi celah keamanan WhatsApp untuk melakukan penyadapan terhadap aktivis, jurnalis, hingga pejabat pemerintahan di berbagai negara.

WhatsApp sendiri merupakan salah satu aplikasi komunikasi paling populer di dunia, dan menjadi sasaran utama Pegasus karena dipasang di miliaran perangkat, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Minggu (19/10/2025).


Yang menarik, hakim tidak hanya memutuskan soal larangan tersebut, tetapi juga memangkas drastis nilai hukuman finansial untuk NSO. Hukuman ganti rugi yang semula mencapai sekitar USD 167 juta (lebih dari Rp 2,6 triliun) dipotong menjadi USD 4 juta saja. Meski demikian, aspek larangan permanen dipandang jauh lebih berat bagi kelangsungan bisnis mereka.

Dalam putusan itu, NSO sebelumnya mengakui bahwa larangan tersebut dapat “mengancam seluruh operasional perusahaan” dan bahkan “memaksa NSO tutup.” Selama ini mereka berdalih produk mereka digunakan untuk memerangi kejahatan serius dan terorisme, bukan untuk penyalahgunaan.

Meta menyambut kemenangan ini dengan nada tegas. “Putusan ini melarang NSO menargetkan WhatsApp dan seluruh pengguna kami di dunia,” ujar Head of WhatsApp, Will Cathcart, di platform X. Ia menyebut keputusan ini sebagai penegasan bahwa pelaku peretasan terhadap warga sipil tak akan lolos dari tanggung jawab.

Meski menghadapi tekanan hukum, NSO menegaskan bahwa putusan tersebut tidak berlaku untuk para pelanggannya — termasuk lembaga-lembaga pemerintah yang menggunakan teknologi perusahaan untuk kebutuhan keamanan. NSO juga masih mempertimbangkan langkah lanjutan terhadap putusan pengadilan.

Dalam perkembangan terbaru, NSO dikabarkan baru saja diakuisisi oleh konsorsium investor asal AS yang dipimpin produser Hollywood, Robert Simonds. Namun pihak pembeli belum memberikan komentar terkait dampak putusan ini terhadap masa depan perusahaan.

Dengan adanya larangan permanen ini, masa depan Pegasus dan operasi NSO di pasar global semakin dipertanyakan, terlebih reputasi mereka sudah lama dikaitkan dengan pelanggaran HAM dan penyalahgunaan pengawasan digital.

(asj/asj)



Sumber : inet.detik.com