Tag Archives: tionghoa

‘Kesederhanaan’ Segelas Kopi Es Tak Kie, Warisan Glodok 1927



Jakarta

Kopi Es Tak Kie sudah ada sejak 1927 dan eksis hingga kini. Berada di tengah pasar, kedai kopi ini menjadi penjaga budaya Tionghoa di tengah Jakarta.

Di tengah kesibukan pecinan Glodok, Jakarta Barat, terselip satu kedai kopi legendaris yang membawa detikers kembali ke masa lalu. Namanya Kopi Es Tak Kie, kedai yang sudah berdiri pada 1927. Traveler masih bisa menikmati kopi itu hingga kini.


Kedai legendaris itu berada di Gang Gloria, kawasan kuliner legendaris di Pecinan Glodok, Pancoran, Jakarta Barat. Kalau dihitung, keddai kopi itu sudah berumur 98 tahun.

Kini, kedai itu dikelola oleh Ak Wang, generasi ketiga penerus usaha keluarga. Aroma es kopi langsung tercium berpadu dengan sajian lain.

“Pertama kali berdiri tahun 1927, waktu itu yang dijual hanya teh manis dan teh pahit. Baru kemudian menyesuaikan permintaan orang-orang zaman dulu yang ingin kopi,” ujar Ak Wang saat ditemui detikTravel, Selasa (21/10/2025).

Ada dua menu favorit yang paling banyak dipesan, yakni kopi hitam es dan kopi susu es, masing-masing dibanderol Rp 25 ribu per gelas. Total ada 14 menu yang tersedia di sini, mulai dari aneka bakmi dan sup, empat varian kopi, empat jenis teh, hingga telur ayam kampung.

Kopi Es Tak Kie, Glodok, Jakarta BaratSuasan Kopi Es Tak Kie, Glodok, Jakarta Barat (dok. Qonita Hamidah/detikTravel)

Kedai kopi itu sederhana. Ruangannya cukup luas, dengan pembeli yang bergantian keluar masuk.

Kopi Tak Kie, Kopi Kesederhanaan dan Pergaulan

Semua kopi diracik secara manual, tanpa bantuan mesin modern. Pemilihan metode pembuatan es kopi yang masih sangat konvensional ini mungkin tak lepas dari makna nama kedai yang selalu tampil rapi dan bersih ini.

“Nama Tak Kie sendiri berarti kesederhanaan dan pergaulan. Itu filosofi dari kakek saya,” ujar Ak Wang.

Kedai ini tak pernah sepi pengunjung mulai dari warga lokal, wisatawan, hingga anak muda yang datang untuk merasakan atmosfer klasik Glodok. Suasana kedainya pun masih otentik, meja kayu tua, gelas jadul, dan dinding berubin putih khas kedai tempo dulu.

“Semua orang bisa masuk ke sini, dari berbagai kalangan. Saya bersyukur pada kakek saya yang sudah mendirikan kedai ini. Berkat beliau, Tak Kie bisa terus diminati sampai sekarang,” kata Ak Wang.

Menurut Manda, salah satu pengunjung, suasana Kopi Tak Kie benar-benar mengingatkannya pada memori di kampung halaman bersama nenek. Apalagi es kopi Tak Kie dengan cita rasa berimbang antara manis dan pahit benar-benar mengingatkannya pada adukan kopi khas rumah tangga.

“Rasa makan dan kopi di sini tuh kaya otentik banget seperti lagi makan di rumah nenek di kampung Kopi Es Tak Kie ini direkomendasikan buat teman-teman yang ingin merasakan rasa kopi yang khas ada manis dan pahitnya,” kata Manda.

Bagi detikers yang ingin mencicipi secangkir es kopi segar adukan khas Kopi Es Tak Kie, bisa datang setiap hari pukul 06.30-13.30 WIB. Menu di sini tersedia dengan kisaran harga Rp 22-25 ribu untuk makanan dan minuman. Tak hanya hidangan berkualitas, di sini detikers juga bisa sekilas merasakan suasana Chinatown tempo dulu.

(row/row)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Kenal Lebih Dekat Batik Indonesia di 5 Kampung Batik Ini



Jakarta

Selamat Hari Batik! Traveler bisa nih mengenal lebih dekat tentang kekayaan batik Indonesia di beberapa destinasi ini. Yuk susun rencana liburan mu.

detikcom telah merangkum pada Kamis (2/10/2025) spot-spot menarik yang menawarkan dunia batik yang bisa kamu kunjungi.

Kampung Batik di Indonesia

1. Kampung Batik Kauman

Wisatawan mengikuti aksi belajar membatik massal di Kampung Batik Kauman, Solo Jawa Tengah, Rabu (26/2/2025). Aksi yang diikuti sebanyak 900 wisatawan itu digelar sebagai bentuk pengenalan budaya tentang proses membatik secara lengkap guna menarik kunjungan pariwisata di Kota Solo. ANTARAFOTO/Maulana Surya/agrWisatawan mengikuti aksi belajar membatik massal di Kampung Batik Kauman, Solo Jawa Tengah (Maulana Surya/Antara)

Kampung Batik Kauman ini terletak di Jalan Trisula III No.1, Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Ada gerbang penanda besar di tepi jalan sebelum masuk ke dalamnya.


Sepanjang menelusuri kampung ini traveler akan dimanjakan dengan arsitektur rumah-rumah ala Jawa-Belanda, rumah joglo, hingga limasan. Suasana kampung ini terasa seperti berada di kampung kuno.

Pada salah satu sudut kampung dipasang papan tanda dari nama usaha-usaha batik yang ada di dalamnya. Area ini terlihat beragam dengan dekorasi-dekorasi unik dari pemilik usaha batik ini, ada area dengan suasana alam dilengkapi dengan tumbuhan hijau menggantung dan tetesan air, ada pula dekorasi payung menggantung yang mencolok di sisi jalan.

Di sini, terdapat industri batik rumah tangga yang beragam modelnya dengan menyediakan variasi ragam dan jenis batik dengan harga yang berbeda-beda. Produk-produk batik yang tersedia di sini mencakup batik klasik yang memiliki motif standar tradisional, batik cap, dan juga batik yang mengkombinasikan teknik cap dan tulis.

Bukan hanya bisa membeli, Kampung Batik Kauman juga menawarkan kesempatan yang untuk wisatawan agar dapat mengunjungi rumah industri batik dan melihat proses produksi, beberapa tempat juga menyediakan workshop untuk belajar membatik.

2. Kampung Batik Trusmi Cirebon

Batik TrusmiBatik Trusmi (Shutterstock)

Batik Trusmi Cirebon merupakan salah satu batik yang terkenal di Indonesia. Lokasi pembuatannya terpusat di Kecamatan Plered, sekitar empat kilometer di sebelah barat pusat Kota Cirebon, Jawa Barat. Kepopuleran ini membuat daerah asalnya mendapat julukan Kampung Batik Trusmi.

Batik yang menjadi primadona di Kampung Batik Trusmi Adalah Batik Motif Megamendung khas Cirebon. Motif Batik Megamendung berbentuk gumpalan awan yang khas dengan aneka warna nan cerah. Batik ini melambangkan ketenangan, kesabaran, pengendalian diri, keteduhan, dan kekuatan.

Batik Trusmi juga menawarkan beberapa jenis batik untuk bisa dipilih sesuai selera masing-masing. Ada dua jenis batik Trusmi yang utama, yaitu batik tulis dan batik cap.

3. Kampung Batik Tanjungbumi Madura

Traveler bisa nih melihat goresan tangan ibu-ibu istri nelayan di batik Gentongan di Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura. Batik Gentongan memiliki ciri khas motif hingga proses pembuatan yang berbeda dengan batik lainnya.

Batik Gentongan punya ciri khas tersendiri dari motif dan warnanya yang cenderung cerah.

Dari segi warna, karakteristik warna yang digunakan cenderung berani dan tegas, seperti warna merah yang melambangkan karakter masyarakat Madura yang kuat dan keras. Ada hijau yang melambangkan warna religi, di mana terdapat beberapa kerajaan Islam yang didirikan dan berkembang di Madura. Kuning melambangkan bulir-bulir padi dan biru melambangkan laut yang mengelilingi sekitar Pulau Madura.

Sementara itu, corak dan motifnya menggambarkan kegiatan nelayan dan hewan-hewan yang dijumpai ketika pergi melaut, karena sebagian besar masyarakat Bangkalan bermata pencaharian sebagai nelayan.

Salah satu motif paling populer dari batik Gentongan adalah motif Tong Centong yang artinya alat penyendok nasi. Motif ini diciptakan pada tahun 1950-an.

4. Kampung Batik Lasem

Batik Tulis LasemBatik Tulis Lasem (@awesomelasem/instagram)

Tak lengkap rasanya liburan di ke Kabupaten Rembang tidak singgah ke Kampung Batik Lasem yang punya ciri khas perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa.

Kampung Batik Lasem dikenal warna batiknya yang khas seperti merah darah ayam dan biru. Selain itu, Kampung Batik Lasem juga memiliki koleksi batik dengan motif Burung Hong, Naga, dan Gunung Ringgit yang merupakan percampuran antara budaya lokal serta budaya Tionghoa.

Seluruh pengerjaan batik Lasem dilakukan secara manual dan tradisional oleh masyarakat setempat, yang membutuhkan ketelitian dan waktu yang cukup lama. jadi traveler jangan kaget jika harga batiknya lebih mahal.

5. Rumah Batik Marunda

Warga Rusunawa Marunda terus berkarya dengan memproduksi batik. DI Hari Batik Nasional ini, batik Marunda jadi babak baru batik Betawi.Warga Rusunawa Marunda terus berkarya dengan memproduksi batik. DI Hari Batik Nasional ini, batik Marunda jadi babak baru batik Betawi. Foto: Pradita Utama

Di Jakarta, traveler juga bisa nih main ke ujung Jakarta tepatnya di kawasan Rusunawa Marunda. Di sana terdapat rumah produksi batik khas Jakarta bernama Rumah Batik Marunda.

Proses membatik untuk batik Marunda juga sama seperti proses batik lainnya, mulai dari menjiplak gambar, mencanting, memberikan warna, lorot atau menghilangkan malam pada kain hingga menjemurnya.

Motif batik yang dibuat pun selalu identik dengan Jakarta, misalnya motif Formula E, Jakarta kekinian, motif sampan dan nyiur, motif petasan, motif Rumah si Pitung, Flamboyan, teratai rawa bebek, sampan kelapa, Semanggi, pinisi, lambondoh, Morotai dan masih banyak lainnya.

Teruntuk harga Batik Marunda, harga kainnya mulai dari Rp 1,5 juta. Namun bila sudah diolah menjadi baju, outer atau rok lilit, harganya semakin mahal, mulai Rp 2 jutaan. Teruntuk waktu pengerjaan tergantung dari motif yang dipilih konsumen, 1-2 minggu.

(sym/fem)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Simbol Perjuangan, Toleransi, dan Kemanusiaan



Cianjur

Di Jalan Moch Ali No. 64, Cianjur terdapat sebuah rumah berwarna hijau yang berusia hampir satu setengah abad. Lokasinya agak menjorok sekitar 10 meter dari jalan raya dan dikelilingi pepohonan yang cukup rimbun sehingga seperti tersembunyi.

Rumah yang dibangun pada 1886 ini merupakan kediaman Bupati Cianjur ke-10 RAA Prawiradiredja II yang berkuasa pada 1864-1910. Sejak 2010 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan rumah ini sebagai Benda Cagar Budaya Nasional.


“Di masa pendudukan Jepang menjadi basis pergerakan PETA (tentara Sukarela Pembela Tanah Air). Tokohnya antara lain Gatot Mangkoepraja dan Raden Ayu Tjitjih Wiarsih (anak dari Bupati Prawiradiredja II) selaku pemilik waris rumah in,” kata Rachmat Fajar, cucu buyut Prawiradiredja II saat menerima rombongan Komunitas Japas (Jalan Pagi Sejarah) Bogor, Rabu (20/8/2025).

Rachmat Fajar, cucu buyut Prawiradiredja II saat menerima rombongan Komunitas Japas (Jalan Pagi Sejarah) Bogor, Rabu (20/8/2025).Rachmat Fajar, cucu buyut Prawiradiredja II saat menerima rombongan Komunitas Japas (Jalan Pagi Sejarah) Bogor, Rabu (20/8/2025). (Sudrajat)

Pada 1963, Bumi Ageung Cikidang pernah menjadi tempat singgah dan perlindungan ratusan warga Tionghoa. Umumnya mereka para orang tua, perempuan, dan anak-anak.

Kala itu terjadi kerusuhan yang bermula dari keributan di kampus Institut Teknologi Bandung. Entah kenapa dan siapa yang menggerakkan lalu pecah menjadi kerusuhan di Cirebon yang merembet ke tempat lain seperti Bogor, Cianjur, Sukabumi, Garut, Cipayung, dan beberapa daerah di provinsi lain.

Kala itu,kata Fajar, warga pribumi mengeluarkan barang-barang milik dari pertokohan di sekitar Pecinan lalu membakarnya. Tidak ada yang menjarah dan tindakan kriminal lainnya, orang-orang Tionghoa juga tidak menjadi sasaran amuk massa. “Namun karena ketakutan banyak warga Tionghoa akhirnya memilih bermalam di rumah ini,” kata Fajar.

Rachmat Fajar, cucu buyut Prawiradiredja II saat menerima rombongan Komunitas Japas (Jalan Pagi Sejarah) Bogor, Rabu (20/8/2025).Potret Prawiradiredja II (Sudrajat)

Sebelum dikenal dengan sebutan Bumi Ageung Cikidang, rumah seluas 510m2 di atas lahan lebih dari 3.000 m2 itu, lebih dikenal oleh warga sekitar dengan sebutan Rumah Dokter Toki Syamsudin. Di rumah ini lah warga yang sakit datang untuk berbobat dengan ongkos sangat murah.

“Jadi Ayah saya itu tidak pernah menetapkan tarif berobat, seikhlasnya saja. Karena itu bisa disebut ini rumah kemanusiaan. Ayah prakek di rumah ini dari 1970an – 2015, beliau juga salah seorang pendiri RSUD Cianjur,” kata Fajar.

Rumah ini dominan terbuat dari kayu. Bukan kayu Jati, tapi Rasamala. Maklum, kayu yang juga populer dengan sebutan Gadog ini di Jawa Barat banyak ditemukan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Untuk dinding luar, kusen pintu dan kusen jendela, tiang struktur utama dan balok struktur terbuat dari kayu Rasamala.

Meski kualitasnya masih di bawah kayu Jati tapi Rasamala tergolong tahan rayap. Teksturnya yang cenderung halus membuatnya tak perlu lagi diamplas terlalu lama sehingga cukup baik digunakan untuk dinding.

Untuk dinding ruangan dalam utama, menurut Fajar, terbuat dari anyaman pohon kajang yang dimensinya lebih kecil dan teksturnya lebih halus daripada bilik. Sementara langit plafon terbuat dari anyaman bambu (bilik).

Jendela dan pintu rata-rata memiliki tinggi sekitar tiga meter dengan ventilasi krepyak khas era Belanda. Untuk lantai sudah menggunakan tegel bermotif seperti batik.

Sebelum ke Bumi Ageung Cikidang, detikTravel bersama Komunitas Japas yang dipimpin ‘Kuncen Bogor’ Johnny Pinot dan Abdullah Abubakar Batarfie mengunjungi Pabrik Tauco Cap Meong yang legendaris, Pabrik Roti Tan Keng Cu yang khusus melayani para tentara Belanda di era kolonial, dan Istana Cipanas.

(jat/ddn)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Cara Main Game Google Bertemakan Tahun Ular


Jakarta

Imlek 2025 bertemakan Tahun Ular Kayu. Untuk memeriahkannya, Google Doodle memungkinkan pengguna untuk bernostalgia bermain game ular.

Game ular ini mengharuskan kamu bermain seperti game ular jadul. Jadi, kamu cuma harus memakan makanan yang ada. Setiap makan, badan ular kamu bakal semakin panjang. Nah, tantangannya jadi makin sulit begitu tubuh ular kamu semakin panjang.

Kalau pas Imlek kemarin, Rabu (29/1/2025), Google Doodle bakal muncul otomatis di halaman search. Namun, karena Festival Musim Semi sudah berakhir, kamu harus mencari game bertema ular itu sendiri. Begini caranya.


Cara Main Game Google Bertemakan Tahun Ular

  1. Buka laman penelusuran Google
  2. Masukkan keyword ‘google doodle snake game’
  3. Nantinya akan muncul boks bertuliskan ‘Year of the Snake’ dan langsung tekan tombol ‘Play’
  4. Lanjut dengan memilih ‘Play’ lagi
  5. Kamu sudah dapat memainkannya menggunakan panah yang ada di keyboard.
Imlek 2025 bertemakan Tahun Ular Kayu. Untuk memeriahkannya, Google Doodle memungkinkan pengguna untuk bernostalgia bermain game ular.Imlek 2025 bertemakan Tahun Ular Kayu. Untuk memeriahkannya, Google Doodle memungkinkan pengguna untuk bernostalgia bermain game ular. Foto: SS Google

Keberadaan game Snake di Google Doodle bukan sekadar hiburan, tetapi juga memiliki makna tersendiri. Tahun Ular Kayu merupakan bagian dari siklus 60 tahun dalam kalender Tionghoa, yang mengombinasikan 12 shio dan 5 elemen alam.

Dalam astrologi Tionghoa, ular melambangkan kebijaksanaan, transformasi, dan intuisi. Sedangkan elemen kayu merepresentasikan pertumbuhan, kreativitas, dan stabilitas. Kehadiran game Snake bertema Imlek ini seakan mengajak pemain untuk merayakan semangat transformasi dan kebijaksanaan yang dibawa oleh shio ular di tahun ini.

Selain permainan klasik ini, Google Doodle juga kerap merayakan berbagai budaya dunia melalui tampilan kreatifnya. Hadirnya game Snake bertema Imlek 2025 ini menjadi salah satu bentuk apresiasi Google terhadap perayaan Tahun Baru China yang memiliki makna mendalam bagi jutaan orang di seluruh dunia.

Jadi, itu lah cara bermain game Google bertemakan Tahun Ular. Sedikit nostalgia kan, dengan game yang ada di gadget jadul?

(ask/ask)



Sumber : inet.detik.com

Museum Tionghoa Sukabumi, Jejak Budaya China di Tanah Sunda



Sukabumi

Sebuah museum khusus yang menyimpan berbagai peninggalan bersejarah masyarakat Tionghoa berdiri di tengah hiruk-pikuk kawasan niaga dan kuliner kota Sukabumi.

Museum Tionghoa Soekaboemi menjadi ikon baru di kota berjuluk ‘Nizza Van Java’ atau kota yang memesona di Pulau Jawa itu.

“Museum Tionghoa Soekaboemi didirikan pada 2021 oleh lima tokoh pencinta sejarah yang peduli akan pentingnya melestarikan peninggalan sejarah dan budaya Tionghoa di Kota Sukabumi,” demikian disampaikan Yapsa Dinanthy, sukarelawan yang menjadi pemandu di museum tersebut.


Yapsa, yang juga kerap disapa Ambu, menuturkan bahwa museum ini menyimpan berbagai koleksi yang memiliki nilai sejarah penting.

Koleksi-koleksi tersebut berasal dari benda titipan maupun sumbangan warga Sukabumi, kolektor benda kuno, serta pemerhati budaya Tionghoa peranakan di Indonesia.

Museum yang memiliki empat lantai ini menyimpan koleksi yang beragam. Di lantai satu, kita akan disambut dengan berbagai benda, mulai dari kursi dan meja khas yang umumnya ada di rumah-rumah warga Tionghoa pada masa lampau, lukisan besar yang menggambarkan kedatangan Laksamana Cheng Ho di tanah Jawa serta gambaran kehidupan masyarakat Tionghoa di masa lalu, hingga benda-benda rumah tangga yang dahulu digunakan oleh masyarakat Tionghoa.

Sementara itu, di lantai dua kita dapat menjumpai koleksi mata uang kertas maupun koin-koin kuno yang berhasil dikumpulkan, mulai dari alat tukar pada masa Kerajaan Mataram Jawa hingga uang keluaran terbaru.

Altar tempat masyarakat Tionghoa mengenang leluhur mereka juga dapat ditemukan di lantai ini, lengkap dengan peralatan untuk upacara sembahyang dan pemakaman.

Yapsa kemudian mengajak untuk melihat bagian rooftop museum yang biasa digunakan untuk menggelar acara-acara komunitas sejarah dan melihat lebih jelas bagaimana Kota Sukabumi yang sejuk menyimpan banyak sejarah dan memori, khususnya bagi warga Tionghoa.

Dia menunjukkan bahwa dari bagian atas museum ini, kita juga dapat menyaksikan harmoni antara warga Tionghoa maupun pribumi yang telah terjalin lama. Ini terlihat dari sebuah kelenteng yang dibangun berdekatan dengan masjid dan gereja.

“Dahulu, masyarakat Tionghoa dimakamkan dengan membawa serta benda-benda berharga milik mereka, seperti uang, emas, dan lain-lain,” kata Yapsa.

“Namun, hal itu justru menarik perhatian para pencuri makam, sehingga uang dan emas asli kemudian digantikan dengan uang palsu atau mainan,” tambahnya.

Museum Tionghoa Sukabumi.Museum Tionghoa Sukabumi. Foto: Siti Fatimah/detikJabar

Di lantai lainnya, kita juga dapat menjumpai koleksi dokumen-dokumen tua dari warga Tionghoa, serta berbagai tengkorak dan spesimen hewan buruan dari era kolonial Belanda.

Museum Tionghoa Soekaboemi menjadi tempat bagi masyarakat, khususnya di daerah Sukabumi maupun Jawa Barat, untuk mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Tionghoa di masa lampau dan bagaimana kontribusi mereka dalam membangun daerah tersebut.

Yapsa berharap bahwa dengan banyaknya pelajar maupun pencinta sejarah yang berkunjung ke museum itu akan menghasilkan pengenalan yang lebih mendalam tentang nilai-nilai sejarah Kota Sukabumi, khususnya yang berkaitan dengan komunitas Tionghoa.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Liburan Seru di PIK 2 Rekomendasi Spot Instagramable dan Kuliner Lezat



Jakarta

Traveler bisa menjadikan PIK 2 sebagai pilihan liburan di akhir pekan. Banyak tempat menarik dan instagramable yang bisa dikunjungi, mulai dari pantai hingga kafe-kafe estetik.

PIK 2 menawarkan kebaruan dan suasana pantai plus beragam kuliner. Selain itu banyak spot instagramable yang bisa bikin traveler memaksimalkan kunjungan ke PIK 2.

detikcom merangkum rekomendasi spot instagramable di PIK 2 untuk dikunjungi.


1. Aloha

Di Aloha Bisa Wisata Pantai Pasir Putih Sambil Jajan Pizza dan Giant SquidWisata ALoha, pusat kuliner tepi pantai berpasir putih di PIK2 (detikcom)

Spot berupa pantai dan restoran ini tak bisa dilewatkan saat berkunjung ke PIK 2, lho. Di sini kamu bisa menikmati pasir pantai putih bak di Hawaii, mencoba ragam kulinernya, bergabung dengan kelas olahraga dan memanjakan anak-anak di playgroundnya.

Tidak ada biaya untuk masuk ke Aloha. Traveler hanya perlu membayar arena playground dan parkir.

2. Dreamville Beach Club

Rasakan keseruan di Dreamville Beach Club PIK 2, beach club pertama di Jakarta yang baru dibuka tahun 2024. Lokasi beach club ini sejajar dengan kawasan komersial Ginza Beachwalk.

Infinity pool yang langsung menghadap ke Pantai Pasir Putih PIK 2, menjadi salah satu daya tarik tempat ini. Dreamville Beach Club buka setiap hari dari jam 10.00 – 04.00 WIB untuk Jumat-Sabtu. Sementara di Minggu-Kamis buka dari jam 10.00 – 00.00 WIB.

3. La Riviera PIK 2

La Riviera PIK 2 merupakan ruko yang bangunannya didesain seperti Eropa. Tempat ini sangat cocok untuk dinikmati saat sore hari.La Riviera PIK 2 merupakan ruko yang bangunannya didesain seperti Eropa. Tempat ini sangat cocok untuk dinikmati saat sore hari. (Agung Pambudhy)

La Riviera merupakan wisata di PIK 2 yang mengusung konsep kawasan ala Eropa yang estetik. Ruko-ruko di kawasan mempunyai arsitektur Eropa dengan kanal-kanal yang membelah kawasannya.

Jangan lupa abadikan foto di tempat ini dan naik peruahu di danaunya, karena vibesnya seolah kamu lagi jalan-jalan ke Eropa.

Selain menikmati keindahan arsitekturnya, pengunjung juga bisa hunting makanan di sini. Masuk La Riviera PIK 2 itu gratis alias nggak dipungut biaya.

4. Cove at Batavia PIK

Cove at Batavia adalah salah satu tempat hits untuk nongkrong di PIK 2, yang dirancang sebagai ruang publik dengan konsep ritel ruang terbuka di Golf Island.

Daya tarik dari tempat ini adalah lokasinya yang persis di pinggir laut dengan angin sepoi-sepoi. Kamu bisa pergi ke sini untuk jogging atau berjalan kaki, makan di restoran, sambil menikmati keindahan laut.

Cove at PIK buka setiap hari dengan jam operasional Minggu-Kamis 10.00-23.00P WIB dan Jumat-Sabtu 11.00-23.00 WIB.

5. Pantjoran PIK 2

Pagoda di Pantjoran PIK 2Pagoda di Pantjoran PIK 2 (Weka Kanaka/detikcom)

Pantjoran bisa jadi destinasi tempat makan di PIK 2 untuk kamu pecinta kuliner yang lokasinya ada di di Golf Island PIK.

Pantjoran Chinatown punya konsep dan desain arsitektur khas budaya Tionghoa (kampung Cina). Hal tersebut juga yang menjadikan daya tarik tempat ini.

Harga masuk Pantjoran PIK 2 gratis, dengan jam operasional Senin-Minggu pukul 07.00-23.00 WIB. Biasanya, weekend tempat ini ramai dipadati pengunjung berkisar dari waktu sore ke malam.

6. Land’s End

Daya tarik dari Land’s End adalah wisata tepi pantai dengan arsitektur bergaya rustic coastal. Di sini, tersedia juga restoran, retail hingga entertainment sports.

Dari kejauhan, kita bisa melihat mercusuarnya di pinggir pantai. Kawasan ini juga unik dengan dominasi warna biru pada bangunan dan asesorisnya.

Land’s End buka setiap hari mulai dari pukul 08.00-23.00 WIB.

7. Urban Farm PIK

Urban Farm PIK adalah marketplace yang konsepnya dikelilingi alam. Buat traveler yang suka tanaman, tempat ini memiliki banyak koleksi tanaman menarik. Di sini terdapat beberapa tenant fashion, lifestyle, bookstore, F&B, hingga fresh market.

(sym/fem)



Sumber : travel.detik.com

Berproduksi Selama 140 Tahun, Cap Meong Jadi Legenda Tauco Cianjur



Jakarta

Kelezatan tauco Cap Meong bertahan sejak 1880 hingga sekarang. Dirintis suami – istri asal Tionghoa, usaha ini dikelola generasi kelima.

Saat traveler pelesiran ke Cianjur, Jawa Barat tak afdol kiranya bila tak menjadikan tauco sebagai oleh-oleh. Sebab, di kota inilah bumbu masak berbahan dasar fermentasi kacang kedelai ini pertama kali diproduksi, yakni sejak 1880.

Tak heran bila pemerintah daerah setempat sampai membuatkan tugu khusus berupa empat botol tauco berukuran jumbo di persimpangan Jalan Dr Muwardi dan Jalan HOS Cokroaminoto.

Orang yang pertama kali memperkenalkan tauco adalah pasangan imigran asal tionghoa, Tan Kei Hian (Babah Tasma) dan Tjoa Kim Nio. Suami istri itu memulai usaha tauconya dari industri rumahan.


Nah, setelah masyarakat mulai menggemari, barulah produksi diperbanyak. Uniknya, Tan dan Tjoa membuat tauco dengan rasa berbeda. Kalau Babah Tasma rasa tauconya cenderung manis, Ny. Tasma lebih menyerap selera lokal, menyuguhkan rasa asin.

Cap Meong, legenda Tauco CianjuCap Meong, legenda Tauco Cianjur (Sudrajat/detikcom)

“Saat mereka bercerai, Babah Tasma memberi label produksi tauconya Cap Gedong, sedangkan Nyonya Tasma menggunakan Cap Meong,” tutur Rachmat Fajar saat memandu 50 anggota Komunitas Japas (Jalan Pagi Sejarah) Bogor yang berkunjung ke toko tauco Cap Meong di Jalan HOS Cokroaminoto No 160 Cianjur, Rabu (20/8/2025).

Sejak bertahun lalu, Cap Gedong sudah jarang ditemui di pasaran. Mungkin sudah tak diproduksi lagi. Begitu juga dengan tauco merek lain seperti Biruang, Badak, dan Harimau. yang meredup sejak beroperasinya jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) pada 2005.

Bentuk bangunan toko Cap Meong tampak sederhana, khas rumah toko milik orang Tionghoa tempo dulu. Di depannya terpampang papan nama bertuliskan ‘Tauco No. 1 buatan Nyonya Tasma Cap Meong’. Penggunaan kata dan gambar Meong menurut cerita turun-temurun warga sekitar, kata Fajar, karena pada suatu hari di kediaman Babah dan Nyonya Tasma terdapat bekas tapak hewan tersebut.

“Meong itu sebetulnya bukan kucing, dia ukurannya lebih besar tapi juga tidak sebesar macan atau harimau,” kata Fajar yang merupakan cucu buyut Bupati Cianjur ke-10, RA Aria Prawiradiredja.

Cap Meong, legenda Tauco CianjuCap Meong, legenda Tauco Cianjur (Sudrajat/detikcom)

Terkait asal usul tauco di Nusantara, Darma Ismayanto menuliskannya dalam Majalah Historia No. 11 Tahun I yang terbit pada 2013. Ia antara lain merujuk ‘History of Miso and Soybean Chiang’ karya William Shurtleff and Akiko Aoyagi. Di Nusantara, referensi pertama mengenai tauco dapat dirunut dari tulisan seorang ilmuwan Belanda, Prinsen Geerligs pada 1895-1896. Geerligs menyebutnya tao tsioe dalam artikel Belanda pada 1895 dan tao tjiung dalam artikel Jermannya pada 1896.

Dalam tulisannya, Shurtleff and Aoyagi juga mengatakan kalau tauco masih berhubungan dengan jiang, bumbu masak asal Tiongkok. Diperkirakan berasal sebelum Dinasti Chou (722-481 SM), jiang diklaim sebagai bumbu tertua yang diketahui manusia. Awalnya dikembangkan sebagai cara melestarikan makanan kaya protein hewani untuk digunakan sebagai bumbu.

Dari situ, bangsa-bangsa Asia Timur juga menemukan bahwa ketika seafoods dan daging (kemudian kedelai) yang asin atau direndam dalam campuran garam dan anggur beras (atau air), protein mereka dipecah oleh enzim menjadi asam amino, yang pada gilirannya dapat merangsang selera makan manusia, serta dapat digunakan sebagai penambah rasa makanan lain.

Cap Meong, legenda Tauco CianjuCap Meong, legenda Tauco Cianjur (Sudrajat/detikcom)

Saat ini manajemen pengelolaan tauco Cap Meong sudah oleh generasi kelima. Namanya Stefany Tasma, putri Harun Tasma (generasi keempat) yang lebih banyak tinggal di Tangerang. “Tapi dia lebih sering tinggal di Tangerang,” kata Abdul Raup, yang mengaku telah 35 tahun bekerja di Nyonya Tasma.

Sebagai generasi penerus berlatar pendidikan manajemen perguruan tinggi, Stefany disebut memberikan sentuhan kekinian dalam pemasaran, seperti kemasan yang berwarna, desain label yang lebih modern, diversifikasi produk olahan berbahan tauco, membuka outlet baru yang lebih luas dan strategis di Gn Lanjung Km 5, Cugenang, memperkenalkan sistem penjualan online, hingga mempromosikan seluk belum tauco lewat media sosial seperti Instagram.

(jat/fem)



Sumber : travel.detik.com

Spot Jakarta Versi Lebih Tenang dan Nyastra, di Perpus HB Jassin Tempatnya



Jakarta

Jakarta Pusat memiliki spot yang pas buat berburu koleksi karya sastra sekaligus begitu tenang. Adalah Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini.

PDS HB Jassin berada di lantai 5 Gedung Panjang, TIM. Di sini, traveler bakal dilempar ke vibe yang tenang, sepi, dan nyastra. Itulah yang dirasakan detiktravel saat mengunjungi PDS HB Jassin pada Selasa (16/9/2025) sore selepas azan Salat Asar.

Di dalam ruangan itu terdapat begitu banyak rak buku dengan beragam karya sastra modern lintas zaman. PDS HB Jassin ini menyimpan manuskrip asli dan dokumen tulisan tangan karya sastrawan besar Indonesia seperti Chairil Anwar dan WS Rendra, ribuan karya sastra (puisi, cerpen, novel), biografi pengarang, Sastra Melayu Tionghoa, berbagai macam majalah, naskah kuno, serta kumpulan surat-surat korespondensi sastrawan.


Ya, ruangan itu lekat sastrawan, baik dalam bentuk foto atau kutipan. Termasuk, foto HB Jassin, yang memiliki nama lengkap Hans Bague Jassin. Beliau wafat pada 11 Maret 2000 dalam usia 83 tahun.

Dikutip dari antara, budayawan sekaligus Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2015-2024) Hilmar Farid menilai HB Jassin sebagai sosok penulis kritik sastra yang tekun melahirkan berjilid-jilid karya tulis sehingga dikenal dengan julukan Paus Sastra.

HB Jassin berperan sebagai seorang arsiparis. Menurut catatan, dia sudah mulai mengumpulkan arsip sejak awal tahun 1930-an. Dia menyimpan penerbitan sastra dalam berbagai bentuk, berupa surat dan dokumen pribadi, makalah seminar, makalah diskusi yang tidak diterbitkan dan berbagai macam bentuk dokumentasi lainnya.

Perpustakaan ini adalah pusat dokumentasi sastra terbesar di Indonesia dan menjadi rujukan vital bagi penelitian sastra dan humaniora nasional maupun internasional.

PDS HB JassinPDS HB Jassin (dok. Qonita Hamidah/detik travel)

detiktravel menelusuri rak demi rak di perpus yang berawal dari inisiatif Sang Paus Sastra–julukan untuk HB Jassin–dan menemukan banyak pengunjung duduk di lantai. Mereka sibuk membaca, bekerja dengan laptop, atau melihat-lihat aneka koleksi ari dataran Eropa, Asia, dan Amerika.

Di seputar area PDS HB Jassin memang tidak terdapat tempat duduk atau meja kerja. Pengunjung yang ingin membaca, menulis, atau bekerja dengan laptop duduk di lantai dan melakukan kegiatannya. Nah, mereka yang ingin duduk mau tidak mau harus keluar ruangan PDS HB Jassin lebih dulu.

Dengan koleksi buku-buku sastra itu, PDS HB Jassin cukup emnjadi oase bagi pencari ketenangan dan ilmu di jantung kota Jakarta. Untuk sementara, pengunjung diajak menyelami pemikiran dan wawasan para pegiat sastra. Paduan diksi yang tepat adalah pemandangan indah bagi pecinta sastra.

Koleksi lain PDS HB JassinKoleksi lain PDS HB Jassin (dok. Qonita Hamidah/detik travel)

Buat traveler yang ingin memuaskan hobi baca, sekadar ingin meningkatkan pengetahuan, atau memang mendalami sastra, PDS HB Jassin adalah pilihan yang tepat. Traveler dijamin menemukan dunia baru yang sangat memukau dan bisa jadi menimbulkan ketagihan literasi.

(fem/row)



Sumber : travel.detik.com

Jelajah Petak 9, Pecinan Tertua di Jakarta yang Penuh Cerita


Jakarta

Petak 9 di Glodok, Jakarta, adalah kawasan Pecinan tertua di Indonesia. Traveler bakal menemukan suasana autentik, kuliner, dan wihara megah di sini.

Petak 9 terletak di Jalan Kemenangan Raya nomor 40, RT 5/RW 1, Glodok, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Kawasan ini dikenal sebagai bagian dari Pecinan Jakarta, yang disebut-sebut sebagai kawasan Pecinan terbesar sekaligus tertua di Indonesia.

Pengunjung yang membawa kendaraan pribadi bisa memarkir mobil di tepi jalan sekitar Petak 9 dengan tarif sekitar Rp 10 ribu.


Petak 9 tidak memiliki papan nama resmi yang menandakan kawasan ini, sehingga traveler yang baru kali pertama berkunjung sebaiknya bertanya kepada warga sekitar agar tidak tersesat.

Bagi detikers yang hobi membuat konten vlog atau fotografi, tempat ini bisa jadi spot seru untuk menangkap suasana khas Pecinan yang autentik. Deretan kios di sepanjang gang menjajakan berbagai kebutuhan, mulai dari buah, sayur, ikan segar, hingga jajanan tradisional Tionghoa. Beberapa toko juga menjual perlengkapan ibadah umat Tionghoa seperti dupa, angpau, dan lampion.

“Toko biasanya ramai menjelang Imlek. Banyak warga Tionghoa datang untuk membeli kue keranjang dan perlengkapan sembahyang,” ujar Li Xau, pedagang di Toko Kuh Kok di Petak 9.

Di kawasan ini juga banyak pedagang pakaian, perabot rumah tangga, buah, sayur, dan ikan. Traveler yang ingin membeli ikan segar, waktu terbaik datang adalah pagi hari karena stok ikan masih baru dan kualitasnya lebih baik.

Jalanan sempit dengan genangan air dari kios ikan menjadi ciri khas Petak 9. Suasana ramai membuat pengunjung kadang harus bergantian lewat dengan pengendara motor yang melintas. Meski padat, atmosfernya justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan kehidupan khas Pecinan Jakarta.

Kawasan Petak 9 juga dikenal dengan deretan wihara yang berdiri megah di antara bangunan tua. Dua wihara paling terkenal di area ini adalah:

Wihara Dharma Bakti

Vihara Petak 9 Glodok Jakarta BaratVihara Petak 9 Glodok Jakarta Barat (Qonita Hamidah/detikTravel)

Terletak di pertigaan pertama Petak 9 sebelah kanan. Aroma dupa langsung menyambut begitu pengunjung masuk ke dalam area wihara. Jam operasional mulai pukul 06.00 hingga 16.00.

Wihara Dharma Jaya Toasebio

Vihara Petak 9 Glodok Jakarta BaratVihara Petak 9 Glodok Jakarta Barat (Qonita Hamidah/detikTravel)

Berada di Jalan Kemenangan III nomor 48, Jakarta Barat, sekitar 450 meter dari Wihara Dharma Bakti. Vihara ini menjadi tempat sembahyang sekaligus destinasi religi yang sering dikunjungi wisatawan.

Petak 9 yang kental dengan nuansa Tionghoa memang jadi destinasi pilihan bagi penyuka wisata budaya, sejarah, dan fotografi. Buat kamu yang mau jalan-jalan di sini, jangan lupa bawa payung atau sunscreen sehingga tetap nyaman traveling saat panas atau hujan.

(row/fem)



Sumber : travel.detik.com

Rute dan Akses Menuju Destinasi Wisata Petak Sembilan, Glodok


Jakarta

Kawasan wisata budaya dan kuliner Petak Sembilan di Glodok, Jakarta Barat bisa diakses dengan kendaraan umum. Simak di sini informasinya.

Akhir pekan belum mempunyai rencana liburan? Petak Sembilan di kawasan Pecinan Glodok bisa jadi pilihan menarik. Kawasan ini dikenal sebagai surga kuliner khas Tionghoa, lengkap dengan suasana pasar yang dipenuhi toko China.

Bukan hanya menyuguhkan makanan lezat, Petak Sembilan juga menawarkan pengalaman berjalan di antara gang sempit dengan aroma dupa, jajanan tradisional, hingga toko Cina yang legendaris. Tak heran jika kawasan ini selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.


Masih bingung soal transportasi umum menuju ke sana? detikTravel sudah merangkum beberapa cara mudah menuju Petak Sembilan.

Naik TransJakarta

Perjalanan bisa dimulai dengan naik TransJakarta koridor 1 (Blok M-Kota) dan turun di Halte Glodok. Setelah itu, lanjutkan berjalan kaki sekitar 250 meter menuju kawasan Pecinan Jakarta atau dikenal juga sebagai Chinatown.

Setelah melewati gapura khas Tionghoa di pintu masuk, lanjutkan berjalan sekitar 50 meter hingga menemukan Gang Petak 9 di sisi kanan jalan. Bagi yang baru pertama kali datang, disarankan bertanya kepada warga sekitar, karena gang ini tidak memiliki papan nama resmi yang menandai sebagai Petak Sembilan.

Naik KRL

Alternatif lain adalah menggunakan KRL. Naik kereta menuju arah Kampung Bandan dan turun di Stasiun Duri. Dari sana, berjalan sekitar 100 meter ke Jalan Duri Utama 1, kemudian naik mikrolet M41. Turun di Jalan Kemenangan 1 dan lanjutkan berjalan sekitar 200 meter menuju kawasan Petak Sembilan.

Naik MRT

Moda transportasi modern ini juga bisa jadi pilihan. Turun di Stasiun Bundaran HI, lalu lanjutkan perjalanan menggunakan TransJakarta koridor 1 dan turun di Halte Glodok. Selanjutnya, cukup berjalan kaki menuju kawasan Pecinan untuk menemukan Petak Sembilan.

Petak Sembilan bukan sekadar destinasi kuliner, tetapi juga tempat untuk merasakan atmosfer budaya Tionghoa yang masih terjaga di tengah hiruk-pikuk Jakarta. Jadi, siapkan kamera dan selera makan terbaikmu, karena setiap sudutnya siap memanjakan mata dan perut!

(row/fem)



Sumber : travel.detik.com