Tag Archives: umayyah

Sosok Panglima Perang Islam yang Berhasil Taklukan Andalusia



Jakarta

Thariq bin Ziyad adalah salah satu panglima perang Islam yang paling tersohor pada masanya. Bahkan, namanya diabadikan sebagai nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol (Selat Gibraltar dalam bahasa Spanyol).

Mengutip buku Para Panglima Perang Islam susunan Rizem Aizid, Thariq termasuk panglima terkuat Islam. Ia berasal dari Kerajaan Umawiyah atau Bani Umayyah dan dikenal sebagai penakluk Andalusia.

Nama lengkapnya adalah Thariq bin Abdullah bin Wanamu Az-Zanati. Ada juga yang menyebut namanya Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Wwalghu bin Warfajum bin Nabarghasan bin Walhas bin Yatufat bin Nafzaw.


Thariq bin Ziyad lahir pada 50 H atau 670 M di Khenchela, Aljazair dari kabilah Nafzah. Pendapat lain mengatakan Thariq berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko. Ada juga yang menyebut Thariq keturunan Bani Hamdan di Persia hingga bangsa Vandals.

Meski demikian, Thariq bin Ziyad bukan berasal dari Arab Saudi. Namanya dikenal sebagai panglima perang Islam pada masa Kekhalifahan Umayyah.

Thariq bin Ziyad memimpin perang ekspansi ke Andalusia, Spanyol. Pada ekspansi itu, Thariq tampil sebagai pahlawan Islam yang sukses menaklukan Andalusia.

Turut diceritakan dalam buku Peradaban Islam di Eropa dari Penaklukan Andalusia hingga Runtuhnya Kekhalifahan Umayyah oleh Ari Ghorir Atiq, penaklukan Andalus telah lama direncanakan dalam pemerintahan Islam. Musa bin Nushair lalu memerintahkan Thariq untuk berangkat ke Andalus.

Pada 711 M, Thariq menjadi pemimpin dalam penaklukan atas wilayah Al-Andalus. Ia beserta pasukannya mendarat di gunung yang disebut Jabal Thariq.

Sebelum peperangan bermula, Thariq memerintahkan pasukannya membakar kapal setelah pendaratan. Tujuannya agar tidak ada pilihan baginya dan pasukannya untuk mundur.

Setelahnya, Thariq berpidato di depan bala tentaranya. Pidato itu membuat pasukannya semakin semangat dan menggebu-gebu untuk menaklukan Andalusia.

Akhirnya, ia membagi para tentara menjadi beberapa kelompok dan menuju ke tempat yang telah ditentukan. Walau jumlah pasukannya kalah besar dengan musuh yang dihadapi, mereka yakin kemenangan berpihak pada mereka.

Strategi yang ia gunakan untuk penaklukan Andalusia cukup menarik. Thariq membagi pasukannya menjadi empat kelompok yaitu pasukan pemanah yang berada di garda depan, pasukan berkuda yang bertugas menggempur musuh dari sayap kiri, pasukan pejalan kaki yang menyebrang dari sayap kanan dan pasukan yang dipimpin oleh Thariq.

Benar saja, peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Thariq dan Andalus berhasil ditaklukan. Thariq bin Ziyad menorehkan sejarah monumental yang belum pernah terjadi di tanah Andalus maupun negeri-negeri Maghribi atau lima negara di Afrika Utara.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Saat Nabi Isa Salat Berjamaah Bersama Imam Mahdi


Jakarta

Menjelang datangnya hari kiamat, Nabi Isa AS akan turun dari langit untuk menyelesaikan misinya di bumi. Disebutkan pula dalam beberapa hadits, Nabi Isa AS akan salat berjamaah bersama Imam Mahdi. Ia sebagai makmum.

Menurut penjelasan dalam buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat sejak Adam A.S Hingga Muhammad SAW karya Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, Nabi Isa AS akan mengenakan pakaian dua lapis berwarna merah ketika turun ke bumi.

Sebagaimana yang diterangkan pada sebuah hadits berikut. Rasulullah SAW bersabda,


“Tidak ada seorang Nabi pun antara aku dan Isa AS. Sesungguhnya, ia benar-benar akan turun dari langit. Ketika kamu melihatnya, ketahuilah bahwa ia adalah seorang pria dengan tubuh berperawakan sedang dan kulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun mengenakan dua lapis pakaian yang dicelup berwarna merah, dan kepalanya terlihat seperti meneteskan air meskipun sebenarnya tidak basah.” (HR Abu Dawud)

Nabi Isa AS Jadi Makmum Imam Mahdi

Masih merujuk buku yang sama, turunnya Nabi Isa AS ke bumi untuk menyerukan manusia agar mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Bahkan disebutkan dalam sebuah hadits bahwa hal pertama yang dilakukan Nabi Isa AS setelah turun dari langit ialah menunaikan salat.

Nabi Isa AS akan melaksanakan salat yang dipimpin oleh Imam Mahdi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits-hadits berikut.

Rasulullah SAW bersabda, “Sekelompok dari umatku akan terus berperang demi kebenaran secara terang-terangan hingga hari kiamat. Saat Isa Ibn Maryam turun, pemimpin mereka (Al Mahdi) akan berkata, ‘Datanglah dan pimpinlah salat kami.’ Namun, Isa akan menjawab, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kehormatan yang diberikan Allah kepada umat ini (umat Islam)’.” (HR Muslim dan Ahmad)

Lalu, diterangkan dalam hadits serupa yang berbunyi,

“Tiba-tiba Isa AS sudah berada di antara mereka dan panggilan salat dikumandangkan. Kemudian, seseorang berkata kepadanya, ‘Majulah dan pimpinlah salat, wahai ruh Allah.’ Isa menjawab, ‘Biarlah pemimpin kalian yang maju dan mengimami salat’.” (HR Muslim & Ahmad)

Kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa Nabi Isa AS menolak menjadi imam salat dan mempersilahkan Imam Mahdi memimpin salat karena kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepadanya.

Misi Nabi Isa AS di Bumi

Ustaz Khalillurrahman El-Mahfani dalam buku Kemunculan Dajjal & Imam Mahdi Semakin Dekat menjelaskan bahwa misi Nabi Isa AS turun ke bumi ialah untuk membunuh Dajjal dan menumpas Ya’juj dan Ma’juj.

Setelah misi tersebut tuntas, Nabi Isa AS akan tetap tinggal di bumi selama empat puluh tahun. Sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah berikut,

Rasulullah SAW bersabda, “Para nabi bersaudara karena beberapa alasan. Agama mereka sama, tetapi ibu mereka berbeda-beda. Aku adalah orang yang lebih berhak bersaudara dengan Isa bin Maryam karena tidak ada nabi di antara aku dan ia, dan ia akan turun. Jika kalian melihatnya, kenalilah bahwa ia memiliki tubuh sedang, kulitnya kemerah-merahan, berambut lurus, seolah-olah kepalanya meneteskan air meskipun tidak basah, dan mengenakan pakaian berwarna kekuning-kuningan. Ia akan menghancurkan salib, memusnahkan babi, menghapuskan pajak, dan mengajak orang-orang masuk dalam agama Islam.

Pada zaman Isa, Allah akan menghapuskan semua agama selain Islam. Ia juga akan membunuh Al-Masih Dajjal. Dunia akan menjadi aman dan tenteram sehingga unta bisa hidup berdampingan dengan singa, harimau dengan sapi, serigala dengan domba, dan anak-anak bisa bermain dengan ular tanpa bahaya. Isa akan tinggal di bumi selama empat puluh tahun sebelum meninggal, dan umat muslim akan menyalati jenazahnya.” (HR Ahmad dalam musnadnya)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Bilal bin Rabbah, Sahabat Nabi yang Dijuluki Muadzin Ar-Rasul



Jakarta

Bilal bin Rabah adalah sahabat Rasulullah SAW yang berasal dari Habasyah atau Ethiopia. Ia merupakan seorang budak dari bani Jumhin.

Menukil dari buku Kisah-kisah Inspiratif Sahabat Nabi oleh Muhammad Nasrulloh, status sosial Bilal yang lemah menyebabkan dirinya menjadi bulan-bulanan kaum kafir Quraisy. Majikannya yang berasal dari bani Jumhin bahkan menyiksa Bilal habis-habisan begitu tahu Bilal memeluk Islam.

Sehari-hari, Bilal dijadikan layaknya mainan bagi kaum kafir Quraisy. Lehernya dikalungi tali dan dibuat seolah-olah ia adalah binatang.


Majikannya yang bernama Umayyah bin Khalaf bahkan menyeret Bilal keluar pada waktu siang terik. Bilal dipaksa keluar dari agama Islam, namun lidahnya selalu mengucap nama Allah SWT.

Merasa geram, Umayyah terus memaksa Bilal menyebut al-Latta dan al-Uzza. Tetapi hal itu tidak menghentikannya menyebut nama Allah SWT.

Bilal terus mengalami penyiksaan. Ia bahkan dipakaikan baju besi dan dibiarkan berjemur di bawah matahari. Dadanya juga ditimpa batu besar.

Meski dengan kondisi seperti itu, iman Bilal tidak runtuh. Berita penyiksaan Bilal ini sampai ke telinga Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga akhirnya ia memerdekakan Bilal dengan harga sembilan uqiyah emas seperti diterangkan dalam buku Bilal bin Rabah susunan Abdul Latip Talib.

Setelah merdeka, Bilal dipilih sebagai muazin. Dikisahkan dalam buku The Great Sahaba susunan Rizem Aizid, Bilal selalu berada di samping Rasulullah SAW ketika salat.

Saking dekatnya, Bilal kerap dijuluki sebagai bayangan Nabi Muhammad SAW. Bahkan, sang rasul sendiri yang menunjuk Bilal sebagai muazin karena suaranya terdengar kencang ke seluruh Madinah. Bilal juga digelari Muadzin ar-Rasul.

Walau begitu, selepas kepergian Nabi Muhammad SAW, Bilal bin Rabah memutuskan pensiun menjadi muazin. Saat Khalifah Abu Bakar RA meminta Bilal bin Rabah supaya menjadi muazin kembali, Bilal berkata dengan sedih, “Aku hanya menjadi muazin Rasulullah. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muazin siapa-siapa lagi.”

Sejak itulah Bilal tidak lagi mengumandangkan azan kecuali hanya sebanyak dua kali. Setelah itu, Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah dan tinggal di Homs, Syria.

Menurut kitab Hadil Arwah ila Biladil Afrah oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyyah yang diterjemahkan Sholihin, Bilal menjadi sosok yang mendahului Nabi Muhammad SAW masuk ke surga. Kisah ini bersandar pada hadits dari Buraidah ibn Hushaib.

Ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW memanggil Bilal, “Bilal! Bagaimana kau mendahului yang lain ke surga. Ketika aku hendak masuk surga kudengar suara di depanku. Semalam aku memasukinya dan kudengar suaramu di depanku.

Aku mendatangi istana segi empat yang sangat indah terbuat dari emas. Aku pun bertanya, ‘Milik siapakah istana ini?’ Para malaikat menjawab, ‘Milik seorang lelaki Arab.’

Aku menukas, ‘Aku orang Arab. Milik siapakah ia?’ Malaikat menjawab, ‘Milik lelaki Quraisy.’ Aku katakan, ‘Aku lelaki Quraisy. Milik siapakah ia?’ Mereka menjawab, ‘Milik lelaki umat Muhammad.’

Aku berkata, ‘Aku Muhammad. Punya siapakah ia?’ Para malaikat menjawab, ‘Milik Umar ibn Khaththab.’ Bilal pun menyahut, ‘Ya Rasulullah! Aku melantunkan azan setelah melakukan salat dua rakaat. Setiap kali berhadas, aku segera berwudhu. Aku bermimpi, Allah SWT menghargai salat dua rakaat itu.'”

Rasulullah SAW bersabda, “Dengan dua rakaat itu, engkau mendahuluiku masuk surga.” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi)

Dijelaskan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Bilal mendahului Rasulullah SAW karena berdoa lebih dulu kepada Allah SWT sebelum azan. Oleh sebab itu, azan Bilal terdengar di depan Rasulullah SAW.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

10 Kisah Sahabat Nabi untuk Anak yang Bisa Jadi Teladan


Jakarta

Ada 10 sahabat Rasulullah yang dijanjikan masuk surga. Setiap sahabat memiliki kisah yang berbeda-beda. Tentunya anak-anak pasti akan penasaran dan dapat meneladani sikap serta sifat para sahabat Nabi.

Menceritakan kisah kemuliaan para sahabat nabi kepada anak merupakan cara yang tepat dalam meningkatkan pemahaman dan moralitasnya supaya menjadi pribadi yang berakhlak mulia.

Sahabat-sahabat nabi tersebut adalah 10 orang pertama masuk Islam dan dijanjikan masuk surga, diantaranya yaitu: Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, dan Abu Ubaidillah bin Jarrah.


Kisah 10 Sahabat Nabi Muhammad SAW

Berikut ini, cerita singkat kesepuluh sahabat nabi Muhammad SAW yang sudah disebutkan di atas.

1. Abu Bakar as-Shiddiq

Menurut buku 10 Sahabat Rasul Penghuni Surga karya Ariany Syurfah, nama asli Abu Bakar adalah Abdul Ka’bah, sedangkan nama Abu Bakar As-Shiddiq berarti ‘Ayah si gadis’ yaitu ayah dari Aisyah, istri Rasulullah SAW.

Nama lengkap Abu Bakar adalah Abdullah bin Abu Quhafah bin Usman bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta’im bin Murah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib Al-Qurasyi At-Tamimi.

Abu bakar Ash-Shiddiq lahir di kota Mekkah pada tahun 573 M atau dua tahun setelah Nabi Muhammad SAW lahir.

Abu Bakar yang memiliki sifat lembut, rendah hati, setia, dan suka menolong, menjadi orang kedua yang memeluk Islam setelah Khadijah istri Rasulullah SAW, sehingga beliau termasuk dalam Sabiqun Al-Awwalun.

2. Umar bin Khattab

Menurut buku Umar bin Khattab RA karya Abdul Syukur Al-azizi, bahwa Umar bin Khathab RA memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr al-Adawi al-Qurasyi.

Terkait tahun kelahiran Umar bin Khattab RA, para ulama dan ahli sejarah berbeda pendapat. Namun, mayoritas ulama mengatakan ia lahir di Makkah pada tahun 538 M, dua belas, atau tiga belas tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW.

Umar bin Khattab memiliki perawakan wajah putih, agak merah, kidal, dan berkaki lebar, sehingga jalannya agak cepat, ditambah beliau dikenal sebagai pemuda yang piawai menunggangi kuda, memanah, memainkan pedang, hal ini lah yang membuatnya sangar dan ditakuti.

3. Utsman bin Affan

Nama lengkap Biografi Utsman bin Affan karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, bahwa nama asli Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abu Al-‘Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab.

Menurut pendapat yang shahih, Utsman bin Affan lahir di Makkah, enam tahun sesudah terjadinya ‘Am Al-Fil (Tahun Gajah). Namun, ada juga yang mengatakan ia lahir di Thaif, usianya lebih muda lima tahun dari Rasulullah SAW.

4. Ali bin Abi Thalib

Menurut buku Biografi Ali bin Abi Thalib karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, bahwa nama asli Ali bin Abi Thalib adalah Ali bin Abi Thalib (Abdu Manaf) bin Abdul Muthalib, dipanggil juga dengan nama Syaibah Al-Hamd bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Luai bin Ghalib bin Fahr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Maad bin Adnan.

Terdapat perbedaan di antara penulis ahli sejarah Islam, Al-Hasan Al-Basri berpendapat kelahiran Ali bin Abi Thalib sekitar 15 atau 16 tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW.

Beda lagi dengan Ibnu Ishaq, beliau berpendapat Ali bin Abi Thalib dilahirkan 10 tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW menjadi nabi.

5. Thalhah bin Ubaidillah

Menurut buku Dahsyatnya Ibadah, Bisnis, dan Jihad Para Sahabat Nabi yang Kaya Raya karya Ustadz Imam Mubarok Bin Ali, bahwa Thalhah bin Ubaidillah merupakan seorang pemuda Quraisy yang berprofesi sebagai saudagar.

Suatu hari, Thalhah bin Ubaidillah bersama Abu Bakar pergi menjumpai Rasulullah SAW, setelah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, Thalhah memantapkan niatnya memeluk agama Islam. Dirinya pun menjadi salah satu dari 10 sahabat nabi yang dijanjikan masuk surga.

6. Zubair bin Awwam

Menurut buku Sirah 60 Sahabat Nabi Muhammad saw karya Ummu Ayesha. Bahwa Zubair termasuk dalam salah satu dari 10 sahabat nabi yang dijamin masuk surga.

Zubair memeluk agama Islam saat usianya baru berusia 15 tahun, namun ada juga pendapat lainnya mengatakan Zubair memeluk Islam sejak masih anak-anak.ยท

7. Abdurrahman bin Auf

Menurut buku Kisah Seru Para Sahabat Nabi karya Lisdy Rahayu, bahwa Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu dari 10 orang yang pertama masuk Islam dan dijanjikan surga. Beliau ini dikenal sebagai sahabat yang pandai berdagang.

Suatu ketika, umat Islam hijrah dari Makkah ke Madinah, dan masing-masing sahabat nabi akan dipersaudarakan menjadi Anshar dan Muhajirin. Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi al-Anshari.

Ketika itu, Sa’ad menawarkan Abdurrahman sebagian hartanya, namun Abdurrahman menolak, dan memilih bertanya dimana letak pasar perniagaan di kota Madinah. Disanalah ia mulai berdagang, dan kembali menjadi seorang yang kaya raya.

8. Sa’ad bin Abi Waqqash

Menurut buku Sa’ad bin Abi Waqqas karya Arief Priambudi, bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan anak yang ebrbakti kepada orangtuanya. Beliau juga berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya.

9. Said bin Zaid

Menurut buku Manusia-manusia yang Dirindukan Surga karya As’ad Muhammad, bahwa Said bin Zaid adalah anak dari paman Umar bin Khattab, dan suami dari adik perempuan Umar, yakni Fatimah binti al-Khattab.

10. Abu Ubaidillah bin Jarrah

Menurut buku Biografi 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga karya Sujai Fadil, nama aslinya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah Al-Quraisyi Al-Fihri Al-Makki. Beliau termasuk Sabiqun Al-Awwalun (Orang-orang pertama masuk Islam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Perang Uhud dan Kesalahan Fatal Penyebab Kalahnya Pasukan Muslim


Jakarta

Perang Uhud adalah peristiwa bersejarah dalam Islam di masa Rasulullah SAW. Terjadinya perang ini disebabkan karena kekalahan pada perang sebelumnya.

Perang Uhud adalah upaya balas dendam dari kaum Quraisy setelah kekalahan mereka di Perang Badr. Pernyataan tersebut ditulis dalam buku Sang Panglima Tak Terkalahkan “Khalid Bin Walid” karya Hanatul Ula Maulidya. Perang Uhud terjadi pada 15 Syawal di Tahun ketiga Hijriyah (325 M).


Dalam pertempuran ini, Nabi Muhammad SAW mengerahkan 1.000 pasukan, tetapi 300 di antaranya, yang dipimpin oleh Abdullah ibn Abi al-Munafik, membelot. Akibatnya, pasukan Rasulullah tersisa 700 orang, termasuk 50 penunggang kuda.

Menghadapi jumlah musuh yang lebih banyak, Nabi Muhammad SAW menyusun strategi dengan menempatkan pasukan di atas Jabal Uhud untuk menghadapi perang ini.

Persiapan Kedua Pihak Menghadapi Perang

Merangkum buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Setelah kalah di Perang Badr, kebencian masyarakat Makkah terhadap kaum Muslim semakin membara. Quraisy merasa kehilangan banyak pemimpin dan bertekad untuk membalas dendam, sehingga mereka melarang penduduk Makkah meratapi korban Badr dan menunda tebusan tawanan agar kaum Muslim tidak merasa lebih unggul.

Quraisy sepakat untuk melancarkan serangan besar-besaran sebagai bentuk balas dendam. Pemimpin seperti Ikrimah bin Abu Jahl, Shafwan bin Umayyah, dan Abu Sufyan bin Harb sangat antusias dalam persiapan ini. Mereka mengumpulkan barang dagangan yang hilang dan menggugah semangat warga kaya untuk memberikan dukungan finansial. Shafwan membujuk penyair Abu Azzah untuk membantu membangkitkan semangat kabilah-kabilah.

Setelah setahun persiapan, mereka berhasil mengumpulkan sekitar tiga ribu prajurit, termasuk lima belas wanita untuk memberikan semangat. Pasukan ini terdiri dari tiga ribu unta, dua ratus orang penunggang kuda, dan tujuh ratus prajurit bersenjata. Abu Sufyan ditunjuk sebagai komandan tertinggi, dengan Khalid bin Al-Walid memimpin pasukan berkuda.

Sementara itu, di Madinah, umat Islam dalam keadaan siaga. Setiap Muslim siap siaga dengan senjata, bahkan saat salat. Juga ada sekumpulan Anshar seperti Sa’d bin Mu’adz yang selalu menjaga dekat Rasulullah SAW.

Di setiap pintu gerbang Madinah terdapat penjaga untuk mengantisipasi serangan mendadak. Selain itu, sejumlah muslim bertugas memata-matai gerakan musuh, berkeliling di jalur-jalur yang mungkin dilalui para musyrik untuk menyerang orang-orang Muslim.

Meletusnya Bara Peperangan

Merangkum kembali dari sumber sebelumnya, saat pertempuran dimulai, dua pihak saling mendekat. Thalhah bin Abu Thalhah Al-Abdari, pembawa bendera musyrik dan penunggang kuda Quraisy yang terkenal berani, muncul menantang adu tanding sambil menunggang unta.

Tak seorang pun berani menyambut tantangannya karena ketakutan akan keberaniannya. Namun, Az-Zubair akhirnya maju dengan semangat, melompat seperti singa, dan sebelum Thalhah bisa turun dari untanya, Az-Zubair menusukkan pedangnya, membuat Thalhah terjatuh dan tewas.

Nabi Muhammad SAW yang menyaksikan pertarungan ini segera mengangkat suaranya dalam takbir, yang diikuti oleh seluruh umat Islam. Beliau memuji Az-Zubair dan bersabda, “Sesungguhnya setiap Nabi itu mempunyai pengikut setia. Adapun pengikut setiaku adalah Az-Zubair.”

Setelah Az-Zubair mengalahkan Thalhah bin Abu Thalhah, pertempuran semakin memanas, terutama di kalangan pasukan musyrik. Pertempuran berkecamuk di seluruh medan, sementara umat Islam, dipenuhi iman, menyerbu musuh dengan semangat, berteriak “Matilah, matilah!” selama Perang Uhud.

Di titik lain, Wahsy bin Harb, seorang budak dari Habasyah yang mahir melempar tombak, melihat Hamzah bin Abdul Muththalib yang bertarung dengan gagah, mengalahkan banyak musuh. Wahsy bersembunyi di balik batu dan pohon, menunggu kesempatan.

Saat Hamzah sedang bertarung dengan Siba’ bin Abdul Uzza dan berhasil membunuhnya, Wahsy memanfaatkan momen itu. Dia melemparkan tombaknya, mengenai perut bagian bawah Hamzah hingga tembus ke selangkangan. Hamzah terluka parah dan akhirnya jatuh dan meninggal.

Perang Uhud semakin berjalan dengan cepat. Kaum Muslim yang berperang di garis depan awalnya tidak menyadari perkembangan situasi yang terjadi. Namun, begitu mereka mendengar suara Rasulullah SAW, mereka segera bergegas menghampiri beliau.

Setibanya di lokasi, mereka menemukan keadaan yang mengkhawatirkan. Rasulullah SAW terluka, enam orang Anshar tewas, dan orang lainnya terluka parah, sementara Sa’d dan Thalhah masih bertarung dengan berani.

Para sahabat segera menggunakan tubuh dan senjata mereka untuk melindungi Rasulullah SAW dari serangan musuh. Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW, adalah orang yang pertama tiba dan melihat Thalhah yang dengan gagah berani melindungi Rasulullah SAW.

Bersama Abu Ubaidah, ia berusaha melepaskan dua keping rantai topi besi yang menancap di pipi Nabi Muhammad SAW. Abu Ubaidah bahkan rela menggunakan giginya untuk mencabut kepingan besi tersebut, meskipun hal itu menyebabkan giginya goyah.

Setelah melewati situasi yang sangat berbahaya, sahabat lebih banyak berkumpul untuk melindungi sekitar Rasulullah SAW, termasuk Abu Dujanah, Mush’ab bin Umair, dan Ali bin Abu Thalib.

Kesalahan Fatal Penyebab Kalahnya Prajurit Muslim

George F Nafziger dalam bukunya Islam at War menggambarkan keadaan dalam kekalahan perang Uhud. Saat perang berlangsung, pasukan muslim sempat unggul.

Keunggulan ini disebabkan karena strategi Rasulullah SAW dalam menempatkan 150 pasukan pemanah di atas bukit untuk melindungi pasukan yang ada di bawah bukit.

Rasulullah menginstruksikan pasukan pemanah agar jangan berpindah posisi, apapun yang terjadi.

Akan tetapi imbauan Rasulullah ini tidak dihiraukan. Ketika pasukan Quraisy berjatuhan, pemanah muslimin justru berbondong-bondonv turun dari bukit untuk berebut harta rampasan perang.

Hal inilah yang menjadi penyebab pasukan Quraisy yang sebelumnya sudah mundur menjadi kembali karena aman dari ancaman pemanah.

Dalam Perang Uhud, sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib ikut gugur. Ia dibunuh oleh Wahsyi bin Harb, seorang budak Quraisy yang kemudian masuk Islam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com