Tag Archives: universitas indonesia

Inovasi Drip Bag dan Harmoni dengan Alam



Jakarta

Traveler yang pelesiran ke Garut, Jawa Barat bisa memilih kopi Sintok sebagai oleh-oleh. Di balik aroma earthy yang menggoda dan desain kemasan yang kini lebih modern, tersembunyi cerita tentang alam, manusia, dan pertalian erat petani dengan alam.

Kopi Sintok adalah karya petani di lereng-lereng perbukitan Desa Sintok. Sehari-hari, mereka hidup berdampingan dengan kabut, hutan, dan sesekali gangguan monyet liar yang lapar.

Petani merawat pohon kopi bukan sekadar demi panen, tetapi juga karena mereka memahami bahwa tanah, air, dan udara di sekitarnya adalah sistem kehidupan yang saling menopang.


Kopi Sintok GarutSri Setiawati Tumuyu, ketua Pengabdian Masyarakat SIL UI (kiri) menyerahkan kenang-kenangan kepada perwakilan kelompok tani Desa Sintok. (dok Pengmas SIL UI)

Kisah tersebut kini menjadi bagian erat kopi Sintok saat ditawarkan kepada pelanggan. Selain itu, produk kopi Sintok dikemas lebih kekinian dengan pembuatan produk drip bag kopi. Cara ini bisa membuat kopi Sintok lebih praktis dan mudah diseduh oleh konsumen.

Desain kemasan juga dibuat menarik dan informatif dengan memuat sertifikat mutu, informasi kandungan, serta proses pengolahan kopi agar konsumen memahami kualitas produk yang mereka nikmati tengah dilakukan.

Tidak sendirian, petani kopi Sintok bekerja sama dengan akademisi dari Universitas Indonesia.

“Inovasi-inovasi tersebut diharapkan tidak hanya menarik minat konsumen, tetapi juga menciptakan identitas yang kuat bagi kopi Sintok sebagai produk lokal unggulan Garut,” kata Sri Setiawati Tumuyu, ketua Pengabdian Masyarakat SIL UI, dalam agenda Sosialisasi dan Penyampaian Desain Produk Drip Bag Kopi Lokal dari Ladang ke Cangkir Kopi, di Garut.

Sri menjelaskan upaya itu dilakukan agar kopi Sintok bisa bersaing di pasar dan menarik konsumen. Selain itu, menciptakan identitas yang kuat bagi kopi Sintok sebagai produk lokal unggulan Garut.

Proses penjemuran Kopi Sintok di Garut, Jabar.Proses penjemuran Kopi Sintok di Garut, Jabar. (dok. Pengmas SIL UI)

Tujuan lainnya adalah untuk sekaligus mendukung predikat Indonesia sebagai salah satu pengekspor kopi terbesar di dunia.

“Indonesia merupakan pengekspor kopi nomor tiga di dunia. Namun, sebagian besar ekspor masih berupa raw material yang nilainya relatif rendah. Kita perlu meningkatkan kreativitas dalam mengolah kopi agar memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi bagi petani,” ujar Sri.

Selain itu, kegiatan tersebut menjadi wadah interaksi antara akademisi dan petani untuk berbagi pengetahuan mengenai pengolahan setelah panen, pemasaran, dan penguatan jejaring antar pelaku usaha kopi.

“Sejak kopi semakin populer, banyak kedai kopi, harga kopi menjadi bagus. Kegiatan seperti ini bisa menambah daya saing kami di pasar,” kata Asep Suhendar, salah satu petani kopi yang tergabung dalam Kelompok Tani Kopi Sintok, turut dalam pelatihan itu.

(Bukan) Hama Monyet

Asep menyampaikan bahwa kebun kopi yang dikelola oleh Kelompok Tani Kopi Sintok, memiliki sejumlah tantangan, di antaranya serangan hama monyet pada tanaman kopi yang menyebabkan penurunan produktivitas.

Sri merespons dengan menyatakan bahwa monyet bukan hama bagi kopi. Dia berharap kebun kopi Sintok digarap beriringan dengan alam agar berkelanjutan.

“Petani perlu memahami interaksi antara manusia dan lingkungan. Kita tidak harus berkonflik atau memerangi alam, tetapi hidup berdampingan dengannya. Misalnya, dengan menanam tanaman buah seperti pisang di sekitar kebun kopi, monyet dapat memperoleh makanannya tanpa merusak tanaman kopi,” kata Sri.

Sri menegaskan bahwa menjaga keseimbangan ekosistem merupakan bagian penting dari upaya keberlanjutan. Petani yang bijaksana dengan alam akan mampu menjaga kelestarian sumber daya alam, yang pada akhirnya juga menopang keberlangsungan hidup manusia di masa depan.

“Dengan meningkatkan nilai tambah kopi menjadi produk-produk bernilai jual tinggi, petani turut berkontribusi pada efisiensi penggunaan sumber daya alam dan memperkuat ketahanan ekonomi lokal,” kata dia.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Pakar Sorot Dominasi Buzzer di Medsos, Sedangkan Akademisi Absen


Jakarta

Media sosial menjadi medan tempur narasi yang didominasi buzzer dan bot. Hal ini disampaikan oleh pakar analisis media sosial pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi.

Di sisi lain, ia juga menyorot absennya peran akademisi dalam membentuk narasi di ruang publik digital di negeri ini. Melalui penjelasannya yang bertajuk “Siapa Pemilik Narasi? Data, Disinformasi, dan Hilangnya Suara Akademisi” dalam “The 2025 International Conference on Computer, Control, Informatics, and Its Application (IC3INA) pada Rabu (15/10/2025), ia mengutarakan suara akademisi yang berbasis data dan kebenaran malah hilang dan tertinggal di belakang jurnal-jurnal ilmiah.

Perbandingan Aktivitas Kampus Terkemuka di AS dan Indonesia

Ismail Fahmi dalam acara ini memaparkan hasil analisis jaringan sosial (Social Network Analysis). Analisis ini membandingkan aktivitas digital universitas-universitas terkemuka di Amerika Serikat (AS) seperti Stanford University, Harvard University, dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan tiga universitas terkemuka di Indonesia seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).


Ia menemukan ada perbedaan aktivitas digital universitas-universitas di kedua negara. Di universitas-universitas di AS, jejaring akun institusi dan akademisi sangat aktif. Pembahasan yang dibangun bersifat global dan mencakup isu-isu kritis seperti COVID-19, politik internasional, serta penemuan sains. Para akademisi AS, seperti tampak pada saat pandemi, menjadi influencer pengetahuan yang aktif berdebat dan mengedukasi publik di media sosial.

Sementara, ia menemukan Universitas Indonesia memiliki keterlibatan di media sosial yang sangat minim dan cenderung bersifat institusional atau lokal. Berdasarkan analisis Drone Emprit, jejaring diskusi seputar UI justru sangat dekat dengan isu politik.

“Universitas kita tidak memiliki naratifnya sendiri di media sosial. Kita hanya ditarik oleh buzzer dan isu politik ke dalam naratif mereka,” jelasnya, dikutip dari BRIN pada Senin (20/10/2025).

Namun, Ismail Fahmi juga mengakui ada kendala yang membuat akademisi di Indonesia enggan bersuara, termasuk ketakutan akan kekerasan politik; tekanan institusional; sampai risiko hukum dan reputasi.

Saran Strategi Komunikasi untuk Akademisi

Maka dari itu, ia menawarkan strategi komunikasi yang aman serta konstruktif yang dapat dilakukan para akademisi. Ia menegaskan agar para akademisi Tanah Air fokus pada data, bukan politik; mengadopsi jurnalisme konstruktif; serta memanfaatkan kecerdasan buatan.

“Jika kita akademisi dan peneliti tetap menjadi penonton, maka siapa yang akan menjadi pemandu intelektual publik berbasis data? Data harus berada di ruang publik, bukan hanya di jurnal dan kelas”, ucapnya.

Ia berharap forum akademik dapat menjadi kekuatan intelektual publik dengan memastikan hasil penelitian mempunyai tujuan gand,a yakni literasi sains dan informasi real-time untuk masyarakat.

(nah/twu)



Sumber : www.detik.com

Prabowo Minta UI Bisa Masuk Top 100 Kampus Terbaik Dunia, ITB-UGM-ITS Menyusul


Jakarta

Presiden Prabowo Subianto mengapresiasi capaian Universitas Indonesia (UI) masuk Top 200 QS World University Rankings 2026. Capaian ini menurutnya simbol kemajuan pendidikan tinggi nasional.

Hal ini disampaikan Prabowo pada Sidang Kabinet Paripurna (SKP) di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/10/2025). Dalam kesempatan tersebut, ia meminta Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto beserta wakil menterinya (wamen) untuk memastikan UI selanjutnya dapat masuk peringkat 100 besar universitas terbaik dunia.


Target ini, menurut Prabowo, dapat memacu perguruan tinggi lainnya seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) turut melesat di pemeringkatan universitas global.

“Tapi Menteri Dikti, Wamen, saya minta top 100. Bisa? Bisa? Pasti nanti akan disusul oleh ITB, UGM, ITS, dan sebagainya,” ucapnya optimistis, dikutip dari laman Sekretariat Kabinet.

Capaian Top 200 QS WUR 2026 merupakan kali pertama bagi UI. Pada pemeringkatan universitas global tersebut, UI menduduki peringkat 189, naik dari peringkat 206 pada QS WUR 2025.

Universitas Terbaik di Indonesia Versi QS WUR 2026

Berikut peringkat universitas di Indonesia pada tingkat global versi QS WUR 2026:

1. Universitas Indonesia (UI)

Peringkat dunia: 189

2. Universitas Gadjah Mada (UGM)

Peringkat dunia: 224

3. Institut Teknologi Bandung (ITB)

Peringkat dunia: 255

4. Universitas Airlangga (Unair)

Peringkat dunia: 287

5. IPB University

Peringkat dunia: 399

6. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Peringkat dunia: 509

7. Universitas Padjadjaran (Unpad)

Peringkat dunia: 515

8. Universitas Diponegoro (Undip)

Peringkat dunia: 624

9. Universitas Brawijaya (UB)

Peringkat dunia: 680

10. Binus University

Peringkat dunia: 851-900

11. Universitas Hasanuddin (Unhas)

Peringkat dunia: 951-1.000

12. Telkom University

Peringkat dunia: 1.001-1.200

13. Universitas Sebelas Maret (UNS)

Peringkat dunia: 1.001-1.200

14. Universitas Sumatera Utara (USU)

Peringkat dunia: 1.001-1.200

15. Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung

Peringkat dunia: 1.201-1.400

16. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)

Peringkat dunia: 1.201-1.400

17. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Peringkat dunia: 1.201-1.400

18. Universitas Trisakti (Usakti)

Peringkat dunia: 1.201-1.400

19. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Peringkat dunia: 1.201-1.400

20. Universitas Kristen Indonesia (Unika) Atma Jaya

Peringkat dunia: 1.400+

21. Universitas Negeri Padang (UNP)

Peringkat dunia: 1.400+

22. Universitas Negeri Malang (UM)

Peringkat dunia: 1.400+

23. Universitas Syiah Kuala (USK)

Peringkat dunia: 1.400+

24. Universitas Andalas (Unand)

Peringkat dunia: 1.400+

25. Universitas Islam Indonesia (UII)

Peringkat dunia: 1.400+

26. Universitas Kristen Petra

Peringkat dunia: 1.400+

(twu/nwk)



Sumber : www.detik.com

Prabowo Minta Perbanyak Prodi soal Air, Begini Respons Mendiktisaintek



Jakarta

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto angkat bicara usai Presiden Prabowo Subianto meminta untuk memperbanyak program studi (prodi) soal air. Menanggapinya, Brian membenarkan permintaan tersebut.

“Betul sekali, sebenarnya Bapak Presiden memang menitipkan beberapa program-program yang turunan dari Asta Cita,” tuturnya kepada wartawan usai acara Peluncuran Program Riset Prioritas Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Tahun Anggaran 2026, di Graha Diktisaintek Gedung D Lantai 2, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025).

Brian mengaku sudah ada 18 program turunan Asta Cita yang dititipkan kepadanya. Terbaru, tentang penelitian atau kajian mengenai tata kelola air, terutama air bersih.


“Kita sudah ada 18 (program turunan Asta Cita yang dititipkan), kemarin Bapak Presiden menitip lagi penelitian-penelitian dan kajian-kajian mengenai tata kelola air, terutama air bersih dan sebagainya,” sambungnya.

Akan Jadi Topik Penelitian

Brian tidak menyinggung secara langsung soal kehadiran timbulnya prodi-prodi baru tentang air di universitas. Ia menyebut permintaan Presiden Prabowo juga akan dijadikan sebagai topik penelitian di program riset prioritas.

“Nah ini justru dengan permintaan Bapak Presiden tersebut, kita akan jadikan juga topik penelitian, jadi topik di program prioritas ini,” paparnya.

Langkah ini diharapkan membuka ruang kajian yang lebih mendalam terhadap persoalan air di Indonesia. Penelitian tersebut nantinya akan melibatkan para dosen dari berbagai kampus di seluruh Tanah Air, guna menemukan solusi yang lebih komprehensif terhadap isu krisis air.

“Sehingga nanti apa-apa yang perlu dikaji, bisa dilakukan penelitian lebih dalam dari dosen-dosen kita yang ada di kampus-kampus perguruan tinggi,” pungkasnya.

Prabowo Ingin Air Bisa Bermanfaat

Sebelumnya, permintaan Prabowo pada Brian berkaitan dengan pemanfaatan air. Ia ingin air bisa memberi manfaat, karena tidak mungkin bidang pangan Indonesia bisa aman kalau tidak ada air yang cukup.

Pembelajaran tentang air menurut Prabowo akan mencakup tentang bagaimana cara mencari air, mengelola, distribusi, dan mencegah bencana. Sehingga, air di Indonesia bisa dimanfaatkan dengan baik.

“Bagaimana mencari air, bagaimana mengelola distribusi air, bagaimana mencegah banjir, air harus jadi sumber produktivitas, jangan menjadi sumber bencana,” ujar Prabowo dikutip dari arsip detikEdu.

Menurut Prabowo studi tentang air di Indonesia masih jarang diminati. Untuk itu, ia meminta agar Mendiktisaintek mempelajari apakah prodi-prodi universitas Indonesia sudah cukup mempelajari masalah air.

“Kalau tidak salah bidang air ini masih sedikit yang dipelajari di fakultas-fakultas kita, ini tergolong mungkin hidrologi kalau tidak salah ya, hidrologi,” pungkas Prabowo.

(det/pal)



Sumber : www.detik.com