Tag Archives: warisan budaya

Hari Batik Nasional, Ini Cara Bikin Twibbon Bingkai untuk WA dan IG Story


Jakarta

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, salah satu yang terkenal, bahkan sudah diakui dunia adalah batik. Tahu nggak detikers, kalau hari ini, 2 Oktober 2024, adalah Hari Batik Nasional.

Yuk, sama-sama kita rayakan Hari Batik Nasional dengan membuat Bingkai. Kamu bisa menggunakan bingkai Hari Batik Nasional untuk foto profil media sosial milik kamu.

Selain menunjukkan kebanggaan kamu akan batik, desain Bingkai juga cantik banget. Jadi sayang untuk dilewatkan begitu saja.


Cara menggunakan Bingkai.id untuk Hari Batik Nasional 2024

  1. Buka situs www.detik.com, temukan box ‘Bingkai’ di atas Berita Terpopuler. Klik ‘Yuk Ikutan!’. Opsi lainnya adalah langsung masuk ke situs Bingkai.id
  2. Setelah masuk ke website Bingkai.id, klik pilihan ‘Eksplor Bingkai’. Kamu akan diarahkan ke pencarian untuk ‘Hari Batik Nasional 2024’
  3. Pilih bentuk atau ukuran foto, ada opsi square (untuk feed dan foto profil) dan portrait (untuk story IG, FB, dan WA)
  4. Tentukan desain sesuai keinginanmu
  5. Sentuh ‘Lanjutkan’, kemudian pilih foto yang ingin kamu gunakan, sentuh ‘Lanjutkan’ lagi
  6. Pilih ‘Unduh’ untuk mengambil foto yang sudah kamu jadikan bingkai
  7. Jangan lupa untuk ‘SALIN HASTAG’ untuk kamu bagikan ke media sosial. Hashtag-nya ialah #RayakanSetiapDetik #RayakanBersamaBingkai.
Sentuh 'Lanjutkan', kemudian pilih foto yang ingin kamu gunakan, sentuh 'Lanjutkan' lagiSentuh ‘Lanjutkan’, kemudian pilih foto yang ingin kamu gunakan, sentuh ‘Lanjutkan’ lagi Foto: Aisyah/detikINET

Jadi, itulah cara menggunakan Bingkai.id untuk merayakan Hari Batik Nasional. Yuk, segera buat dan bagikan di media sosial. Semua orang harus tahu bahwa kamu bangga dengan batik yang merupakan warisan budaya Indonesia.


(ask/afr)



Sumber : inet.detik.com

25+ Ucapan Hari Batik Nasional 2025 Singkat & Bermakna, Bagikan di Medsosmu!



Jakarta

Tepat pada hari ini, 2 Oktober 2025 adalah peringatan Hari Batik Nasional 2025. Peringatan ini merupakan bentuk apresiasi dan kebanggaan terhadap warisan kaya budaya tersebut.

Instansi pemerintahan maupun kantor swasta pada hari ini menganjurkan/mewajibkan pegawai agar mengenakan batik. Selain itu, perayaan Hari Batik Nasional biasanya ditunjukkan lewat media sosial.

Pada unggahan media sosial, kita bisa menyebarkan pesan baik tentang batik. Detikers bisa mengajak kawan lain agar semakin sering dan bangga mengenakan pakain batik.


Berikut adalah contoh ucapan Hari Batik Nasional 2025 yang bisa detikers bagikan di media sosial:

Ucapan Hari Batik Nasional 2025 Singkat tapi Bermakna

1. Selamat Hari Batik Nasional 2025. Batik adalah identitas bangsa, mari kita jaga bersama!
2. Batik bukan sekadar kain, tapi cerita dalam setiap helai. Selamat merayakan Hari Batik Nasional ya.
3. Batik menyatukan tradisi dengan modernisasi. Selamat Hari Batik!
4. Batik adalah lukisan jiwa bangsa. Ayo bangga berbatik!
5. Batik menyulam sejarah menjadi estetika. Tunjukkan keindahan negeri kita dengan batik!
6. Kenakan batik, sebarkan keindahan tradisi.
7. Dari motif lahir filosofi, dari batik lahir harmoni. Selamat Hari Batik Nasional, kawan-kawan.
8. Bangga berbatik, bangga jadi bangsa Indonesia.
9. Selamat Hari Batik Nasional 2025! Setiap goresan batik adalah doa, setiap motif adalah cerita tentang jati diri bangsa.
10. Mari kita kenakan batik bukan hanya sebagai busana, tapi juga sebagai simbol cinta pada tanah air.
11. Selamat Hari Batik Nasional 2025! Semoga batik senantiasa jadi inspirasi untuk melangkah dengan bangga sebagai bangsa Indonesia.
12. Selamat Hari Batik Nasional 2025, mari kenakan batik sebagai kebanggaan, bukan sekadar pakaian!
13. Batik adalah puisi tanpa kata, lukisan tanpa kanvas, dan kebanggaan tanpa batas
14. Setiap helai batik menyimpan cerita, setiap motif adalah warisan. Selamat Hari Batik Nasional!
15. Selamat Hari Batik Nasional! Mari kenakan warisan ini dengan bangga, dari Indonesia untuk dunia.
16. Hari ini kita tidak hanya memakai batik, tapi juga merayakan budaya yang menyatukan.
17. Batik adalah seni yang melekat di tubuh, dan budaya yang melekat di jiwa.
18. Hari Batik Nasional, hari kita merayakan cinta pada budaya Indonesia.
19. Batik, motifnya abadi, maknanya mendalam.
20. Batik itu identitas, bukan tren. Selamat Hari Batik Nasional 2025!
21. Batik bukan hanya sehelai kain, tapi juga warisan leluhur. Yuk kita jaga dan lestarikan bersama!
22. Selamat hari berbatik, tunjukkan pada dunia keindahan budaya yang kita miliki!
23. Dalam sehelai kain batik, tersimpan jiwa dan sejarah bangsa. Selamat Hari Batik Nasional ya!
24. Selamat Hari Batik Nasional 2025. Batik adalah bahasa budaya, motifnya mengajarkan kebijaksanaan, kesabaran, dan ketulusan.
25. Batik adalah visual bangsa. Mari lestarikan agar indahnya tak pernah hilang dimakan zaman!
26. Semangat Hari Batik Nasional, semangat bangsa juga dalam melestarikan budaya dan simbol keindahan Indonesia.

Awal Mulai Dunia Mengenal Batik

Saat ini, batik semakin dikenal dunia bahkan sempat beberapa kali diklaim oleh negara tetangga seperti Malaysia. Batik mulanya dikenalkan kepada dunia internasional oleh Presiden Soeharto saat ia ikut konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Batik pun semakin dilirik warga dunia. Sehingga, batik diusulkan agar berstatus Intangible Cultural Heritage (ICH) melalui UNESCO pada 4 September 2008 di Jakarta. Pengajuan diterima UNESCO pada 9 Januari 2009.

Sejarah Hari Batik Nasional

Hari Batik Nasional tidak muncul begitu saja, melainkan ada suatu hal yang melatar belakanginya. Hari Batik Nasional berawal dari diakuinya batik sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2009.

Pengakuan batik terjadi tepatnya pada sidang ke-4 Komite Antar Pemerintah tentang Warisan Budaya Tak Benda di Abu Dhabi pada 2 Oktober 2009, demikian dijelaskan dalam laman Kemdiktisaintek.

Pada hari itu, kesenian lain milik Indonesia turut diakui juga seperti wayang, noken, keris, dan tari Saman. Dalam catatan UNESCO, batik dinobatkan sebagai Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Akhirnya, Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional lewat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 33 Tahun 2009 yang dikeluarkan pada tanggal 17 November 2009.

Lewat keputusan tersebut, seluruh pegawai pemerintah tingkat kabupaten-pusat diwajibkan memakai batik setiap 2 Oktober. Hal ini sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan budaya dan menjaga batik agar tetap lestari.

Itulah ide ucapan Hari Batik Nasional 2025 yang bisa detikers bagikan di media sosial atau pesan pribadi. Selamat Hari Batik Nasional 2025 ya!

(cyu/nah)



Sumber : www.detik.com

Sejarah Hari Batik Nasional, Diperkenalkan ke Dunia oleh Soeharto-Dikukuhkan SBY



Jakarta

Setiap tanggal 2 Oktober, negara kita merayakan Hari Batik Nasional. Apabila ditarik lebih jauh, dalam sejarahnya batik tulis pernah mengalami pasang surut ketika melintasi zaman.

Dikatakan dalam buku Akulturasi dalam bahasa Rupa pada Motif Batik Belanda Cirebon dan Batik Pesisir Jawa oleh Nuning Y Damayanti Adisasmito dkk, masyarakat Jawa pada masa lalu memahami, motif batik menunjukkan status dan kondisi sosial masyarakat. Maka dari itu mengenakannya tidak boleh sembarangan.

Setiap elemen harus sesuai makna dan simbol pada kain. Hal ini membuat batik tradisional memiliki pola dengan simbol dan makna khusus, sangat bernilai dan dihargai (Kendhall, 1926)


Sejarah Hari Batik Nasional

Sejarah Hari Batik Nasional dimulai dari pengakuan batik sebagai warisan budaya tak benda oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada 2009. Pengakuan tersebut terjadi pada sidang ke-4 Komite Antar Pemerintah tentang Warisan Budaya Tak Benda di Abu Dhabi pada 2 Oktober 2009.

Ketika itu, batik diakui bersama beberapa unsur budaya lain seperti keris, wayang, noken, dan tari Saman sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Manusia atau Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Semula, batik diperkenalkan kepada lingkungan global oleh Presiden Soeharto ketika mengikuti konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Batik Indonesia lalu didaftarkan untuk memperoleh status Intangible Cultural Heritage (ICH) melalui UNESCO pada 4 September 2008 di Jakarta.

Pada 9 Januari 2009, pengajuan batik untuk Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi UNESCO diterima secara resmi. Batik kemudian dikukuhkan sebagai bagian dari Warisan Budaya Tak benda dalam sidang keempat Komite Antar-Pemerintah yang dilaksanakan oleh UNESCO di Abu Dhabi pada 2 Oktober 2009.

Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lantas menjadikan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 33 Tahun 2009 yang dikeluarkan pada 17 November 2009.

Dengan adanya Keppres tersebut, Kementerian Dalam Negeri lantas menerbitkan surat edaran yang mengimbau seluruh pegawai pemerintah tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten agar mengenakan batik setiap Hari Batik Nasional.

(nah/faz)



Sumber : www.detik.com

Menghale Buaye Tradisi Unik Tangkap Buaya Melayu Lingga Mulai Punah



Jakarta

Di masa lalu, warga Melayu Lingga mempunyai cara unik menjinakkan buaya liar lewat tradisi bernama Menghale Buaye. Tak sekadar perburuan, ritual itu sarat makna spiritual dan simbol hubungan manusia dengan alam-namun kini, tradisi tersebut nyaris hilang ditelan zaman.

Dilansir detikSumut dari website resmi Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri, upacara itu dilakukan saat buaya sering menampakkan diri atau memangsa ternak warga. Sebagai respons, warga Kabupaten Lingga akan menggelar upacara Menghale Buaye.

Upacara itu dilakukan untuk menangkap buaya yang dianggap mengganggu ketenangan kampung. Dalam pelaksanaannya, terdapat empat tahapan utama dalam upacara Menghale Buaye.


Kini, upacara Menghale Buaye nyaris tak lagi dilakukan. Buaya tidak lagi dianggap sebagai ancaman utama dan cara berpikir masyarakat pun telah berubah.

Meski begitu, nilai-nilai budaya dan filosofi yang terkandung dalam tradisi Menghale Buaye tetap menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Lingga.

Peneliti Sejarah Pusat Riset Kewilayahan-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dedi Arman, mengatakan bahwa ia pernah membaca tentang tradisi Menghale Buaye di Lingga. Namun, selama lima tahun tinggal di daerah tersebut, ia belum pernah melihat maupun mendengar langsung pelaksanaan upacara itu.

“Saya pernah baca juga ada tradisi menghale buaya di Lingga. Tapi belum pernah saya lihat dan dengar lagi ada upacara itu,” kata Dedi, Sabtu (11/10/2025).

Dedi mengatakan tradisi tersebut kini tidak pernah dilakukan lagi. Jika masih ada, pastinya tradisi itu sudah diajukan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) seperti tradisi masyarakat Melayu Lingga lainnya, yakni Mandi Safar, Basuh Lantai, Ketupat Lepas, Beganjal, dan lainnya yang rutin digelar.

“Kalau masih ada, pasti sudah diajukan sebagai warisan budaya tak benda. Ini belum pernah diajukan,” ujarnya.

Dedi juga menyebutkan bahwa sejauh ini ia belum menemukan catatan resmi mengenai tradisi Menghale Buaye. Ia menuturkan, keberadaan buaya di Lingga memang hal yang nyata mengingat banyaknya sungai di wilayah tersebut.

“Kalau buaya banyak di Lingga itu pasti, karena di sana memang banyak sungai,” Ujarnya

Namun, menurutnya, informasi tentang lokasi atau desa yang secara pasti pernah melaksanakan upacara Menghale Buaye belum dijelaskan secara rinci.

“Tidak ada data yang konkret. Di situs Dinas Kebudayaan Kepri memang disebutkan, tapi informasinya tidak akurat,” kata dia.

Tahapan Menghale Buaya

Tahapan pertama yakni Melabuh Ale, yaitu prosesi melabuhkan umpan di sungai agar umpan yang telah diritualkan dapat dimakan oleh sang buaya. Selanjutnya Mengambil Buaya, setelah buaya terkena umpan, masyarakat bersama pawang akan mengambil buaya tersebut untuk kemudian dibawa pulang ke kampung.

Tahap berikutnya adalah Membunuh Buaya, yang dilakukan sebagai simbol berakhirnya ancaman bagi masyarakat kampung. Tahapan terakhir ialah Membaca Doa Selamat, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tertangkapnya buaya serta keselamatan warga kampung.

Ada tanda-tanda tertentu ketika seekor buaya akan ditangkap dalam ritual tersebut. Buaya yang telah banyak melakukan kesalahan biasanya akan “menyerahkan diri” untuk ditangkap.

Tanda-tanda buaya menyerahkan diri ditunjukkan dengan memukul-mukul air menggunakan ekornya. Apabila tanda-tanda ini muncul, pawang, pemuka masyarakat, dan warga kampung akan segera bermusyawarah untuk melaksanakan upacara Menghale Buaye.

Selain sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat, tradisi ini juga memiliki nilai ekonomi. Kulit buaya hasil tangkapan pada masa lampau dijadikan bahan pembuatan tas, ikat pinggang, dan berbagai perlengkapan lain yang bernilai tinggi.

Namun, di balik fungsi tersebut tersimpan nilai-nilai luhur yang jauh lebih penting, yakni nilai religius, gotong royong, dan kebersamaan masyarakat Melayu.

***

Selengkapnya klik di sini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com