Tag Archives: warna

Main Sama Sapi, Kucing Gemoy, di Cat Lounge SCBD



Jakarta

Bersantai dengan ditemani kucing-kucing ras terdengar sangat menggiurkan bagi pecinta anabul. Itu semua bisa terwujud di Habitat Park SCBD.

Taman hewan Habitat Park memiliki satu area khusus bagi pecinta kucing, namanya Cat Lounge. Berada di sebuah ruangan di area Main Plaza, Cat Lounge menjadi salah satu tempat favorit pengunjung.

Ruangan itu berisikan 11 kucing dengan tiga orang ranger yang menjaga bergantian. Kucing-kucingnya gembul dan menggemaskan, nama mereka adalah Sapi, Astro, Jelly, Marcell, Garfield, Peanut, Dobby, Eva, Mono, Lilac dan Goldie.


“Untuk hewan kita ganti 3 bulan sekali. Mereka selalu dijaga sama dokter, karena kita punya ruang karantina. Perputaran kucingnya bisa karena sakit, mati atau mau ada tambahan kandang baru,” kata Head Sales Marketing Habitat Park SCBD Rizki Maharani.

Cat Lounge di Habitat Park SCBDCat Lounge di Habitat Park SCBD (bonauli/detikcom)

Pengunjung yang masuk akan dibatasi 10 orang, dalam satu sesi akan diberi waktu 30 menit. Mereka bisa bermain dengan alat yang disediakan, berfoto dan mengelus kucing-kucing itu.

Yang paling terkenal adalah Sapi, jenis british munchkin yang punya warna belang hitam putih, mirip sapi. Kaki pendeknya yang menggemaskan dan kepribadiannya membuat siapa pun jatuh cinta dengan Sapi.

“Ia artisnya itu Sapi, dia bahkan punya fans club sendiri,” kata Divi (27).

Ranger khusus Cat Lounge yang baru bergabung sejak Januari itu mengatakan bahwa tidak semua kucing seperti Sapi. Yang paling pemalu adalah Eva. Kucing berjenis scottish fold itu seringkali bersembunyi di dalam kotak atau di atas rak.

Cat Lounge di Habitat Park SCBDCat Lounge di Habitat Park SCBD (bonauli/detikcom)

Agar tidak rentan stress, Cat Lounge memberikan waktu istirahat untuk kucing mulai pukul 14.00-15.00 WIB. Pengunjung anak-anak biasanya yang paling aktif, sehingga interaksi seperti berlarian akan cepat membuat kucing lelah.

“Biasanya yang aktif banget itu kita pisah,” kata dia.

Ya, Divi akan selalu memperingatkan tiap pengunjung untuk berhati-hati dalam berinteraksi. Mereka diperingatkan untuk tidak menggendong kucing-kucing, hanya boleh mengelusnya saja.

Cat Lounge di Habitat Park SCBDCat Lounge di Habitat Park SCBD (bonauli/detikcom)

“Astro sensitif. Dobby anteng karena pake baju, kalau dilepas bajunya dia di lari-lari karena dingin. Marcell paling anteng, karena faktor usia 8 tahun,” kata Karim (20) saat memperkenalkan kucing-kucing itu.

Karim pun senada dengan Divi, pengunjung yang suka teriak-teriak biasanya adalah anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun. Mereka gemas sendiri melihat kucing-kucing di Cat lounge.

Rizki menyarankan datang ke Cat Lounge pada pagi hari. Mereka biasanya lebih aktif dan interaktif.

“Jam 6 sore itu biasanya mereka sudah capek. Enak kalau ke sini pagi-pagi, masih segar,” dia menambahkan.

Pengunjung yang ingin main bersama Sapi dkk wajib membayar tiket masuk sebesar Rp 35.000 per orang dan membayar biaya tambahan ke Cat Lounge sebesar Rp 75.000 per orang. Di akhir pekan/libur nasional, tiket masuk ke Cat Lounge akan naik menjadi Rp 99.000 per orang.

Habitat Park berlokasi di di Jl. Jend. Sudirman kav 52-53 No.6 LOT6, Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan. Taman hewan ini mulai beroperasi mulai pukul 08.00-18.00 WIB.

(bnl/fem)



Sumber : travel.detik.com

7 Fakta Kampung Warna-Warni Jodipan yang Sampai Bikin Turis Asing Terkesan



Malang

Kampung Wisata Jodipan menjadi salah satu destinasi wisata paling ikonik dan instagramable di Kecamatan Blimbing, Malang, Jawa Timur. Deretan rumah warna-warni yang membuat kagum wisatawan lokan dan turis-turis internasional.

Bahkan, dalam salah satu ulasan daring, seorang turis asal Singapura menyampaikan testimoni kaget dengan apa yang dilihatnya di Kampung Jodipan. Ternyata, kampung warna-warni itu jauh lebih indah dari yang ia lihat di media sosial.

Biasa disebut Kampung Warna-warni, Jodipan berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Brantas, Malang. Sebenarnya, ada dua kampung warna-warni, yaitu Jodian dan Tridi. Dua kampung warna-warni itu dihubungkan dengan jembatan kaca Ngalam.


Merujuk arsip pemberitaan detikcom, kampung itu digagas oleh kelompok mahasiswa yang sedang melakukan Event Public Relation.

Selain itu, masih ada sejumlah fakta lain tentang desa warna-warni di Malang itu.

Berikut tujuh fakta tentang desa warna-warni Jodipan:

1. Praktikum Mahasiswa UMM

Desa Jodipan berubah menjadi desa warna-warni berkat inisiasi delapan mahasiswa Program Studi Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) diketuai Nabila Firdausiyah.

Saat itu, Nabila mengatakan semua anggota timnya adalah mahasiswa Komunikasi UMM yang sedang menempuh mata kuliah Praktikum Event Public Relations. Tugas praktikum itulah yang mengharuskan mereka membuat program bermanfaat untuk masyarakat dengan menggandeng klien dari perusahaan swasta atau pemerintah.

Kampung warna-warni di MalangKampung warna-warni di Malang (nisyanisyoong/d’Traveler)

“Kami harus membuat sebuah event yang bisa mencakup semuanya, partisipasi masyarakat, kebersihan, keindahan, kreativitas, dan yang penting kontinuitas,” kata Nabila.

Kelompok mahasiswa itu menyulap kampung yang dulunya kumuh menjadi destinasi wisata baru. Mereka mengubah kampung itu dengan pengecatan warna-warni pada dinding, atap, pagar rumah hingga jalan setapak dan tangga-tangga batu.

Salah satu anggota kelompok itu Salis Fitria mengatakan ide mengecat Jodipan menjadi desa warna-warni terinspirasi oleh konsep kawasan Kickstater, Rio De Janeiro, Brazil, Yunani, dan Kota Cinque Terre, Italia.

2. Menghabiskan Cat 2 Ton

Praktikum itu dilakukan dengan membuat program kerja bakti bersih-bersih, mengecat pagar, dan membuat mural. Mereka kemudian menggandeng produsen cat di Malang yang memproduksi cat merk Decofresh. PT Indana Paint sangat tertarik.

Pemilik cat merk Decofresh ini siap menggelontorkan dana Corporate Social Responsibility (CSR)-nya untuk program itu. Mereka manamainya sebagai “Decofresh Warnai Jodipan”. Tak kurang 2 ton cat dihabiskan untuk menyulap kampung di bantaran sungai itu.

3. Diresmikan Wali Kota Malang

Pada perjalanannya, pengecatan desa itu melibatkan berbagai elemen masyarakat dilibatkan untuk memulai bersih-bersih dan pengecatan lingkungan.

Pada 4 September 2016, Kampung Wisata Jodipan diresmikan oleh Wali Kota Malang H. Mochamad Anton.

4. Lokasi dan Rute

Kampung Jodipan MalangKampung Jodipan Malang (Joel Wakanno/d’traveler)

Kampung Warna Warni Jodipan berada di Jalan Ir H Juanda Nomor 9 RT 9 RW 2, Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Lokasinya yang strategis membuat akses menuju kampung wisata ini terbilang mudah dijangkau.

Dari Alun-alun Kota Malang, traveler bisa melewati Jalan Gatot Subroto. Hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk tiba ke lokasi ini.

Bagi traveler dari luar kota dan menggunakan kereta api, dari Stasiun Malang, desa Jodipan itu bisa dicapai 2.

5. Harga Tiket

Harga masuk ke satu kampung ini Rp 10.000 per orang. Jika ingin menyeberang, traveler akan dikenakan biaya Rp 5.000 dan Rp 10.000 untuk masuk ke kampung Tridi. Harganya masih cukup murah, ya.

6. Fasilitas buat Wisatawan

Fasilitas yang ditawarkan Kampung Warna Warni Jodipan cukup lengkap untuk kunjungan singkat. Seperti toilet, musala, parkir kendaraan, dan warung makan ringan.

7. Daya Tarik

Dari jauh, Kampung Wisata Jodipan langsung membetot perhatian. Rumah dengan warna-warni menjadi daya tarik utama desa itu.

Selain itu, di sini terdapat Jembatan Kaca Ngalam yang menghubungkan Kampung Jodipan dengan Kampung Tridi. Jembatan yang panjangnya 25 meter dan tingginya 8 meter ini sangat aman, karena bisa menampung beban sekitar 250 kg. Pengunjung juga bisa berfoto-foto di atas jembatan ini dengan latar belakang Kampung Jodipan yang penuh warna.

Kampung Tridi sebagai tetangga Kampung Jodipan juga bisa disinggahi sekaligus.

(fem/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Primadona Baru Halmahera Tengah yang Memukau



Halmahera Tengah

Halmahera Tengah punya sebuah pulau cantik yang namanya mungkin belum pernah traveler dengar sebelumnya. Namanya pulau Moor. Mari mengenal pulau ini!

Pulau Moor adalah sebuah pulau kecil yang berada tidak jauh dari Patani, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Pulau ini luasnya hanya sekitar 3 kilometer persegi.

Pulau Moor memiliki danau dan pantai yang cantiknya luar biasa, sehingga mata traveler seperti akan dimanjakan dengan kejernihan dan warna airnya yang menawan.


Meski hanya pulau kecil, tapi pulau Moor memiliki pantai dengan pasir putih yang sangat halus. Pantai ini dijamin akan membuat betah mata wisatawan yang datang liburan ke sana.

Pulau Moor dihuni oleh petani kelapa aktif yang melakukan aktifitas di sana. Jumlahnya kurang lebih 20 orang saja.

Selain memiliki pantai yang indah, pulau Moor memiliki laguna atau danau air laut yang cantik sekali. Laguna ini memiiki air berwarna tosca yang hanya berjarak sepuluh meter dari bibir pantai.

Bagi traveler yang hobi snorkeling dan diving, kalian dapat mengeksplorasi potensi bawah laut pulau Moor yang luar biasa cantik dan terawat dengan baik.

Cara ke Pulau Moor

Agar bisa menikmati keindahan pulau Moor, pengunjung bisa mengaksesnya melalui 2 jalur. Melalui jalan darat, lalu menyeberang dengan speedboat menuju ke pulau indah tersebut.

Perjalanan menuju pulau Moor memakan waktu yang lumayan lama. Perjalanan dimulai dari Sofifi menuju ke desa Patani, Halmahera Tengah melalui jalur darat, yang bisa memakan waktu sekitar 4 sampai 5 jam perjalanan.

Pulau Moor di Halmahera UtaraPulau Moor Foto: (dok. Istimewa)

Setelah menempuh jalur darat, perjalanan akan disambung dengan naik speedboat ataupun kapal body menggunakan mesin selama kurang lebih 1 jam.

Meski perjalanan yang ditempuh cukup jauh, perjalanan itu akan sepadan dengan pemandangan indah pulau Moor. Traveler tertarik buat main ke sini?

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Ngopi di Toko Merah, Ngopi di Kafe dengan Nuansa Batavia



Jakarta

Toko Merah nan bersejarah di Kota Tua itu kini disulap menjadi kafe Rode Winkel Coffee & Savoury. Sebuah tempat ngopi bernuansa Batavia tempo dulu.

Bangunan ikonik Toko Merah itu berada di kawasan Kota Tua, tepatnya di Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Toko Merah itu mencolok dengan dinding betul-betul berwarna merah, bukan sekadar namanya.

Toko Merah yang sudah ada sejak 1730 itu hidup kembali melalui kafe Rode Winkel. detikTravel singgah di kafe itu akhir pekan lalu, Sabtu (25/10/2025).


Saat melangkah masuk, suasana klasik langsung terasa. Alunan lagu keroncong menyambut pengunjung yang datang, menciptakan nuansa nostalgia di tengah bangunan kolonial. Namun, kesan orisinal bangunan tetap dipertahankan, tangga berkarpet yang tampak kotor dengan debu, dinding putih yang catnya mulai mengelupas, serta ornamen tua yang dibiarkan apa adanya untuk menjaga nilai historis.

Bagian dalam Toko Merah tidak merah. Bagian dalam Toko Merah berwarna putih yang mulai pudar dimakan waktu. Kontras warna merah di bagian luar dan putih di bagian dalam itu justru menjadi daya tarik tersendiri. Kedua warna itu seolah memperlihatkan lapisan sejarah yang masih hidup di setiap sudutnya.

Hampir seluruh interiornya unik, mulai dari lantai kayu tua, tangga melingkar, meja, hingga jendela besar bergaya Belanda. Setiap sudut membawa pengunjung kembali ke masa Batavia lama, saat kawasan Kali Besar menjadi pusat perdagangan penting di Asia.

Toko Merah dibangun oleh Meneer Belanda Gustaaf Willem Baron van Imhoff, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, di atas lahan seluas 2.471 meter persegi. Sejak berdiri, Toko Merah telah melalui berbagai perubahan fungsi, mulai dari rumah pejabat kolonial, asrama maritim, toko milik warga Tionghoa, hingga kantor bank dan gedung Dinas Kesehatan Tentara Jepang.

Toko Merah di Kota Tua, Jakarta BaratToko Merah di Kota Tua, Jakarta Barat (Qonita Hamidah/detikTravel)

Kini, bangunan cagar budaya golongan A yang dimiliki PT Dharma Niaga ini dikelola oleh pemerintah dan disewa sebagian oleh Rode Winkel Café. Area yang difungsikan sebagai kafe berada di lantai 1 bawah dan sebagian lantai 2 bagian depan, sementara area lainnya masih dikosongkan dan belum difungsikan.

Rode Winkel juga membagi dua jenis ruangan yang berbeda di kafenya, ada ruangan yang non AC dan ber-AC untuk para pengunjung.

“Awalnya ke sini buat foto-foto, ternyata nggak semua ruangan dibuka, hanya lantai 1 bagian depan dan lantai 2 depan sebagai kafe,” kata Dila, pengunjung asal Bekasi saat ditemui detikTravel.

Salah satu staf kafe bernama Resti ramah menyambut detikTravel. “Memang gedung ini disewakan untuk kafe kami (Rode Winkel). Kita yang nyewa ke pemerintah, nyewa satu gedung tapi nggak semua ruang dibuka,” ujar Resti.

Saat itu juga Resti menyodorkan lembaran menu. Di sana terpampang menu minuman dan makanan. Di bagian minuman di antaranya Espresso Based, Baby Sugar, Tea (Blended, manual Brew), Signature (Coffee & Non-Coffee), Juice, smoothies, Lite bites & Main Course. Adapun di bagian makanan ada nasi goreng, sop buntut, sop iga dll.

Makanan dan minuman itu memiliki kisaran harga Rp 25 ribu hingga Rp 60 ribu.

Merujuk sejumlah sumber, Toko Merah mengalami revitalisasi adaptif agar tetap hidup tanpa kehilangan nilai sejarahnya. Nah, Rode Winkel menjadi bagian kecil dari upaya menghidupkan kembali Toko Merah sebagai ikon heritage di jantung Kota Tua Jakarta.

Meski beberapa bagian bangunan masih menunjukkan usia dan belum dipugar sempurna, justru di situlah daya tariknya. Setiap detail di dalam kafe ini seolah mengisahkan perjalanan panjang Toko Merah yang dulu menjadi saksi kejayaan Batavia sebagai kota perdagangan Asia.

Kini, sambil menyeruput kopi dan mendengarkan alunan keroncong, detikers bisa menikmati nostalgia sejarah di antara dinding-dinding tua yang penuh cerita.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Kenapa Kotoran Cicak Berwarna Hitam Putih?



Jakarta

Pernah melihat kotoran cicak? Itu akan tampak berwarna hitam atau coklat memanjang dan warna putih kecil seperti titik di ujungnya. Kira-kira, kenapa kotoran cicak bisa ada dua warna yaitu hitam dan putih ya?

Jika dibandingkan dengan hewan lain, kebanyakan hewan memiliki warna kotoran serupa dengan mayoritas berwarna hitam atau gelap. Untuk mayoritas kotoran warna putih, biasa dimiliki burung atau beberapa unggas lain.

Ternyata, warna hitam atau gelap pada kotoran cicak merupakan feses. Sementara warna putih kecil merupakan urin, demikian dilansir AZ Animals.


Feses dan Urin Cicak Keluar Bersamaan

Biasanya, pada banyak hewan, feses dan urin dikeluarkan dalam waktu yang berbeda. Namun pada cicak dan jenis kadal, kotoran dan urin dikeluarkan sekaligus.

Adapun urin mereka berwarna putih karena ada kandungan asam urat. Ini sering kali dianggap bagian dari feses cicak, padahal merupakan urin. Sementara bagian kotoran warna hitam merupakan sisa makanan yang telah dicerna.

Sama seperti hewan pada umumnya, frekuensi cicak buang kotoran hitam-putih itu bergantung pada ukuran dan makanannya. Biasanya, cicak dan tokek akan buang kotoran setiap hari.

Mengutip Texas A&M University, mereka termasuk hewan nokturnal yang kerap ditemukan berada di dekat lampu pada malam hari karena menunggu serangga untuk dimakan. Mereka juga kerap ditemukan di berbagai sudut rumah dan berlindung di sekitar celah dan retakan.

Tak heran, meski tidak terlihat keberadaannya, mereka bisa ‘memperlihatkan’ diri dengan adanya kotoran di mana-mana. Sering kali, kotoran cicak yang berwarna hitam putih berada di lantai, menempel di tembok, hingga jatuh di sofa atau kursi.

Kotoran cicak sendiri mengeluarkan bau tajam dan tidak sedap karena mengandung zat amonia pada urine yang berwarna putih. Selain itu, kotoran cicak juga mengandung berbagai bakteri termasuk Salmonella dan E.coli, yang berbahaya bagi pencernaan.

Bagaimana Cara Mengatasi Cicak di Rumah?

Meskipun cicak bisa mengurangi serangga seperti nyamuk di rumah, tetapi keberadaan kotorannya sangat mengganggu. Terlebih jika kotoran menempel di tempat seperti karpet hingga gorden.

Untuk mengatasinya, bisa dengan rutin mengecek kebersihan setiap sudut rumah. Kemudian, memahami celah mana saja yang sering dijadikan persembunyian oleh cicak pada siang hari. Biasanya, celah sempit atau retakan rumah dijadikan tempat untuk bertelur dan berlindung.

Penting untuk menghilangkan sebanyak mungkin tempat persembunyian ini dengan menutupnya menggunakan dempul silikon atau sealer busa yang mengembang

Selain itu, bisa juga mencoba mengurangi jumlah cicak dengan penjebak seperti papan lem atau kertas lengket yang tersedia di toko pengendalian hama. Papan lem sebaiknya diletakkan di dekat lampu dan jendela, atau tempat biasa cicak lebih suka berkumpul.

Untuk cara alami, bisa mengusirnya dengan aroma yang tidak disukai cicak. Seperti aroma bubuk kopi, lada atau cabai, aneka bawang, hingga kapur barus.

(faz/nah)



Sumber : www.detik.com

Warna-warni Stasiun Manggarai-Jakarta Kota yang Jarang Disadari


Jakarta

Stasiun Manggarai-Jakarta Kota ternyata memiliki keunikan yang mungkin tak disadari penumpang. Di balik padatnya penumpang KRL Bogor-Jakarta Kota, keunikan ini adalah ciri khas yang menandai tiap stasiun dan tentunya menjadi keindahan sendiri.

KRL Bogor-Jakarta Kota melewati jalur layang yang diresmikan tahun 1992, dikutip dari akun Instagram commuterline. Rute ini melewati Stasiun Cikini, Gondangdia, Juanda, Sawah Besar, Mangga Besar, dan Jayakarta hingga sampai di Jakarta Kota.


Warna-warni Stasiun Manggarai-Jakarta Kota

detikTravel sempat mengunjungi stasiun di jalur KRL Bogor-Jakarta Kota yang ternyata memang punya warna keramik dan cat berbeda.

1. Stasiun Cikini

warna-warni stasiun arah maggarai-kotaStasiun Cikini (dok. Qonita Hamidah/detik travel)

Saat turun di peron kereta, detikers disajikan pemandangan stasiun yang berwarna serba coklat cerah. Dinding cokelat ini bukan sekadar estetika tanpa makna namun melambangkan elegansi, kehangatan, kegembiraan, dan energi.

Stasiun di Menteng, Jakarta Pusat ini juga menggunakan kombinasi keramik abu-abu dari lobi hingga tangganya. Terkait fasilitas penumpang, stasiun dilengkapi empat lokasi tangga serta dua eskalator untuk naik dan turun penumpang.

2. Stasiun Gondangdia

warna warni stasiun manggarai-kotaStasiun Gondangdia Foto: Qonita Hamidah/detik travel

Berikutnya adalah Stasiun Gondangdia dengan warna kuning telur pada dinding, keramik lantai, hingga tangganya. Warna kuning cerah dipadukan dengan abu-abu di lantai stasiun sebagai kombinasi sekaligus menegaskan kesan positif.

Dikutip dari akun Instagram commuterline warna kuning melambangkan kebahagiaan, keceriaan, optimisme, dan energi positif. Semangat ini diharapkan ada pada tiap penumpang KRL, meski harus berjibaku dengan padatnya KRL dan waktu tempuh tidak sebentar.

3. Stasiun Juanda

warna warni stasiun manggarai-kotaStasiun Juanda Foto: Qonita Hamidah/detik travel

Stasiun Juanda terletak di Gambir, Jakarta Pusat, dan diresmikan pada 1872. Saat turun dari KRL Commuter Line, detikers akan disajikan pemandangan serba biru langit mulai dari peron, tangga lobi, hingga pintu keluar berbeda dengan stasiun sebelumnya.

Untuk lantai, Stasiun Juanda menggunakan keramik warna abu-abu putih yang tak sama dengan dinding. Dikutip dari Instagram @commuterline, warna biru pada dinding Stasiun Juanda memberikan kesan ketenangan, kedamaian, dan kesejukan bagi para pengguna.

4. Stasiun Sawah Besar

warna warni stasiun manggarai-kotaStasiun Sawah Besar (dok. Qonita Hamidah/detikTravel)

Stasiun di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat ini menggunakan warna lilac (seperti keunguan) pada dindingnya. Warna yang sama digunakan untuk lantai yang dipadukan dengan keramik warna abu-abu.

Warna ungu di Stasiun Sawah Besar memberikan kesan lembut dan nyaman dilihat penumpang. Terkait mobilitas penumpang, stasiun menyediakan empat tangga dengan masing-masing punya 52 anak tangga, serta dua eskalator untuk naik dan turun.

5. Stasiun Mangga Besar

warna warni stasiun manggarai-kotaStasiun Mangga Besar (dok. Qonita Hamidah/detik travel)

Warna oranye mendominasi stasiun yang terletak di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat sejak dibangun pada 1992. Oranye memberi kesan cerah, modern, dan energik yang diharapkan bisa dirasakan para penumpang KRL.

Dinding Stasiun Mangga Besar dilapisi keramik oranye, dan di samping jendelanya diletakkan tanaman hias yang menambah kesan elegan. Lantainya berwarna cokelat, berjajar dari pintu masuk hingga keluar dengan 42 anak tangga.

6. Stasiun Jayakarta

warna warni stasiun manggarai-kotaStasiun Jayakarta (dok. Qonita Hamidah/detik travel)

Jayakarta adalah stasiun terakhir sebelum KRL berhenti di Jakarta Kota. Ciri khas stasiun ini adalah penggunaan panel warna pink dan kuning muda pada bangunannya. Warna merah muda begitu mendominasi, hingga Stasiun Jakarta sekilas seperti serba pink.

Stasiun Jayakarta yang terletak di Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat ini bernuansa modern dengan warna yang tak pernah diubah sejak awal berdiri. Jayakarta dilengkapi dengan empat tangga untuk naik turun penumpang dari peron, masing-masing terdiri atas 47 anak tangga.

Seiring waktu, banyak stasiun memiliki renovasi untuk perbaikan layanan dan kemudahan penumpang. Perbaikan stasiun memang tidak meninggalkan bangunan asli atau cagar budaya setempat, meski desainnya cenderung nyaris sama.

Detik travel sempat menanyakan kemungkinan serupa terjadi pada stasiun di sepanjang rute Manggarai-Jakarta Kota dengan warna-warninya yang khas. Menurut perwakilan PT KAI, kemungkinan tersebut bergantung sepenuhnya pada kebijakan pemerintah.

“Pembangunan dan pengembangan stasiun dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. KAI Commuter hanya operator,” kata Humas PT Kereta Commuter Indonesia, Leza Arlan, dalam keterangan tertulis yang diterima detikTravel.

Menelusuri stasiun-stasiun warna-warni di jalur layang Manggarai-Kota bisa jadi pengalaman unik tersendiri bagi para pengguna KRL. Selain fungsinya sebagai transportasi, tiap stasiun juga menghadirkan nuansa visual dan makna warna yang berbeda.

(row/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Belum Ada Satu Bulan… Cat Ikon Kota Batu Kok Sudah Mengelupas?



Kota Batu

Belum ada satu bulan, tapi cat patung apel yang menjadi ikon wisata dari kota Batu ternyata sudah mengelupas. Kok bisa ya?

Pemerintah Kota Batu nampak getol untuk merombak taman median jalan di kawasan Jalan Sultan Agung. Namun revitalisasi taman itu ternyata mendapat banyak kritikan dari publik.

Salah satu kritikan yang saat ini sedang hangat diperbincangkan publik di media sosial adalah soal kondisi patung apel besar di depan gedung Koramil Kecamatan Batu.


Patung yang baru dibuat tersebut menjadi buah bibir karena catnya sudah mengelupas. Padahal patung apel berukuran besar itu belum lama ini dibuat melalui dana bantuan CSR.

Penampakan miris itu diunggah oleh akun instagram @skyscrapercity_kotabatu pada Rabu (1/10/2025). Dalam unggahan itu nampak foto patung apel dengan kondisi cat mengelupas.

“Belum 1 bulan tapi warna catnya sudah terkelupas, gmn menurut kalian???,” tulis dalam keterangan unggahan tersebut dikutip, Kamis (2/10/2025).

Unggahan tersebut tak ayal mendapat berbagai macam respons dari netizen kota Batu. Mereka turut malu dengan peristiwa itu.

“Lawak-lawak wkwkwkwk. Iki kota wisata batu opo kota wisata bati??,” komentar dari @mau**********.

Plis lah ojo isin2i. Aku mben mulih mbatu liwat kunu loh, yo mosok driverku enggkok ngomong ‘kok patung apelnya jelek gitu pak catnya,” tulis akun @rad**********.

Mosok gawe cat kiloan sing ndek plastik iku,” komentar lain dari @ami***********.

Jelas murah kyk e bahane … Msok mbatu sae dadi piye??,” tulis akun lain @col*******.

Masio mbati yo ojok nemen” rek. Mbok yo seng pantes. Srakah temen se,” komentar lain dari @rov********.

Pembuatan Patung Apel Dinilai Asal-asalan

Dari pantauan di lokasi pada Kamis (2/10/2025) pagi, terlihat sebagian besar cat patung apel berwarna hijau stabilo itu mengelupas. Sehingga bagian dasar patung berwarna putih terlihat.

Pada saat di lokasi, terlihat juga ada beberapa orang yang melakukan perbaikan pada patung apel tersebut.

Salah satu pengendara sepeda motor yang melintas, Angga mengaku cukup prihatin melihat kondisi cat patung apel yang mengelupas. Ia menyebut kemungkinan pembuatan patung itu hanya asal-asalan.

“Kalau gak salah itu baru dibuat tapi kok sudah ngelontok catnya. Pasti catnya murah kalau enggak memang tukangnya saat ngerjakan itu asal aja,” kata Angga.

Warga Kecamatan Batu itu mengatakan bahwa tidak tahu menahu soal apa alasan pemkot Batu membuat patung apel di taman tersebut. Menurutnya, adanya patung itu tidak terlalu penting.

“Gimana ya, sekarang dirombak ada apel besar, ada gunung-gunung sama patung petani malah jadi makin rame dan kelihatan kurang bagus. Mending kayak sebelumnya aja taman biasa tapi rasanya asri,” tutur Angga.

Hal senada juga disampaikan Tomi, warga Kecamatan Junrejo. Dia menilai, pembuatan patung apel bertuliskan jendela mbatu sae itu kurang bagus dan estetik.

“Seharusnya Kota Batu sebagai Kota Wisata bisa memberikan karya yang lebih baik untuk mencerminkan bahwa kota kita unggul. Kalau gini aja catnya udah ngelupas menunjukkan ya segini aja kemampuan pemerintah,” terangnya.

——–

Artikel ini telah naik di detikJatim.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Terinspirasi Budaya Indonesia, Pebalap Ini Pakai Motif Batik-Komodo di Helmnya



Jakarta

Pebalap MotoGP pabrikan Red Bulll KTM, Enea Bastianini, punya sesuatu yang menarik saat balap di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Helmnya bermotifkan batik dan gambar komodo.

Ya, helm milik Bastianini merupakan helm spesial yang digunakan di Sirkuit Mandalika. Dikutip dari akun sosial pribadinya, Sabtu (4/10/2025) warna merah dan biru tua jadi warna dominan untuk motif batik yang dipasang di bagian atas dan samping helm.


Dan untuk di bagian belakang helm terdapat gambar komodo yang dibalut dengan warna merah. Semua itu dilakukan karena terinspirasi dari kekayaan budaya Indonesia.

“Helm ini spesial untuk Enea Bastianini di GP Indonesia. Terinspirasi dari motif, warna, dan simbol dari budaya Indonesia, desain unik diciptakan untuk memberikan dukungan dari seluruh masyarakat di lintasan,” tulis Enea pada akun Instagramnya.

Helm pembalap Enea Bastianini bermotif batik dan komodoHelm pebalap Enea Bastianini bermotif batik dan komodo. (Instagram/@starlinedesigners)

Sayangnya pebalap asal Italia ini memulai aksinya di Sirkuit Mandalika dengan kurang maksimal. Dalam starting grid besok, dia berada di posisi ke-17. Marco Bezzecchi sukses meraih pole position usai dengan mencatat catatan waktu terbaik 1 menit 28.832 detik di sesi kualifikasi MotoGP Mandalika 2025.

Di Sprint Race yang berlangsung tadi, Enea Bastianini mengalami crash setelah terjatuh ketika memasuki tikungan ke-16.

(upd/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Tak Cuma buat Rekreasi, TSI Juga Jadi Tempat Edukasi dan Konservasi



Jakarta

Tak hanya menjadi destinasi wisata favorit keluarga, Taman Safari Indonesia (TSI) juga berperan penting sebagai pusat edukasi dan konservasi satwa. Melalui berbagai program pelestarian dan kegiatan pembelajaran interaktif, TSI berupaya menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.

Beberapa hari lalu, detikTravel berkesempatan untuk berkunjung ke Taman Safari Indonesia (TSI) yang berada di Bali. Di sana diperlihatkan bukan hanya TSI sebagai destinasi wisata tapi juga sebagai destinasi edukasi yang sekaligus menjaga tempat konservasi.

Terpantau ada beberapa area yang didedikasikan untuk konservasi beberapa satwa seperti burung Jalak Bali yang begitu cantik. Dengan keseluruhan badannya didominasi warna putih dan ada warna biru di bagian matanya.


Tak cuma di Bali, TSI yang mempunyai unit di beberapa kota di Indonesia juga melakukan pelestarian yang sama. Board of Director TSI, Agus Susanto, menjelaskan beberapa keberhasilan dalam mem-breeding dan melestarikan satwa yang sudah terancam populasinya.

“Di (Taman Safari) Batang itu dolphin akan melahirkan pada awal November, kemudian di Solo itu beberapa kali sudah melahirkan tiga ekor anak macan bengal. Oh iya di Batang juga burung unta, kemudian komodo sering netes (telurnya) di Batang,” kata Agus, Sabtu (11/10/2025).

“Di Taman Safari Bogor yang sedang kita coba sekarang itu pada ya. Jadi ini adalah usaha-usaha dari Taman Safari Group untuk melakukan konservasi,” dia menambahkan.

Lebih lanjut, Agus bercerita di Taman Safari Prigen ada area konservasi untuk burung-burung kicau yang sudah langka dan salah satunya termasuk burung Jalak Bali. Dengan upaya tersebut kini burung Jalak Suren yang sudah dilepasliarkan di sana pun telah beranak-pinak.

Taman Safari Indonesia bukan sekadar tempat rekreasi tapi juga jadi tempat edukasi sekaligus tempat konservasiPenjelasan TSI bukan sekadar tempat rekreasi tapi juga tempat edukasi dan konservasi di Taman Safari Bali, Jumat (10/10/2025). (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Dan masih banyak lagi satwa-satwa lainnya yang coba untuk dilestarikan oleh Taman Safari Indonesia. Setiap tahunnya akan ada satwa-satwa yang dilepas kembali ke alam liar.

Dalam kesempatan yang sama, Head of Media Digital TSI, Finky Santika, mengatakan bahwa TSI ini lebih mengedepankan aspek konservasinya, yang diimbangi dengan rekreasinya. Hal tersebut supaya masyarakat yang berkunjung bukan sekadar terhibur tetapi juga bisa belajar dan ikut memahami pentingnya pelestarian satwa.

“Taman Safari sendiri terdaftar sebagai lembaga konservasi, jadi kalau misalnya orang-orang tahunya Taman Sadari itu tempat bermain, betul juga. Tapi kita lebih fokusnya ke lembaga konservasi,” kata Finky.

Taman Safari Indonesia juga bekerja sama dengan beberapa pihak seperti Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, BKSDA, dan beberapa NGO lainnya.

“Kita dipercaya untuk membantu mereka dalam menjaga ekosistem yang ada di Indonesia. Jadi kayak kemarin kita berhasil melepas atau introduction Banteng Jawa di Pangandaran itu kita kasih dua pasang Banteng Jawa,” kata dia.

Finky bercerita populasi Banteng Jawa di sana sudah tidak ada lagi dan kebetulan pihaknya masih memiliki satwa tersebut. Hingga sekarang Banteng Jawa yang telah dikirim ke Pangandaran itu sudah berhasil berkembang biak.

“Di sana itu sudah punah jadi sudah tidak ada lagi. Tapi kita masih ada, akhirnya kita kirim dua pasang Banteng Jawa dan berhasil breeding kemarin baru lahiran di bulan Agustus jadi itu membantu,” ujar dia.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com

Mengintip Uniknya Penguin yang Hidup Tanpa Cuaca Dingin



Jakarta

Siapa sangka, penguin tak selalu hidup di tempat bersalju. Di Marine Safari Bali (MSB), traveler bisa melihat langsung penguin yang nyaman hidup di iklim tropis-tanpa perlu suhu dingin ekstrem seperti di kutub.

Penguin yang hidup di suhu yang dingin itu adalah penguin sub-Antartik dan penguin yang bisa hidup di cuaca tropis adalah temperate. Nah, jenis yang kedua lah yang jadi koleksi di MSB.

Education Manager of MSB and Taman Safari Bali, Muhammad Khoiri Habibullah, menjelaskan bahwa penguin yang ada di MSB ini adalah penguin yang habitatnya berasal dari wilayah Amerika Selatan.


“Ini adalah salah satu jenis penguin yang tidak membutuhkan es ataupun salju (cuaca dingin) ketika mereka hidup karena aslinya dari Amerika Selatan, tepatnya di Chile dan Peru,” kata Khoiri saat mendampingi rombongan detikTravel dan media, Sabtu (11/10/2025).

“Karena di dunia ini ada dua tipe penguin: ada yang sub-Antartik dan juga yang temperate. Jadi yang temperate kita bisa lihat di sebelah sana yang tidak membutuhkan es atau salju,” dia menjelaskan sembari menunjuk ke penguin.

Taman Safari Indonesia bukan sekadar tempat rekreasi tapi juga jadi tempat edukasi sekaligus tempat konservasiPenguin humboldt di MSB. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Khoiri menjelaskan perbedaan yang ketara dari dua tipe penguin sub-Antartik dan temperate. Menurutnya untuk ukuran badan, penguin sub-Antartik cenderung lebih besar daripada penguin temperate.

Dan jenis yang menjadi penguin koleksi di MSB ini adalah penguin humboldt. Dibanding dengan jenis-jenis penguin temperate lainnya, penguin humboldt ini salah satu yang memiliki ukuran yang paling besar.

Taman Safari Indonesia bukan sekadar tempat rekreasi tapi juga jadi tempat edukasi sekaligus tempat konservasiUkuran jenis penguin temperate. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

“Penguin ini sangat unik karena mereka punya kamuflase, jadi mereka tuh bagian putih sama hitamnya bukan semata-mata warna saja. Tapi ketika mereka di alam liar, warna putih ini nge-blend dengan air, sedangkan ini (hitam) menyatu dengan warna lautan yang lebih gelap,” katanya.

Hal tersebutlah yang membuat penguin humboldt bisa samar terlihat ketika di dalam laut untuk menghindari predator. Penguin humboldt juga mampu berenang dengan kecepatan 40 kilometer per jam.

MSB punya 6 penguin humboldt, lima jantan dan satu betina. Dan penguin humboldt yang berada di MSB merupakan hasil captive breeding dari Taman Safari Bogor.

“Jadi kalau di Taman Safari Indonesia, kita ini saling transfer atau saling berbagi koleksi. Karena kita sebagai lembaga konservasi, kita tidak mengambil dari alam liar,” ujar Khoiri.

Pengunjung di MSB ada tiga area untuk bisa melihat penguin ini. Jadi tak sekadar melihat dari aquariumnya saja, tapi juga ada area interaksi yang dibuat untuk pengunjung bisa bersentuhan dengan penguin secara langsung.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com