Tag Archives: wisata jakarta

Post, Surga Bagi Pencinta Buku Indie, di Pasar Santa



Jakarta

Bagi para pecinta sastra, deretan rak kayu berisi buku-buku memiliki daya tarik tersendiri. Di era banyaknya toko dan buku digital, Post A Living Room & Press tetap memberi ruang nyaman bagi siapa saja yang rindu pada pengalaman membaca buku fisik.

Terletak di lantai dua gedung Pasar Santa, Jakarta Selatan, toko buku ini sudah berdiri sejak tahun 2014 dan masih eksis hingga saat ini.

Berbeda dari toko buku lain, Post hanya menjual buku-buku baru, mulai dari karya penerbit independen, penulis lokal, hingga internasional. Koleksi yang tersedia juga beragam, mulai dari buku-buku fiksi hingga nonfiksi, termasuk karya penulis ternama seperti Aan Manshur dan Pramoedya Ananta Toer.


“Bedanya kita cuma jual buku baru, nggak ada buku bekas. Jadi kualitasnya terjamin. Genrenya ada fiksi dan nonfiksi, tapi yang paling banyak dijual di sini itu buku indie,” ujar Putri, penjaga Post A Living Room Bookshop & Press, beberapa waktu lalu.

Buku berbahasa Inggris dan buku terjemahan menjadi buku paling banyak dicari pengunjung.

“Biasanya pengunjung nyari buku terjemahan atau buku-buku impor yang nggak ada di toko lain,” dia menambahkan.

Selain koleksi yang eksklusif, suasana hangat Post membuat siapa saja betah berlama lama disana. Diiringi musik dari lagu lagu indie memberikan kesan homey yang nyaman.

Menariknya, sejak berdiri pada 2014, Post banyak menggandeng penulis penulis lokal untuk menerbitkan buku dalam usaha penerbitan Post Press. Sejauh ini sudah ada 10 buku yang diterbitkan, termasuk satu buku kolaborasi penulis berjudul “Museum Teman Baik” yang dapat dibeli di toko Post secara langsung maupun toko digital postpress melalui kanal Tokopedia.

Melalui lini penerbitannya ini, Post memberi kesempatan bagi para penulis lokal untuk turut mengembangkan karyanya.

“Post Press nantinya mengkurasi sendiri untuk pilihan karya dari penulis-penulis lokal, biasanya nanti akan dihubungi atau diumumkan,” kata Putri.

Pengunjung Post A Living Room & Press datang dari berbagi kalangan, mulai dari anak muda, mahasiswa, hingga orang tua yang mencari bacaan santai selepas kerja. Bahkan toko ini menjalin hubungan baik dengan para pengunjung yang sudah mengikuti perkembangan Post sejak dulu.

Post a living room & press menjadi ruang baca bagi para pecinta sastra. Buka setiap Senin-Jum’at pukul 14.00-19.00 WIB dan khusus Sabtu-Minggu buka mulai pukul 12.00-19.00 WIB. Toko ini biasanya ramai dikunjungi pengunjung saat akhir pekan atau saat jam pulang kerja.

(fem/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Ragunan Buka Malam Minggu, Wisatawan Senang



Jakarta

Taman Margasatwa Ragunan menyuguhkan pengalaman baru buat traveler lewat “Night at the Ragunan Zoo”. Sejumlah pengunjung mengungkapkan pengalaman mereka bermalam mingguan di sana.

Wisata malam ini resmi dibuka perdana pada Sabtu (11/10/2025). detikTravel mengunjungi Ragunan tadi malam.

Melihat aneka satwa di malam hari menghadirkan sensasi yang berbeda dibandingkan siang. Beberapa hewan yang aktif di malam hari atau dikenal sebagai satwa nokturnal bisa diamati oleh pengunjung. Salah satunya adalah kuda nil yang tampak menyapa pengunjung dengan mulut yang selalu terbuka.


Ragunan dipadati masyarakat yang penasaran ingin merasakan bermalam mingguan di sana. Pengunjung cukup ramai, tetapi tidak sepadat siang hari.

“Baru pertama buka, jadi penasaran aja pengin coba suasana yang beda. Tapi menurutku sih tetap lebih ramai siang,” ujar Vivi, pengunjung asal Jakarta Timur.

Pengunjung lain menilai terobosan Pemprov DKI Jakarta itu menjadi cara lain warga bisa beraktivitas berbeda di malam hari.

“Seru banget, bisa healing malam-malam di tempat yang beda. Soalnya kalau di Jakarta biasanya healing nya ke mal terus. Di sini bisa jalan santai sambil lihat hewan,” kata Azmi, pengunjung asal Jakarta Barat.

Tak hanya pengunjung yang jalan-jalan untuk menyaksikan satwa, Night at the Ragunan Zoo juga menarik minat mereka yang ingin berolahraga ringan di Ragunan. Banyak pengunjung datang bersama keluarga dan anak-anak berjalan-jalan santai.

Pengelola pun mengingatkan agar orang tua tetap mengawasi anak-anak selama berkunjung, mengingat kondisi pencahayaan di beberapa area masih minim.

Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Fajar Sauri, mengatakan bahwa pembukaan perdana ini menjadi bahan evaluasi bagi pihaknya.

“Hari pertama ini kami jadikan sebagai bahan evaluasi ke depannya, termasuk soal penerangan yang masih perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Saran dari Pengunjung

Namun, ada beberapa hal yang menjadi perhatian pengunjung, salah satunya soal penerangan di area taman. Beberapa titik jalan masih tampak redup dengan lampu yang terbatas di tepi jalur pejalan kaki.

“Lampunya kurang banget, jadi pas mau foto hasilnya gelap,” kata Tiara, wisatawan asal Slipi.

“Aku malah enggak terlalu lihat hewannya karena gelap, dan katanya juga enggak boleh disenter. Mungkin ke depannya bisa lebih diterangi lagi biar pengunjung bisa lebih menikmati,” Vemi, asal Jakarta Selatan, menambahkan.

Sebagai catatan, pengunjung diimbau untuk tidak menyoroti hewan dengan senter atau lampu kilat kamera, karena bisa mengganggu kenyamanan satwa di malam hari.

Selain dari segi penerangan, fasilitas buggy car yang mengajak pengunjung untuk berkeliling nampak terjadi waiting list sehingga petugas menutup tiket untuk naik buggy car lebih awal. Pengunjung akan diberi waktu selama 1 jam untuk berkeliling menggunakan buggy car di area Night at The Ragunan Zoo yang telah ditentukan oleh pengelola.

Area Night at The Ragunan Zoo hanya dibuka di beberapa titik tempat satwa yang termasuk golongan satwa nokturnal saja.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Akses Mudah ke Night at The Ragunan Zoo, Cukup Naik TransJakarta



Jakarta

Taman Margasatwa Ragunan resmi membuka wisata malam perdana bertajuk Night at The Ragunan Zoo pada Sabtu (11/10/2025). Aksesnya pun mudah, cukup naik TransJakarta koridor 6 dan turun di halte Ragunan, pengunjung bisa langsung menikmati sensasi menjelajah kebun binatang di bawah cahaya malam

Merujuk pengalaman detikTravel naik TransJakarta menjelang Night at The Ragunan Zoo perdana itu, penumpang Transjakarta 6N dari Blok M pada pukul 17.30-an tidak terlalu ramai. Suasana di dalam bus terasa sepi, termasuk saat bus makin mendekati Ragunan. Hanya ada beberapa penumpang yang duduk berjauhan, sebagian sibuk dengan ponsel, dan yang lain menatap ke luar jendela.

Bus melaju tanpa hambatan. Tidak ada kemacetan yang berarti hanya ada antrean saat bus berhenti di lampu merah. Begitu turun di halte Terminal Ragunan, suasananya juga tidak sepadat pada kunjungan ke Ragunan Zoo di pagi hari saat akhir pekan.


Saat itu, hanya ada beberapa pengunjung yang berjalan menuju pintu masuk, sedangkan area parkir di sekitar taman terlihat penuh oleh kendaraan pribadi. Mayoritas pengunjung tampaknya memilih datang menggunakan mobil atau motor, bukan TransJakarta.

Meski tidak ramai, suasana di sekitar Ragunan terasa hangat. Lampu-lampu taman mulai menyala, menandakan malam segera tiba. Petugas tampak bersiap di depan gerbang, menyambut pengunjung yang mulai berdatangan.

Perjalanan dengan TransJakarta sore itu memberi pengalaman berbeda. Meski bus terasa sepi, justru di situlah sensasinya. Bisa menikmati perjalanan dengan tenang tanpa desakan penumpang, sambil melihat langit sore berubah warna menuju malam. Sepinya perjalanan bukan berarti kurang diminati, mungkin hanya karena sebagian besar warga memilih kenyamanan kendaraan pribadi.

Bagi yang ingin menikmati Night at The Ragunan Zoo tanpa repot mencari parkir, naik TransJakarta bisa jadi pilihan menarik. Cepat, murah, dan bebas macet-perjalanan yang tenang menuju petualangan malam di Ragunan.

Selain TransJakarta 6N dari Blok M via Kemang, traveler bisa memilih Transjakarta 5N yang melayani penumpang pada rute Kampung Melayu-Ragunan, 7E Kampung Rambutan-Ragunan, atau Mikrotrans Transjakarta JAK 45 Lebak Bulus-Ragunan

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Menyusuri Kemang Raya, Kawasan Elite yang Masuk Daftar Kawasan Terkeren di Dunia



Jakarta

Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, tengah jadi sorotan usai masuk dalam daftar ‘kawasan paling keren dunia tahun 2025’ versi Time Out. Namun, tak semua warga Jakarta tahu bahwa kawasan ini kini dianggap salah satu yang paling keren di dunia.

Kemang menduduki urutan ke 28 dari 39 kawasan paling keren dunia. Namun, tak semua warga Jakarta tahu bahwa kawasan ini kini dianggap salah satu yang paling keren di dunia.

Kamis (16/10/2025), detikTravel menelusuri salah satu kawasan di Kemang, yaitu Jalan Kemang Raya yang dianggap sebagai poros utama kawasan itu. Sepanjang jalan, suasana sibuk terlihat saat malam hari. Deretan mobil mewah tampak berjejer di depan restoran, bar, dan hotel yang berjajar di sepanjang trotoar.


Di sisi lain, kehidupan sederhana juga masih terasa. Pedagang kaki lima tampak berjualan di pinggir jalan, menawarkan jajanan khas yang ramai diburu pengunjung.

“Aku belum tahu kalau Kemang masuk kawasan keren dunia, ya. Aku ke sini cuma buat jajan di kaki lima sih,” kata Eva, salah satu pengunjung yang ditemui di kawasan Kemang Raya.

Eva mengaku sering mampir ke daerah ini hanya untuk menikmati suasana dan kuliner kaki lima. “Biasanya aku beli jajanan aja, pernah juga ke Kampung Kemang di seberang sana,” dia menambahkan.

Menurutnya, mungkin yang membuat Kemang terkesan ‘keren’ adalah banyaknya tempat elit yang berdiri di kawasan ini. “Masuk kawasan keren mungkin karena tempat-tempatnya kali, ya, yang elit,” ujarnya sambil tersenyum.

Pernyataan serupa diungkapkan Audina, warga yang malam itu tengah duduk santai di trotoar Kemang. “Suasananya sih biasa aja, jalan biasa, tapi di sini banyak banget tempat elit kayak hotel, bar, restoran luar negeri,” kata Audina.

Audina juga sempat mencicipi salah satu restoran Korea di kawasan itu. “Harganya lumayan sih, makanan di atas Rp 50 ribu ke atas,” jelasnya.

Selain restoran Korea, di Kemang juga berjejer kafe bergaya modern, toko fashion, spa perawatan tas, hingga Plaza 88, kampung Kemang. Tak jauh dari situ, juga ada restoran khas Indonesia, yaitu makanan padang sate Madura yang menambah warna kuliner kawasan ini. Di kawasan Jalan Kemang Raya juga ada area food court, cocok bagi detikers yang ingin berkuliner di kawasan Kemang.

Meski banyak yang menganggap Kemang sebagai kawasan hits dan berkelas, sebagian warga Jakarta justru heran dengan predikat ‘kawasan terkeren dunia’ yang disematkan oleh Time Out.

“Kalau soal keren, mungkin karena tempatnya yang banyak dikunjungi orang kelas menengah atas, suasananya sendiri kayak jalanan biasa atau tempat biasa yang di Jakarta,” kata Audina.

Apa pun alasannya, Kemang memang punya daya tarik tersendiri, perpaduan antara modernitas, gaya hidup urban, dan kehangatan khas Jakarta yang tak pernah hilang.

Sejarak Kemang

Dalam arsip detik.com, nama Kemang itu adalah nama pohon. Dalam kbbi disebutkan bahwa kemang adalah pohon dengan kulit batang berwarna abu-abu dan pecah-pecah, tinggi 20-40 m, bunganya terdapat dalam malai, menyerupai bunga mangga, berwarna ungu tua, bagian tepi berwarna putih, buahnya besar berbentuk seperti avokad dan tidak simetris, berwarna kecokelat-cokelatan, daging buah berwarna kuning kotor mengandung banyak cairan dan rasanya asam manis

Sejarawan JJ Rizal mengungkapkan kawasan Kemang dulu memang identik dengan pepohohon yang hijau. Kemang juga disebut sebagai tempat yang berlembah.

“Karena menilik dari nama tempatnya kan itu nama pohon, pohon kemang (Mangifera kemanga caecea). Sejenis mangga. Tapi ada sumber yang menyebutkan itu kawasan yang berlembah-lembah. Basah, rumahnya air,” kata JJ Rizal dalam arsip detikcom pada 2021.

JJ Rizal menjelaskan bahwa Kemang dibangun berdasarkan masterplan di era Wali Kota Soediro yang menjabat pada 1953-1960. Masterplan ini menjadi rujukan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Kemang, menjadi salah satu kawasan hijau untuk mengatasi banjir.

“Sebagai dataran yang rendah dan dekat kali, itu memang dalam masterplan tahun 1965 dan 1985. Masterplan ini mengadopsi masterplan yang dibuat Wali Kota Soediro. Masterplan yang dibuat sama Bang Ali ini mengacu kepada masterplan Wali Kota Soediro yang mengacu kepada aturan kolonial juga,” kata dia.

“Karena masalah banjir menetapkan kawasan di sekitar Tanjung West (Tanjung Barat) itu sebagai green belt atau sabuk hijau. Itu yang harus jadi kawasan hijau, kawasan resapan air,” dia menambahkan.

Kemang Sebelum Pandemi

Sebelum wabah Covid-19, Kemang adalah salah satu kawasan yang ‘lebih hidup’ di malam gari. Area itu merupakan salah satu pusat nongkrong, kuliner mewah dan street food, juga kelab malam.

Dalam arsip CNNIndonesia disebutkan bahwa Kemang adalah kawasan ikonik bagi kalangan muda-mudi sejak tahun 90-an. Saat itu, trotoar belum selebar dan sebagus kini, namun di situlah pedagang kaki lima berderet sejak sore. Pengunjung ramai seiring waktu makin malam.

Di Kemang berjejer beragam jenis tempat usaha, mulai dari hotel, bank, restoran, kafe, salon, hingga toko-toko yang menyajikan berbagai kebutuhan bagi kalangan kelas menengah ke atas Jakarta. Bahkan, sekolah dan perguruan tinggi berstatus internasional ada di sana.

Dinamisnya pembangunan bisnis di kawasan Kemang juga semakin menjadi, tatkala Kemang didaulat sebagai ‘Kampung Modern’ berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 140 Tahun 1999.

Selain destinasi muda-mudi, kawasan Kemang menjadi magnet bagi ekspatriat yang bekerja di Indonesia. Selain banyak tempat hiburan, kebanyakan ekspatriat memilih tinggal di kawasan Kemang lantaran dekat dengan sejumlah pusat perkantoran Jakarta, seperti Sudirman, Kuningan, dan Menteng.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Gemas & Bikin Lapar! Pameran Rajutan Tema Makanan di Kemang, Jajan Pasar Sampai Bento



Jakarta

Pameran seni unik tersaji Kemang, Jakarta Selatan. Berbagai ‘makanan’ disuguhkan, padahal dari rajutan tapi sukses menipu mata sampai bikin lapar.

Kalau biasanya traveler ke Kemang buat ngopi atau berburu kuliner, kali ini bisa menemukan alasan baru buat jalan-jalan ke tempat yang dinobatkan sebagai salah satu kawasan paling keren di dunia 2025 versi TimeOut. Ini sebuah pameran seni yang bakal bikin detikers ‘ngiler’, meskipun bukan makanan sungguhan.

Playful Bites-A Solo Exhibition by Mulyana, berlangsung dari 1 Oktober hingga 31 Desember 2025 tempatnya di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang Selatan 99A, Jakarta SelatanPlayful Bites-A Solo Exhibition by Mulyana, berlangsung dari 1 Oktober hingga 31 Desember 2025 tempatnya di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang Selatan 99A, Jakarta Selatan (Qonita Hamidah/detikcom)

Namanya Playful Bites-A Solo Exhibition by Mulyana, berlangsung mulai 1 Oktober hingga 31 Desember 2025 tempatnya di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang Selatan 99A, Jakarta Selatan. Pameran dibuka Senin-Jumat pukul 11.00-20.00 dan Sabtu-Minggu pukul 08.00-20.00.


Tiket masuk pameran ini gratis bagi pengunjung yang ingin merasakan nuansa nyeni di Kemang. Di sini, semua makanan bukan untuk dimakan, tapi untuk dikagumi, karena semuanya terbuat dari benang rajutan.

Makan Jadi Seni, Seni Jadi Mainan

Saat masuk ke ruangan pameran, traveler akan disambut oleh tumpukan jajanan pasar yang bukan terbuat dari tepung melainkan dari benang berwarna warni, seperti onde-onde, pastel, kue lumpur, tumpeng, hingga bento Jepang dan makanan Korea yang semuanya dijahit dengan detail yang akan membuat detikers takjub. Seniman asal Bandung, Mulyana, menciptakan karya ini sebagai bagian dari proyeknya yang disebut Food Monster Project.

Dari kejauhan, bentuk dan warnanya mengecoh mata. Mengundang rasa lapar.

Setelah didekati, baru deh ketahuan itu bukan makanan sungguhan tetapi dari rajutan. Sudah begitu makanan-makanan itu memiliki ekspresi masing-masing, ada yang lucu, marah, aneh, bahkan ada yang sedikit menyeramkan.

Playful Bites-A Solo Exhibition by Mulyana, berlangsung dari 1 Oktober hingga 31 Desember 2025 tempatnya di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang Selatan 99A, Jakarta SelatanPengunjung menikmati koleksi di Playful Bites-A Solo Exhibition by Mulyana, berlangsung dari 1 Oktober hingga 31 Desember 2025 tempatnya di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang Selatan 99A, Jakarta Selatan (Qonita Hamidah/detikcom)

Pameran itu bertujuan sebagai upaya memperluas jangkauan imajinasi ke gaya hidup dan fashion.

“Tahun 2025, food monster kali ini diadakan di ruang kolaborasi, seperti Dia.Lo.Gue di Kemang ini, sebagai upaya memperluas jangkauan imajinasi ke gaya hidup dan fashion,” kata Ami, salah satu petugas di Pameran Food Monster.

Spot Foto Baru di Kemang yang Instagramable

Bukan cuma lihat-lihat, detikers juga bisa berinteraksi langsung di area “Modula Monster.” Di sini, traveler bisa main dengan kaca dan properti makanan rajutan. Pas difoto, pantulan cermin akan membuatmu terlihat seperti monster makanan yang hasilnya super unik dan cocok banget buat konten Instagram.

Kalau mau hasil yang lebih keren, detikers bisa ambil foto dengan biaya Rp 50 ribu. Selain itu, traveler bisa mencoba bikin karya food monster versi sendiri.

Lewat playful bites, Mulyana ingin menunjukkan bahwa makanan bukan cuma soal rasa, tapi juga tentang kebersamaan dan kenangan di meja makan. Setiap rajutan dibuat dari ribuan simpul kecil yang melambangkan bagaimana manusia saling terhubung dengan sederhana tapi penuh makna.

Playful Bites-A Solo Exhibition by Mulyana, berlangsung dari 1 Oktober hingga 31 Desember 2025 tempatnya di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang Selatan 99A, Jakarta SelatanSalah satu ‘hidangan’ di Playful Bites-A Solo Exhibition by Mulyana, berlangsung dari 1 Oktober hingga 31 Desember 2025 tempatnya di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang Selatan 99A, Jakarta Selatan (Qonita Hamidah/detikcom)

Salah satu pengunjung, Dera, terkesan dengan pameran itu. Dia tidak menyangka rajutan bisa begitu menggemaskan di mata.

“Pameran ini bikin kita lihat makanan dari sisi yang seru dan imajinatif. Ada kue basah, ada sushi, semua dibuat jadi monster lucu. Lucu banget buat difoto,” kata dia.

Kemang, Dari Tempat Nongkrong ke Destinasi Seni Dunia

Kawasan Kemang baru-baru ini dinobatkan sebagai salah satu kawasan paling keren di dunia versi Timeout 2025. Pameran seperti ini menjadi bukti bahwa Kemang bukan cuma tentang kafe dan bar, tapi juga tempat di mana seni, gaya hidup, dan kreativitas bertemu.

Ada baiknya, sebelum tahun berganti, detikers sempatkan mampir dan rasakan pengalaman nyeni tapi playful di jantungnya Kemang. Nah, salah satu destinasi yang wajib dikunjungi adalah pameran ini.

Ya, playful bites Kemang menyuguhkan pameran yang unik dan gratis, juga spot foto yang instagramable banget, bisa buat karya rajutan sendiri, dan cocok buat healing, ngonten, dan nambah inspirasi seni.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Jelajah Petak 9, Pecinan Tertua di Jakarta yang Penuh Cerita


Jakarta

Petak 9 di Glodok, Jakarta, adalah kawasan Pecinan tertua di Indonesia. Traveler bakal menemukan suasana autentik, kuliner, dan wihara megah di sini.

Petak 9 terletak di Jalan Kemenangan Raya nomor 40, RT 5/RW 1, Glodok, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Kawasan ini dikenal sebagai bagian dari Pecinan Jakarta, yang disebut-sebut sebagai kawasan Pecinan terbesar sekaligus tertua di Indonesia.

Pengunjung yang membawa kendaraan pribadi bisa memarkir mobil di tepi jalan sekitar Petak 9 dengan tarif sekitar Rp 10 ribu.


Petak 9 tidak memiliki papan nama resmi yang menandakan kawasan ini, sehingga traveler yang baru kali pertama berkunjung sebaiknya bertanya kepada warga sekitar agar tidak tersesat.

Bagi detikers yang hobi membuat konten vlog atau fotografi, tempat ini bisa jadi spot seru untuk menangkap suasana khas Pecinan yang autentik. Deretan kios di sepanjang gang menjajakan berbagai kebutuhan, mulai dari buah, sayur, ikan segar, hingga jajanan tradisional Tionghoa. Beberapa toko juga menjual perlengkapan ibadah umat Tionghoa seperti dupa, angpau, dan lampion.

“Toko biasanya ramai menjelang Imlek. Banyak warga Tionghoa datang untuk membeli kue keranjang dan perlengkapan sembahyang,” ujar Li Xau, pedagang di Toko Kuh Kok di Petak 9.

Di kawasan ini juga banyak pedagang pakaian, perabot rumah tangga, buah, sayur, dan ikan. Traveler yang ingin membeli ikan segar, waktu terbaik datang adalah pagi hari karena stok ikan masih baru dan kualitasnya lebih baik.

Jalanan sempit dengan genangan air dari kios ikan menjadi ciri khas Petak 9. Suasana ramai membuat pengunjung kadang harus bergantian lewat dengan pengendara motor yang melintas. Meski padat, atmosfernya justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan kehidupan khas Pecinan Jakarta.

Kawasan Petak 9 juga dikenal dengan deretan wihara yang berdiri megah di antara bangunan tua. Dua wihara paling terkenal di area ini adalah:

Wihara Dharma Bakti

Vihara Petak 9 Glodok Jakarta BaratVihara Petak 9 Glodok Jakarta Barat (Qonita Hamidah/detikTravel)

Terletak di pertigaan pertama Petak 9 sebelah kanan. Aroma dupa langsung menyambut begitu pengunjung masuk ke dalam area wihara. Jam operasional mulai pukul 06.00 hingga 16.00.

Wihara Dharma Jaya Toasebio

Vihara Petak 9 Glodok Jakarta BaratVihara Petak 9 Glodok Jakarta Barat (Qonita Hamidah/detikTravel)

Berada di Jalan Kemenangan III nomor 48, Jakarta Barat, sekitar 450 meter dari Wihara Dharma Bakti. Vihara ini menjadi tempat sembahyang sekaligus destinasi religi yang sering dikunjungi wisatawan.

Petak 9 yang kental dengan nuansa Tionghoa memang jadi destinasi pilihan bagi penyuka wisata budaya, sejarah, dan fotografi. Buat kamu yang mau jalan-jalan di sini, jangan lupa bawa payung atau sunscreen sehingga tetap nyaman traveling saat panas atau hujan.

(row/fem)



Sumber : travel.detik.com

Ambisi Pulau Payung di Kepulauan Seribu Jadi Surga Glamping



Jakarta

Pulau Payung di Kepulauan Seribu berbenah untuk menjadi destinasi wisata yang siap bersaing secara global. Sebuah wisata glamping ditawarkan.

Pulau Payung bukan pulau kosong. Pulau itu adalah pulau berpenduduk dan ada akomodasi komersial, Asha Resort.

Dengan luas sekitar 40 hektare dan populasi mencapai 40 ribu jiwa, Pulau Payung bertekad untuk bertransformasi menjadi kawasan wisata berkelanjutan.


Pada sektor pariwisata, Pulau Payung dikunjungi oleh 1.500-2.000 jiwa per bulan.

Pulau Payung tidak mengunggulkan hutan mangrove sebagai daya pikat pariwisata, sebab pulau itu tidak memiliki hutan mangrove. Kendati tidak memiliki hutan mangrove, masyarakat setempat memanfaatkan batu karang alami sebagai penahan abrasi, langkah sederhana namun efektif menjaga garis pantai dari pengikisan laut.

Akses Mudah Menuju Pulau Payung

Wisatawan dapat menempuh perjalanan menuju Pulau Payung melalui empat jalur berbeda. Dua di antaranya menggunakan kapal cepat dari Marina Ancol dan Pelabuhan Baywalk Pluit, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Alternatif lainnya, kapal kayu dari Muara Angke dan Muara Kamal (Jakarta Barat) membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan.

“Ada empat cara menuju Pulau Payung atau Asha, masing-masing menempuh waktu 1-3 jam perjalanan, yakni dari Marina Ancol, Pelabuhan Baywalk di PIK 2 Jakarta, serta dari Muara Angke dan Muara Kamal. Muara Kamal berbatasan dengan PIK 2, Jakarta, dan Banten, dengan pilihan kapal cepat maupun kapal kayu,” ujar Yulia, pemandu wisata dari Asosiasi Himpunan Pramuwisata Indonesia (AHPI) yang bekerja sama dengan Suku Dinas Ekonomi Kreatif dan Pariwisata yang mendampingi detikTravel dalam Agenda Walking Tour Disparekraf DKI Jakarta pada 22-23 Oktober 2025.

Asha Resort beroperasi pada 2023. Meski banyak yang mengenalnya sebagai Pulau Asha, sebenarnya lokasi resort ini berada di wilayah Pulau Payung Besar.

“Sebenarnya di sini (Asha Resort) letaknya di Pulau Payung Besar, tapi masyarakat lebih mengenalnya dengan Pulau Asha,” kata Yulia.

Asha Resort: Glamping Mewah Bernuansa Alam

Asha Resort dibangun di Pulau Payung dengan mengusung konsep glamping (glamorous camping), Resor itu menawarkan 16 unit penginapan eksklusif di tepi pantai. Proyek kedua berlanjut dengan jenama Cora.

Untuk menginap di sini, pengunjung tidak perlu lagi repot mendirikan tenda, karena setiap glamping dilengkapi fasilitas modern layaknya hotel.

Selain menginap, wisatawan juga bisa menikmati berbagai aktivitas seperti ATV menyusuri hutan konservasi dan bersantai di kafe tepi laut yang menjual paket makanan dan minuman tanpa tiket masuk tambahan. Harga paket Asha Resort dibanderol sekitar Rp 400 ribu pada weekday dan Rp 500 ribu saat weekend yang sudah termasuk transportasi kapal pulang pergi.

Menariknya, baik pengunjung yang memilih paket one day trip maupun menginap akan menikmati fasilitas transportasi laut yang sama. Terdapat dua dermaga utama, yaitu Dermaga Payung dan Dermaga Asha, tergantung paket perjalanan yang dipilih.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com