Tag Archives: zikir

Rahasia di Balik Kalimat Hasbunallah Wanikmal Wakil yang Sering Diucap Nabi Ibrahim


Jakarta

Zikir hasbunallah wanikmal wakil sering dilantunkan oleh umat Islam. Bahkan, zikir ini merupakan doa yang berasal dari kisah Nabi Ibrahim AS.

Diterangkan dalam buku Mencari Pahala di Saat Haid oleh Ratu Aprilia Senja, Nabi Ibrahim AS membaca hasbunallah wanikmal wakil saat Raja Namrud memerintahkan prajuritnya melempar beliau ke kobaran api. Kala itu, sang nabi tak bergantung pada siapa pun selain Allah SWT.

Dari Ibnu Abbas RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda,


“Kalimat terakhir yang diucapkan Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api adalah, ‘Hasbunallahu wa nikmal wakil’ (cukuplah Allah menjadi penolong bagiku, Allah adalah sebaik-baik pelindung).” (HR Bukhari)

Berangkat dari kisah Nabi Ibrahim AS tersebut, bacaan hasbunallah wanikmal wakil erat kaitannya dengan sikap tawakkal.

Bacaan Hasbunallah Wanikmal Wakil

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Latinnya: Hasbunallah wanikmal wakil.

Artinya: Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

Ada juga versi panjang dari zikir hasbunallah wanikmal wakil. Berikut bacaannya,

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Latinnya: Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir.

Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong) kami, dan Dia sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baik penolong.”

Makna Hasbunallah Wanikmal Wakil

Hasbunallah wanikmal wakil sendiri adalah potongan doa yang dinukil dari surah Ali Imran ayat 173. Keistimewaan isi kandungannya dijelaskan dalam buku Ibadah-ibadah Terbaik saat Engkau Diuji Kesusahan dan Kesulitan karya Maswan Abdullah.

“Dengan membaca zikir tersebut, kita menyatakan diri kepada Allah SWT bahwa dalam keadaan apapun atau ketika menghadapi masalah apapun kita hanya pasrah kepada Allah SWT dan menjadikanNya sebagai tempat bersandar,” tulis Maswan Abdullah.

Secara bahasa, hasbunallah wanikmal wakil diartikan sebagai cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung. Dengan kata lain, kalimat tersebut mengandung makna permohonan sekaligus keyakinan kepada Allah SWT bahwa Dia adalah satu-satunya pelindung.

Rahasia Mengamalkan Hasbunallah Wanikmal Wakil

Banyak rahasia kenikmatan yang dapat diperoleh muslim dari mengamalkan kalimat hasbunallah wanikmal wakil. Berikut bahasannya yang dikutip dari buku Ampuhnya Kalimat Hasbunallaah Wani’mal Wakil susunan Ahmad Fathoni El-Kaysi.

  1. Dicukupkan rezekinya oleh Allah SWT
  2. Dilindungi dari bahaya dan keburukan
  3. Dimudahkan urusannya dengan pejabat atau pihak berwenang
  4. Diberi pertolongan ketika terdesak
  5. Dilapangkan jalan rezeki
  6. Menjadi pusat perhatian banyak orang
  7. Mendapat kemenangan atas orang zalim
  8. Dipandu menemukan solusi saat buntu
  9. Dapat mendamaikan konflik
  10. Mendapatkan petunjuk dalam istikharah
  11. Diperluas sumber penghasilan
  12. Terhindar dari cemoohan dalam kondisi miskin
  13. Dihormati dan dipatuhi orang lain
  14. Menjadi peneduh di tengah keributan
  15. Harta terlindungi dari pencuri maupun hama

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pohon Kurma yang Menangis pada Hari Jumat, Kenapa?



Jakarta

Semasa Rasulullah SAW masih berdakwah, banyak sekali kisah yang menarik untuk kita dengarkan dan ambil pelajarannya. Salah satunya adalah sebuah kisah pohon kurma yang menangis pada hari Jumat.

Kisah ini diabadikan dalam salah satu riwayat dari Jabir bin Abdullah RA. Mengutip Mukhtashar Shahih al-Bukhari oleh Imam Zainuddin az Zubaidi, Jabir berkata,

“Apabila Rasulullah khutbah, beliau biasa berdiri di bawah pohon kurma. Ketika sebuah mimbar disediakan untuk beliau, kami mendengar pohon kurma itu menangis seperti tangisan unta betina yang hamil maka beliau turun dari mimbar dan mengelus pohon tersebut.” (HR Bukhari)


Kisah Pohon Kurma Menangis pada Hari Jumat

Kisah ini dapat diawali dengan menengok kembali tugas dan pekerjaan Rasulullah SAW sesudah berhijrah dari Makkah ke Madinah. Mengutip tulisan Ustaz Dr. Miftahur Rahman El-Banjary dalam buku Cinta Seribu Dirham Merajut Kerinduan kepada Rasulullah Al-Musthafa. Pekerjaan pertama Rasulullah SAW sesampainya di Madinah adalah membangun masjid.

Masjid itu diberi nama Masjid Nabawi yang didirikan tepat dimana unta Rasulullah berhenti. Tanah tempat unta itu berhenti adalah miliki anak yatim bersaudara.

Selanjutnya, diketahui bahwa tanah yang telah dibeli tersebut berbentuk seperti bujur sangkar dengan luas hanya sekitar 1.060 meter persegi. Masjid yang didirikan pada awal masa itu pun sangat sederhana, hanya berupa tanah lapang yang dikelilingi tembok tanah liat menyerupai lingkaran.

Saat masjid ini sudah beroperasi, Rasulullah SAW seringkali melakukan dakwah dengan berdiri menghadap ke arah jamaah. Beliau berdiri di bagian masjid paling depan dengan bersandar pada satu batang pohon kurma, di bagian kanan yang sekarang kita kenal sebagai mihrab nabi.

Ketika jumlah jemaah semakin bertambah banyak, orang-orang berdesakan memenuhi masjid. Mereka yang duduk di barisan belakang atau paling jauh dari Rasulullah SAW tidak bisa melihat wajah beliau.

Para sahabat saat itu juga kasihan melihat Rasulullah SAW yang kelelahan jika berdiri terlalu lama saat berdakwah. Sebagian sahabat ada yang mengusulkan untuk membuat mimbar khusus bagi Rasulullah.

Di atas mimbar itu, Rasulullah akan dapat sesekali duduk beristirahat atau bahkan menyampaikan khutbahnya sambil duduk. Di samping itu pula, para sahabat yang berada di posisi paling belakang tetap bisa menyaksikan wajah Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW kemudian menyetujuinya.

Pada suatu hari Jumat ketika mimbar yang dibuat khusus untuk Rasulullah selesai, Beliau keluar dari pintu kamarnya. Beliau berjalan menuju mimbar dengan melewati sebuah pohon kurma itu.

Ketika Rasulullah SAW menaiki mimbar untuk berkhutbah, seketika para sahabat yang hadir di masjid itu mendengar bunyi rintihan memelas seperti menangis. Bahkan, debu-debu dari tembok masjid itu berguguran.

Suara tangisan itu terdengar semakin lama semakin kencang. Para sahabat yang mencari sumber suara tangisan itu merasa semakin kebingungan.

Rasulullah SAW kemudian turun dari mimbar dan mendekati pohon kurma yang sering beliau gunakan sebagai sandaran. Beliau meletakkan tangannya yang mulia pada batang pohon kurma itu kemudian mengusap dan memeluknya.

Atas izin Allah SWT, perlahan-perlahan suara tangisan tersedu sedu itu perlahan mereda. Belum terjawab rasa penasaran dalam diri para sahabat yang hadir, Rasulullah SAW pun mengajak berbicara kepada pohon kurma itu.

Rasulullah berkata, “Maukah kamu aku pindahkan ke kebun kamu semula, berbuah dan memberikan makanan kepada kaum mukminin atau aku pindahkan kamu ke surga, setiap akar kamu menjadi minuman dari minuman-minuman di surga, lalu para penghuni surga menikmati buah kurmamu.”

Pohon kurma tanpa keraguan memilih pilihan yang kedua. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Af’al insya Allah! Demi Allah, yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, jika tidak aku tenangkan dia, niscaya dia akan terus merintih hingga hari kiamat karena kerinduannya kepadaku.”

Dalam redaksi lain, mengutip Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi dalam Hadza al Habib Muhammad Rasulullah Ya Muhibb, diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah terlihat berbicara dengan sebatang pohon kurma. Kemudian, wanita dari Anshar berkata kepada beliau,

“Wahai Rasulullah, aku memiliki anak seorang tukang kayu. Bolehkah aku menyuruhnya membuatkan mimbar untuk engkau dari pohon itu untuk berkhutbah?”

Rasulullah menjawab, “Ya, boleh.” Maka si tukang kayu membuatkan beliau mimbar dari pohon kurma tersebut.

Pada suatu Jumat, Rasulullah SAW sudah mulai berkhutbah di atas mimbar, bukan lagi di atas potongan pohon kurma seperti pada masa awal pendirian masjid. Tiba-tiba batang kurma yang dijadikan mimbar itu menangis seperti tangis seorang bayi.

Rasulullah SAW berkata, “Batang pohon ini menangis karena merasa telah dilupakan.” demikian diterjemahkan Iman Firdaus dalam buku My Beloved Prophet.

Dalam riwayat Bukhari dikatakan, “Batang kurma tersebut berteriak seperti teriakan seorang bayi. Rasulullah lalu turun dari mimbar itu dan memeluknya, sementara mimbar dari pohon kurma itu terus menangis. Rasulullah berkata, “Pohon kurma ini menangis karena mendengar zikir diucapkan di atasnya.”

Menurut Syaikh Abu Bakar, pohon kurma tersebut menangis karena mendengar zikir Rasulullah SAW dan sedih karena berpisah dengan Beliau yang selalu berkhutbah di atasnya. Padahal pohon kurma tersebut merupakan benda mati yang tak memiliki roh dan akal.

Hal ini, kata Syaikh Abu Bakar, menjadi tanda dan bukti yang menunjukkan kenabian Muhammad SAW dan kebenaran risalahnya. Dan hal ini juga merupakan mukjizat besar yang hanya dimiliki oleh Rasulullah SAW.

Ibnu Hajar dalam pendapat yang dikutip Imam An Nawawi melalui Syarah Riyadush Shalihin Jilid 3 menambahkan, hadits tentang kisah pohon kurma yang menangis tersebut menjadi bukti bahwa Allah SWT terkadang memberi nalar pada benda mati bak seekor hewan bahkan seperti seekor hewan yang mulia. Wallahu’alam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

3 Amalan Malam Jumat untuk Wanita Haid, Amalkan Yuk!


Jakarta

Ibadah seorang wanita haid tidak bisa dilakukan dengan sempurna karena dilarang untuk salat, puasa, dan tawaf. Lalu, apa saja amalan malam Jumat yang bisa dikerjakan oleh wanita haid untuk meraih pahala?

Larangan beribadah dengan sempurna untuk wanita haid sudah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diambil dari buku Ensiklopedia Fikih Wanita: Pembahasan Lengkap Fikih Wanita dalam Pandangan Empat Mazhab oleh Agus Arifin. Rasulullah SAW bersabda,

عَنْ عَائِشَةَ رَضى اللهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ قَدِمْتُ مَكَّةَ وَأَنَا حَالِضٌ وَلَمْ أَطْفْ بِالْبَيْتِ وَلَا بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَة قَالَتْ فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ الله r قَالَ افْعَلِي كَمَا يَفْعَلُ الْحَاتُ غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي


Artinya: Aisyah berkata: “Aku datang ke Makkah sedangkan aku dalam keadaan haid. Aku tidak melakukan thawaf di Baitullah dan (sa’i) antara Shafa dan Marwah. Saya laporkan keadaanku itu kepada Rasulullah, maka beliau bersabda: ‘Kerjakanlah apa yang biasa dilakukan oleh orang yang berhaji selain thawaf di Baitullah hingga engkau suci.”” (HR Bukhari)

Lantas, apa saja amalan yang bisa dilakukan pada malam Jumat oleh wanita haid?

3 Amalan Malam Jumat untuk Wanita Haid

1. Membaca atau Menghafalkan Al-Qur’an

Wanita haid yang ingin mengamalkan ibadah sehingga mendapatkan pahala pada malam Jumat bisa dilakukan dengan membaca dan menghafalkan ayat Al-Qur’an. Dikutip dari Wiwi Alawiyah Wahid dalam buku Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat, membaca dan menghafalkan Al-Qur’an memiliki banyak keutamaan seperti, mendapat syafaat pada hari kiamat, mempunyai derajat yang tinggi di sisi-Nya, melindungi dari siksa neraka, dan lainnya.

Sebaliknya, perdebatan di kalangan muslim lebih merujuk pada kebolehan memegang mushaf Al-Qur’an bukan pada amalan membaca Al-Qur’an. Dari banyaknya perbedaan pendapat antar ulama tentang boleh atau tidaknya wanita haid untuk memegang Al-Qur’an, para ulama, khususnya mazhab Syafi’i dan Maliki sepakat bahwa wanita haid boleh memegangnya dengan catatan untuk menjaga hafalan Al-Qur’annya, mengajarkan Al-Qur’an, merujuk Al-Qur’an sebagai dalil, dan membaca ayat-ayat pendek untuk berzikir atau berdoa.

Namun, Syekh Ali Jaber menggarisbawahi, ketentuan di atas hanya berlaku bagi wanita haid yang memang memiliki kebiasaan atau kegiatan rutin membaca Al-Qur’an. Seperti, kelompok wanita yang memiliki hafalan Al-Qur’an atau pun seorang wanita yang mengajarkan Al-Qur’an untuk anak-anak.

Untuk itu, Syekh Ali Jaber menyarankan bagi wanita haid yang hendak membaca Al-Qur’an, penggunaan mushaf Al-Qur’an dapat digantikan dengan Al-Qur’an digital dalam smartphone. Menurutnya, ada kebolehan juga penggunaan Al-Qur’an terjemahan, buku tafsir, hingga pelapis sarung tangan bagi wanita haid.

2. Berdoa

Amalan malam Jumat untuk wanita haid yang kedua adalah bangun di sepertiga malam untuk berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT.

Menurut buku Mencari Pahala Disaat Haid oleh Ratu Aprilia Senja bahwa setiap sepertiga malam terakhir itu, Allah SWT turun ke langit bumi untuk memberi kesempatan hamba-hamba-Nya yang memohon dan mengadu. Hal ini disebutkan dalam hadits yang berbunyi,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman, ‘Orang yang berdoa kepadaKu akan Kukabulkan, orang yang meminta sesuatu kepadaKu akan kuberikan, orang yang meminta ampunan dariKu akan Kuampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

Selain itu, waktu sepertiga malam menawarkan banyak kemuliaan dan saat yang tepat untuk bermunajat kepada Allah SWT. Waktu tersebut juga membuat lebih khusyuk dan berkonsentrasi dalam mendekatkan diri kepada-Nya.

3. Bertobat

Amalan malam Jumat untuk wanita haid yang ketiga adalah memperbanyak istighfar dan bertobat kepada Allah SWT.

Masih diambil dari buku yang sama, wanita yang sedang haid hendaknya memperbanyak istighfar dan tobatnya kepada Allah SWT. Sebab wanita yang sedang haid ibadahnya sedang berkurang. Pada saat-saat seperti ini lebih baik digunakan untuk memperbanyak bertobat dengan mengucap, “Astaghfirullahaladziim”

Dari Abdullah bin Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR Ahmad)

Berdasarkan hadits tersebut maka dapat disimpulkan bahwa istighfar tidak hanya bisa dilakukan di malam Jumat, namun bisa dilakukan sebanyak-banyaknya setiap saat di hari-hari lainnya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

5 Amalan yang Bisa Dikerjakan oleh Muslimah sewaktu Haid


Jakarta

Wanita dalam keadaan haid dilarang untuk mengerjakan salat dan puasa, namun ada beberapa amalan yang masih bisa dikerjakan. Haid sendiri diartikan sebagai darah yang keluar dari ujung rahim wanita secara sehat tanpa suatu sebab dan dalam waktu yang diketahui.

Menurut buku Kitab Haid, Nifas, dan Istihadhah susunan Sayyid Abdurrahman bin Abdul Qadir Assegaf, haid merupakan peristiwa pengalaman biologis yang Allah SWT berikan kepada wanita. Haid menjadi tanda bahwa organ reproduksi wanita sehat dan berfungsi.

Dalil mengenai dilarangnya wanita haid untuk salat dan puasa terdapat pada surat Al Baqarah ayat 222,


وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَٱعْتَزِلُوا۟ ٱلنِّسَآءَ فِى ٱلْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ

Arab latin: Wa yas`alụnaka ‘anil-maḥīḍ, qul huwa ażan fa’tazilun-nisā`a fil-maḥīḍi wa lā taqrabụhunna ḥattā yaṭ-hurn, fa iżā taṭahharna fa`tụhunna min ḥaiṡu amarakumullāh, innallāha yuḥibbut-tawwābīna wa yuḥibbul-mutaṭahhirīn

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri,”

Dalam sebuah hadits juga dijelaskan terkait larangan salat dan puasa bagi wanita haid. Dinukil dari buku Fikih Haid karya KH Muhammad Syakur AH MH, hadits ini diterangkan oleh Rasulullah SAW kepada putrinya Fathimah, berikut bunyinya:

“Apabila datang haid, maka tinggalkanlah salat. Saat durasi waktu haid telah tuntas, maka bersihkanlah darah itu darimu lalu kerjakanlah salat.” (HR Bukhari & Muslim)

Lantas, amalan apa yang bisa dikerjakan oleh wanita haid? Simak bahasannya berikut ini.

Amalan yang Bisa Dikerjakan oleh Wanita Haid

1. Bersedekah

Abdul Syukur al-Azizi melalui karyanya yang berjudul Buku Lengkap Fiqh Wanita, menjelaskan sedekah adalah amal yang paling dianjurkan. Bagi wanita haid yang mampu bisa mengerjakannya.

2. Beristighfar

Selain bersedekah, Rasulullah SAW menganjurkan wanita muslim untuk perbanyak istighfar. Dengan beristighfar, Allah SWT menjamin ampunan dan pahala yang besar bagi siapa saja yang meminta.

3. Mempelajari Ilmu Agama

Mempelajari ilmu agama juga bisa dilakukan oleh wanita ketika haid dan tidak bisa untuk melaksanakan salat serta puasa. Cara mempelajarinya bisa dengan mendengar ceramah guru atau ustaz. Dalam surat Al Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١١

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

4. Berzikir

Dalam mengisi kekosongan waktu, wanita muslim yang sedang haid bisa berzikir dengan bertasbih dan menyebut nama-nama Allah SWT. Dengan mengerjakan amalan ini, maka hati seorang muslimah akan merasa tenang dan tentram.

Pada surat Al Ahzab ayat 41-42, Allah SWT mengingatkan kaum muslimin untuk berzikir,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ. وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا.

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanużkurullāha żikrang kaṡīrā. Wa sabbiḥụhu bukrataw wa aṣīlā.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan zikir sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang,”

5. Membaca Al-Qur’an Tanpa Menyentuh Lembaran Mushaf

Dijelaskan dalam buku Tentang Bagaimana Surga Merindukanmu susunan Ustazah Umi A Khalil, amalan lainnya yang bisa dikerjakan wanita haid ialah membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh mushaf. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan ponsel atau tablet yang terdapat aplikasi Al-Qur’an online.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com