Tag Archives: air hujan

7 Perlengkapan Motor yang Dibutuhkan Saat Hujan, Jangan Sampai Lupa!



Jakarta

Hujan menjadi tantangan tersendiri bagi pengendara motor. Jalanan yang licin dan pandangan yang terbatas menjadi faktor kenyamanan dan keselamatan ketika berkendara.

Sehingga, pemilihan perlengkapan motor yang tepat sangat penting untuk memastikan keamanan dan kenyamanan selama berkendara. Lantas, apa saja perlengkapan motor yang dibutuhkan saat hujan? Adakah tips untuk berkendara motor saat hujan?

Perlengkapan Motor yang Dibutuhkan Saat Hujan

Ada beberapa perlengkapan motor yang akan dibutuhkan saat hujan turun. Mulai jas hujan yang tahan air, helm yang dapat menjaga pandangan tetap baik, hingga sepatu dan sarung tangan yang kedap air.


1. Jas Hujan

Saat musim hujan, perlengkapan pertama yang harus dibawa oleh pengendara motor adalah jas hujan. Mengutip laman Suzuki, selain dapat melindungi diri dari basah air hujan, penggunaan jas hujan juga bisa memberi kenyamanan ketika berkendara.

Kamu bisa memilih jas hujan yang sesuai dengan kebutuhan. Ada jas hujan ponco, ponco tandem, overcoat, jas hujan rok, mantel, jas hujan gamis, hingga setelan/training.

Jas hujan training dapat lebih melindungi badan sementara jas hujan ponco tandem bisa digunakan untuk kamu yang sering membawa penumpang. Pastikan jas hujan sesuai dengan ukuran tubuh dan tidak menghalangi pergerakanmu ya.

2. Helm

Helm adalah perlengkapan wajib yang harus digunakan ketika berkendara. Sehingga, saat hujan barang ini tidak boleh ketinggalan.

Pilih helm yang cocok digunakan saat musim hujan. Menurut laman Planet Ban, pastikan kaca helmnya bisa melindungi mata dan tetap dapat menjaga pandangan dalam kondisi yang baik. Kamu bisa menggunakan pelapis kaca helm agar air tidak menempel di bagian kaca.

3. Sarung Tangan

Selanjutnya, perlengkapan yang harus dimiliki yaitu sarung tangan. Pilih sarung tangan yang kedap air, sehingga air tidak merembes ke dalam dan membuat tangan basah. Dengan sarung tangan yang tidak licin, pengendara juga dapat mempertahankan cengkraman pada kontrol stang kendaraan.

4. Sepatu

Saat hujan, kaki menjadi bagian yang rentan terkena cipratan air. Sehingga, kamu perlu menggunakan sepatu dengan jahitan tertutup dan dari bahan anti air.

Dengan sepatu ini, kaki akan tetap kering dan aman terlindungi. Pastikan kamu memilih ukuran yang pas agar air hujan tidak masuk ke dalam sepatu. Adapun alternatif lain untuk melindungi kaki adalah menggunakan pelindung kaki (wiper) yang tahan air.

5. Rompi Pelindung Hujan

Perlengkapan selanjutnya yang bisa kamu gunakan saat hujan adalah rompi pelindung hujan atau tahan air. Meski tak wajib dimiliki, tapi rompi ini bisa memberikan lapisan pelindung tambahan bagi tubuh.

6. Pelapis Tahan Air

Kalau kamu memiliki box motor, bagasi, atau tas pelana pada motor, lengkapi perlindungan tambahan seperti pelapis tahan air. Barang ini menjaga barang bawaan dari terkena air hujan.

7. Sarung Penutup Motor

Sarung penutup motor berfungsi untuk melindungi motor dari hujan ketika sedang diparkir. Selain motor terbebas dari air hujan dan kelembaban, sarung penutup motor juga mencegah rembesan air hujan masuk ke komponen penting motor. Pilih sarung motor dengan ukuran yang pas dengan bahan berkualitas.

Tips Berkendara Motor Ketika Hujan

Selain menggunakan beberapa perlengkapan yang telah disebutkan, ada beberapa tips yang perlu kamu ketahui ketika berkendara motor saat hujan.

1. Atur Kecepatan Motor

Kondisi jalan akan lebih licin ketika hujan. Jadi, kamu harus mengatur kecepatan dengan hati-hati.

Jangan lupa untuk memperhatikan batas kecepatan. Sehingga, saat ada genangan, kamu bisa segera memperlambat laju kendaraan.

2. Pastikan Kondisi Rem

Selain mengatur kecepatan motor, proses pengereman juga harus dilakukan dengan benar ketika hujan.

Pastikan rem dalam kondisi yang baik dan hindari mengerem secara mendadak yang bisa menyebabkan ban motor slip. Selain itu, perhatikan jarak dengan kendaraan depan agar mampu melakukan pengereman.

3. Hindari Genangan Air

Hindari melewati genangan air yang terlalu dalam. Cara ini juga untuk menghindari jika ternyata genangan tersebut adalah lubang besar.

4. Nyalakan Lampu Utama

Fungsi lampu utama adalah memberi visibilitas yang baik bagi pengendara lain. Menyalakan lampu utama dapat membuat pengendara lain bisa melihatmu dengan jelas. Sebab, saat hujan, kondisi jalan menjadi lebih gelap.

5. Tingkatkan Kewaspadaan

Jarak pandang menjadi terbatas ketika hujan. Jadi, tingkatkan kewaspadaan saat berkendara. Perhatikan kondisi jalan dan pengendara di sekitar.

Itulah beberapa perlengkapan motor yang diperlukan saat hujan. Jangan lupa selalu berhati-hati dalam berkendara ya detikers.

(elk/row)



Sumber : oto.detik.com

Tips Aman Berkendara Mobil saat Musim Hujan



Jakarta

Memasuki musim hujan, sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami curah hujan yang cukup tinggi. Dalam beraktivitas di musim hujan, khususnya berkendara dengan mobil pribadi tentunya membutuhkan persiapan, konsentrasi yang ekstra, hingga cara berkendara yang tepat. Terlebih, pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) banyak masyarakat menikmati momen ini dengan berwisata atau pulang ke kampung halaman menggunakan mobil pribadi bersama keluarga.

Berikut tips berkendara aman dan nyaman selama musim hujan:

1. Persiapan Diri


Pastikan kondisi tubuh tetap fit dan sehat karena merupakan aspek terpenting dalam beraktivitas, terlebih ketika berkendara. Sedia payung dan topi, karena tempat tujuan tidak selalu memiliki pelindung atap kanopi sehingga bisa melindungi bagian tubuh, terutama kepala dari guyuran hujan ketika turun dari mobil. Membawa atau menggunakan baju hangat ketika akan berkendara. Menyediakan alas kaki atau sandal cadangan bila sewaktu-waktu basah karena tidak sengaja menginjak genangan air saat akan memasuki atau keluar dari mobil.

2. Persiapan Kendaraan

Karet wiper merupakan komponen sangat penting dalam menyapu air dan menjaga pandangan pengemudi agar tetap jelas selama berkendara. Segera ganti komponen ini bila
kondisi karet sudah getas dan sapuannya tidak bersih. Pastikan semua lampu kendaraan berfungsi dengan baik. Komponen ini akan sangat membantu dalam memberikan visibilitas baik bagi Sahabat atau pun pengendara lainnya. Periksa kondisi ban dan ganti jika karet ban sudah tipis. Alur ban yang masih bagus dapat mengurangi risiko melayang di atas air (aquaplaning) dan tergelincir (slip) ketika hujan.

Pastikan juga tekanan udara ban sesuai dengan standar pabrikan. Gunakan water spot remover bila mendapati bercak noda seperti water spot dan jamur kaca, terutama pada bagian kaca depan dan belakang agar kinerja karet wiper dapat menyapu air secara maksimal dan menjaga pandangan pengemudi selama berkendara. Cuci mobil secara rutin untuk menghilangkan residu air hujan, ditambah air hujan juga mengandung zat asam yang dapat merusak cat mobil jika dibiarkan terlalu lama. Gunakan anti-karat bila perlu untuk melapisi bagian bawah mobil untuk mencegah korosi akibat percikan air hujan dan lumpur.

3. Selama Berkendara

Tingkatkan kewaspadaan pada awal hujan, karena momen ini cukup krusial mengingat banyak pengendara lain akan memacu kendaraannya lebih cepat, agar terhindar dari basah. Kurangi kecepatan dan tingkatkan jarak aman dengan kendaraan di depan, karena hal ini penting untuk memberikan waktu reaksi yang cukup saat pengereman saat hujan. Nyalakan lampu utama atau lampu kabut (fog lamp) saat visibilitas menurun, sekaligus agar dapat memberi tanda bagi pengendara lainnya. Hindari penggunaan lampu hazard kecuali dalam keadaan darurat.

Selalu jaga jarak, dan kecepatan dengan kendaraan lain agar dapat bereaksi terhadap manuver pengendara lain yang mendadak, terutama ketika menghindari genangan air dan jalanan rusak. Jika memungkinkan, hindari genangan air untuk mencegah risiko water hammer yang dapat merusak mesin. Bila harus melintasinya, lakukan dengan kecepatan rendah dan konstan. Selain itu, hindari penggunaan ponsel atau aktivitas lain yang dapat mengalihkan perhatian selama berkendara.

Demikian tips persiapan berkendara selama musim hujan. Agar momen perjalanan liburan tetap tetap aman, nyaman, dan menyenangkan, pelanggan juga dapat melakukan perawatan berkala di bengkel resmi setiap 6 bulan atau setiap kelipatan 10.000 km, mana yang lebih dulu tercapai.

(lua/riar)



Sumber : oto.detik.com

Tak Cuma Air Hujan, Mikroplastik di Mana-mana Sampai Masuk Tubuh Manusia


Jakarta

Temuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mengungkap air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya mungkin mengejutkan. Namun sebenarnya, hal ini tak terlalu mengagetkan, mengingat sudah banyak studi yang memperingatkan bahaya mikroplastik.

Tak hanya ada di air hujan, mikroplastik kini begitu umum sehingga kita minum, makan, dan menghirupnya. Akibatnya, mikroplastik muncul di kotoran, plasenta, organ reproduksi, bahkan otak kita.


Sebuah studi terbaru bahkan menemukan partikel berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari bahan bakar fosil ini, ada di dalam tulang manusia. Sebuah tinjauan baru terhadap 62 studi menunjukkan mikroplastik dan nanoplastik yang lebih kecil memengaruhi kesehatan rangka kita dalam berbagai cara.

“Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat mencapai jauh ke dalam jaringan tulang, seperti sumsum tulang, dan berpotensi menyebabkan gangguan metabolisme,” kata ilmuwan medis Rodrigo Bueno de Oliveira dari State University of Campinas di Brasil, dikutip dari Science Alert.

Beberapa penelitian pada manusia menemukan bahwa sisa-sisa plastik ini terakumulasi di jaringan tulang melalui darah setelah tertelan. Di sana, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa hal ini dapat menghambat pertumbuhan tulang.

Terlebih lagi, gangguan pada osteoklas, sel yang mendukung pertumbuhan dan perbaikan tulang, dapat menyebabkan melemahnya struktur tulang, membuat tulang yang rusak ini lebih rentan terhadap kelainan bentuk dan patah tulang.

Sumber mikroplastikSumber mikroplastik. Foto: Raubenheimer

“Studi in vitro dengan sel jaringan tulang menunjukkan bahwa mikroplastik mengganggu kelangsungan hidup sel, mempercepat penuaan sel, dan mengubah diferensiasi sel, selain memicu peradangan,” jelas Bueno de Oliveira.

“Dampak buruk yang diamati berpuncak, yang mengkhawatirkan, pada terganggunya pertumbuhan rangka hewan,” ujarnya.

Meskipun hal ini mungkin tidak berdampak pada tulang manusia, terdapat peningkatan prevalensi osteoporosis di seluruh dunia, suatu kondisi ketika tulang menjadi lebih rapuh dan rentan patah. Para peneliti menduga bahwa mikroplastik mungkin menjadi faktor penyebabnya, bersama dengan risiko lain yang telah diketahui seperti konsumsi alkohol dan populasi yang menua.

Namun, para ahli memperingatkan, kita terus meningkatkan ‘bahaya yang tidak disadari’ ini, menghasilkan sedikitnya 400 juta metrik ton plastik setiap tahun, sebuah proses yang menyumbang 1,8 miliar metrik ton gas rumah kaca per tahun.

Selama bertahun-tahun, para peneliti telah meminta lebih banyak sumber daya untuk menyelidiki dampak polutan petrokimia bermasalah ini terhadap tubuh kita. Sementara itu, kita dapat mengurangi paparan terhadap mikroplastik dengan menyaring air minum kita dan membatasi produk plastik, dari pakaian sintetis hingga botol minuman plastik.

(rns/rns)



Sumber : inet.detik.com

Viral Air Hujan di DKI Mengandung Mikroplastik, Benarkah? Ini Faktanya


Jakarta

Belakangan, media sosial diramaikan dengan narasi air hujan di DKI Jakarta mengandung mikroplastik berbahaya. Faktanya, sebuah penelitian yang diterbitkan tahun 2022 bertajuk ‘Marine Pollution Bulletin’ mengkonfirmasi hal tersebut.

Meski demikian, ilmuwan menegaskan bukan berarti setiap tetes air hujan di Ibu Kota beracun.

“Tetapi bahwa ada partikel plastik berukuran sangat kecil, lebih halus dari debu yang ikut turun bersama hujan,” kata Muhammad Reza Cordova, salah satu peneliti dalam jurnal ilmiah tersebut, saat dihubungi detikcom, Kamis (16/10/2025).


Reza yang juga peneliti di BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), mengatakan jenis mikroplastik yang ditemukan di udara dan hujan Ibu Kota adalah serat sintetis seperti poliester dan nilon, serta fragmen kecil dari plastik kemasan seperti polietilena dan polipropilena. Ditemukan juga polibutadiena yang jadi polimer sintetis dari ban kendaraan.

“Mikroplastik ini berasal dari aktivitas manusia di kota besar. Misalnya serat sintetis dari pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran terbuka sampah plastik, serta degradasi plastik di lingkungan terbuka,” katanya.

Lalu Apa Bahayanya Bagi Manusia?

Karena ukurannya yang sangat kecil, lanjut Reza, mikroplastik ini terbawa angin dan naik ke atmosfer kemudian turun kembali lewat hujan. Menurutnya, tetap ada bahaya di balik mikroplastik yang turun bersamaan dengan hujan tersebut.

“Untuk istilah ‘bersifat toksik’ sebenarnya karena merujuk pada potensi dampak negatifnya. Mikroplastik ini kan bisa membawa bahan kimia tambahan dari proses produksi plastik (misalnya BPA, platat) atau polutan lain yang menempel di permukaannya (seperti logam berat dan POPs),” kata Reza.

“Jadi sifat beracunnya bukan dari air hujannya langsung, tapi dari partikel mikroplastik, bahan additive dan pollutan lain yang terbawa di dalamnya,” sambungnya.

Dampak yang mungkin terjadi apabila terpapar atau terhirup dalam jangka waktu lama bisa bervariasi, seperti dapat memicu peradangan jaringan paru, stres oksidatif, dan gangguan sistem imun.

“Nah di Indonesia kan masih minim nih. Jadi ya memang riset terkait masih terus berjalan untuk memastikan seberapa besar efeknya terhadap manusia,” kata Reza.

“Tapi arah bukti global sudah cukup kuat bahwa paparan jangka panjang harus diwaspadai. Karena itu, prinsip pencegahan dan pengendalian jadi langkah utama,” sambungnya.

Apa yang Harus Dilakukan?

Menurut Reza, masalah mikroplastik memang tidak bisa diselesaikan oleh individu saja, tapi perubahan kecil di tingkat masyarakat tetap sangat penting. Kuncinya adalah dengan semaksimal mungkin untuk mengurangi sumbernya.

“Kita bisa mulai dari menghindari plastik sekali pakai, memilah sampah dari rumah, dan tidak membakar plastik terbuka,” kata Reza.

“Industri juga perlu berperan, misalnya dengan sistem EPR menyaring serat di pabrik tekstil atau laundry besar. Industri dan riset juga harus mengembangkan bahan yang tidak mudah lepas ke udara,” sambungnya.

Dari sisi pemerintah dan lembaga riset yang dibutuhkan adalah pemantauan secara rutin kualitas udara dan air hujan, serta pengembangan teknologi filtrasi dan pengolahan air. Untuk di riset nanti harus ada kolaborasi level regional dan global, pasalnya polusi mikroplastik ini bisa melintasi batas negara.

“Intinya, kita harus beralih dari budaya membuang ke budaya mengurangi dan menggunakan kembali. Sebab setiap plastik yang tidak lepas ke lingkungan berarti mengurangi satu sumber mikroplastik di udara dan air kita,” tutupnya.

(dpy/up)



Sumber : health.detik.com

Viral Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, Bagaimana Bisa Terjadi?


Jakarta

Air hujan selama ini dianggap simbol kesegaran yang ternyata tidak sepenuhnya bersih. Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

Temuan ini menjadi peringatan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi juga atmosfer.

Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.


“Mikroplastik ini berasal dari aktivitas manusia di kota besar. Misalnya serat sintetis dari pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran terbuka sampah plastik, serta degradasi plastik di lingkungan terbuka,” katanya saat dihubungi detikcom, Kamis (16/10/2025).

Bagaimana Bisa Terjadi?

Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

“Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” ujarnya.

Temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

Plastik juga mengandung bahan aditif beracun seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan logam berat yang dapat lepas ke lingkungan ketika terurai menjadi partikel mikro atau nano. Di udara, partikel ini juga bisa mengikat polutan lain seperti hidrokarbon aromatik dari asap kendaraan.

“Jadi sifat beracunnya bukan dari air hujannya langsung, tapi dari partikel mikroplastik, bahan additive dan polutan lain yang terbawa di dalamnya,” tegas Reza.

Senada, Guru Besar IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof Etty Riani menjelaskan fenomena ini secara ilmiah memang sangat mungkin terjadi.

Menurut Prof Etty, mikroplastik, terutama yang berukuran sangat kecil atau nanoplastik, memiliki massa sangat ringan sehingga mudah terangkat ke atmosfer.

“Partikel ini bisa berasal dari berbagai sumber di darat seperti gesekan ban mobil, pelapukan sampah plastik yang kering dan terbawa angin, hingga serat pakaian berbahan sintetis,” ujarnya, dikutip dari laman IPB, Senin (20/10).

Saat partikel mikroplastik berada di udara, ia dapat terbawa arus angin dan akhirnya turun kembali ke bumi bersama air hujan.

“Hujan berperan seperti pencuci udara. Mikroplastik yang melayang di atmosfer akan menyatu dengan tetesan air hujan. Karena ukurannya sangat kecil, partikel itu tidak terlihat, sehingga seolah-olah air hujan bersih,” jelas Prof Etty.

Dampak Mikroplastik pada Kesehatan

Meski penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, studi global menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menimbulkan dampak kesehatan serius, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan. Sementara dari sisi lingkungan, air hujan bermikroplastik berpotensi mencemari sumber air permukaan dan laut, yang akhirnya masuk ke rantai makanan.

“Dampaknya pada manusia terutama jika terhirup atau tertelan berulang dalam jangka panjang (tidak cepat seperti keracunan insektisida misalnya),” kata Reza.

“Partikel halus juga bisa membawa bahan kimia berbahaya seperti ftalat, BPA, atau logam berat, yang dikenal dapat mengganggu hormon dan metabolisme tubuh. Nah di Indonesia kan masih minim nih. Jadi ya memang riset terkait masih terus berjalan untuk memastikan seberapa besar efeknya terhadap manusia,” lanjutnya.

(suc/up)



Sumber : health.detik.com

Air Hujan di Jakarta Ternyata Mengandung Mikroplastik, Seberapa Bahaya?



Jakarta

Selama ini hujan identik dengan kesegaran dan kebersihan alam. Namun, salah satu hasil penelitian pakar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini mengungkap fakta mengejutkan.

Profesor Riset BRIN di bidang oseanografi, Muhammad Reza Cordova menemukan adanya partikel mikroplastik berbahaya dalam air hujan di Jakarta. Mikroplastik tersebut berasal dari degredasi limbah plastik hasil aktivitas manusia di perkotaan.


Mikroplastik Turun Bersama Hujan

Sejak 2022, Reza dan timnya telah meneliti sampel air hujan di Jakarta dan menemukan mikroplastik di setiap sampel yang diperiksa. Mikroplastik yang ditemukan kebanyakan berbentuk fragmen kecil plastik dan serat sintetis.

“Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” kata Reza dikutip dari laman BRIN, Jumat (17/10/2025).

Jenis mikroplastik tersebut juga bisa berasal dari poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena. Per harinya, Reza menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi di kawasan pesisir ibu kota.

Mikroplastik Makin Kini Mengudara

Reza menjelaskan mikroplastik bisa terangkat ke udara lewat debu jalanan, asap pembakaran atau aktivitas industri. Sehingga siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer.

Proses tersebut dinamakan sebagai atsmospheric microolatic deposition. Di mana, mikroplastik terangkat ke udara, lalu terbawa angin dan akhirnya turun bersama hujan.

“Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” jelas Reza.

Mikroplastik Jadi Ancaman Kesehatan dan Lingkungan

Partikel mikroplastik berukuran sangat kecil bahkan lebih halus dari debu biasa. Partikel tersebut akan mudah mudah terhirup manusia atau masuk lewat air dan makanan.

Adapun bahan kimia seperti ftalat, BPA, dan logam berat dalam plastik menjadi bahan berbahaya lainnya. Bahan tersebut bisa mengikat polutan seperti hidrokarbon aromatik yang ada dalam asap kendaraan.

“Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain,” ucap Reza.

Dampak dari paparan mikroplastik ini bisa menimbulkan stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan tubuh. Hal ini juga telah diungkap banyak studi global.

Selain itu, air hujan bermikroplastik berpotensi mencemari sumber air dan laut, masuk ke rantai makanan, dan memperburuk krisis lingkungan.

Gaya Hidup Urban Jadi Penyebab Utama

Adapun aktivitas manusia yang menjadi penyebab utama mikroplatik terbawa ke atmosfer ini menurut Reza adalah gaya hidup urban modern. Ada lebih dari 10 juta penduduk dan 20 juta kendaraan yang menghasilkan limbah plastik dalam jumlah besar setiap hari.

“Sampah plastik sekali pakai masih banyak, dan pengelolaannya belum ideal. Sebagian dibakar terbuka atau terbawa air hujan ke sungai,” ujarnya.

Menurutnya, solusi atas permasalahan ini adalah dengan memperkuat riset dan pemantauan kualitas udara serta air hujan di kota besar. Selain itu, pengelolaan limbah plastik serta pengurangan plastik sekali pakai juga harus digalakkan.

Solusi lainnya adalah mendorong industri tekstil menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci untuk menahan serat sintetis. Tak hanya pemerintah dan industri, masyarakat pun harus semakin paham tentang bahaya penggunaan plastik.

“Langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya. Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya,” ungkap Reza.

(cyu/nah)



Sumber : www.detik.com