Jakarta –
Manfaat minum kopi sudah banyak terungkap dalam penelitian. Terbaru, peneliti menjelaskan kaitan konsumsi kopi hitam dan efeknya untuk kesehatan.
Manfaat kesehatan dari minum kopi kembali menjadi sorotan. Studi terbaru yang didukung oleh National Institutes of Health Amerika Serikat dan dipublikasikan dalam The Journal of Nutrition, menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah moderat dapat menurunkan risiko kematian, terutama akibat penyakit jantung.
Temuan ini dipublikasikan dalam The Journal of Nutrition dan didukung oleh National Institutes of Health (NIH), dengan data yang dikumpulkan dari tahun 1999 hingga 2018 dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES).
Namun, manfaat ini bergantung pada cara kopi dikonsumsi, seperti kopi hitam yang diracik tanpa tambahan gula dan campuran lainnya. Melansir Independent UK (18/06), berikut beberapa temuan utama dari penelitian tersebut:
1. Hubungan Kopi dengan Risiko Kematian Lebih Rendah
Kopi Sehat yang Kaya Manfaatesso black coffee Foto: Getty Images/iStockphoto/MarioGuti |
Sebuah studi observasional terbaru yang dilakukan oleh Tufts University di Boston, Amerika, menunjukkan bahwa mengonsumsi 1 hingga 2 cangkir kopi berkafein per hari berkaitan dengan penurunan risiko kematian dari berbagai sebab, khususnya penyakit kardiovaskular.
Penelitian yang melibatkan 46.000 orang dewasa ini mengungkap bahwa konsumsi kopi hitam atau kopi dengan sedikit tambahan gula dan lemak jenuh dapat menurunkan risiko kematian hingga 14 persen.
Menariknya, efek ini tidak ditemukan pada kopi yang dicampur dengan kadar gula dan lemak jenuh yang tinggi.
2. Kandungan Bioaktif Pada Kopi
Slurrp! 5 Racikan Kopi Hitam Nol Kalori yang Cocok Untuk Diet Foto: Getty Images/Narong KHUEANKAEW |
Prof. Fang Fang Zhang dari Friedman School di Tufts University yang menjadi peneliti utama studi ini turut menjelaskan. Ia mengungkap bahwa manfaat kopi kemungkinan besar berasal dari senyawa bioaktif di dalamnya.
“Manfaat kesehatan dari kopi kemungkinan besar berasal dari senyawa bioaktif di dalamnya. Namun, hasil kami menunjukkan bahwa tambahan gula dan lemak jenuh dapat mengurangi manfaat tersebut,” jelasnya.
Namun, Fang menekankan bahwa manfaat ini dapat berkurang apabila kopi dikonsumsi bersama gula dan lemak jenuh dalam jumlah besar. Dalam hasil analisis, konsumsi satu cangkir kopi per hari menurunkan risiko kematian sebesar 16%.
Angka ini sedikit meningkat saat konsumsi mencapai 2 hingga 3 cangkir, tetapi manfaatnya justru menurun ketika seseorang konsumsi melebihi tiga cangkir per hari.
Cek Penjelasan Lainnya di Halaman Berikutnya!
3. Bahan Tambahan dalam Kopi Jadi Penentu
Minum Kopi Hitam di Pagi Foto: Ilustrasi iStock |
Penelitian ini didukung oleh National Institutes of Health dan diterbitkan dalam The Journal of Nutrition, menjadi salah satu yang pertama mengukur secara spesifik pengaruh tambahan seperti gula dan lemak jenuh dalam kaitannya dengan risiko kematian.
Dr. Bingjie Zhou, penulis utama di studi ini, menyatakan bahwa temuan mereka sejalan dengan Dietary Guidelines for Americans yang menyarankan untuk membatasi konsumsi gula dan lemak jenuh.
Penelitian ini juga memperkuat studi sebelumnya dari Tulane University, yang menemukan bahwa peminum kopi di pagi hari memiliki risiko 31% lebih rendah untuk meninggal karena penyakit jantung, dan 16% lebih rendah untuk meninggal lebih awal akibat penyebab lain dibandingkan dengan yang tidak minum kopi sama sekali.
4. Membantu Mencegah Kanker
Minum Kopi Hitam di Pagi Hari Foto: Ilustrasi iStock |
Sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa manfaat minum kopi mampu mengurangi risiko terkena jenis kanker tertentu.
Penelitian tahun 2017 bertajuk Coffee and cancer risk: a summary overview oleh Gianfranco Alicandro , dkk., dari Department of Clinical Sciences and Community Health, Milan, melaporkan bahwa kopi bisa mengurangi risiko kanker kolorektal. Temuan ini juga menyatakan bahwa kopi tidak berpengaruh pada risiko kanker secara keseluruhan.
Akan tetapi, masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk mendalami secara pasti seperti apa kopi bisa mempengaruhi risiko penyakit kanker.
(sob/adr)
![]() |
||
Source : unsplash.com / Eater Collective
Konsumsi 5 Buah Ini Bisa Cegah Kanker Usus Besar Jakarta – Kanker usus besar bisa dicegah dengan konsumsi buah bernutrisi spesifik. Contohnya lima buah ini yang bisa dimasukkan dalam konsumsi makanan sehari-hari. Kanker usus besar atau kanker kolorektal menjadi kanker dengan angka kematian tertinggi ke-5 di Indonesia. Catatan jumlah kasus barunya mencapai 34.189, menurut data Global Cancer Observatory (Globocan), seperti dikutip dari detikHealth (16/11/2024). Kanker usus besar disertai gejala, seperti perubahan pada pola buang air besar, darah dalam tinja, hingga nyeri perut. Kanker ini umumnya dimulai sebagai polip (tumor jinak) yang jika tidak diangkat, bisa berkembang menjadi kanker.
Untuk mencegah kanker usus besar, kamu perlu mengonsumsi makanan sehat. Salah satunya buah dengan nutrisi spesifik, seperti yang disebutkan Dokter Spesialis Gastroenterologi Joseph Salhab, D.O. dalam unggahan Instagram. Mengutip Eating Well (16/4/2025), Salhab mengungkap beberapa buah favoritnya telah terbukti dapat mengurangi risiko kanker usus besar jika dikonsumsi rutin. Temuan ini diungkap dalam jurnal World Journal of Gastroenterology tahun 2023. Lantas apa saja buah yang efektif mencegah kanker usus besar? Berikut daftarnya: 1. SemangkaSemangka tak hanya manis menyegarkan, tapi juga bermanfaat mengurangi risiko kanker usus besar hingga 26% jika dikonsumsi rutin. Semangka mengandung likopen, jenis antioksidan yang melindungi sel dari kerusakan. Salhab juga menekankan, antioksidan yang kaya pada semangka bersifat sangat menghidrasi. Kondisi hidrasi diketahui penting untuk menyehatkan usus dan membuat buang air besar teratur. 2. Apel
Ungkapan makan 1 apel sehari dapat mencegah beragam penyakit, benar adanya. Salah satunya kanker usus besar karena apel mengandung serat sehat yang baik untuk usus. Diketahui bahwa asupan serat tersebut lebih banyak dapat mengurangi risiko kanker usus besar sampai 25%. Selain itu, apel mengandung polifenol yang Salhab sebut memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi. Apel bisa dimakan langsung sebagai camilan sehat, dijadikan salad, dioles bersama selai kacang, atau dijadikan campuran overnight oat. 3. KiwiRutin konsumsi kiwi disebut Salhab dapat mengurangi risiko kanker usus besar sampai 13%. Kiwi merupakan sumber serat yang sangat bagus sehingga menyehatkan pencernaan. Buah yang asam meneygarkan ini juga kaya vitamin C. Jenis vitamin ini mendukung kesehatan imunitas, jantung, dan kulit. Untuk mengonsumsinya, kiwi termasuk buah praktis karena bisa langsung diambil pakai sendok daging buahnya. Kiwi bisa juga dicampur sebagai isian salad atau dijadikan topping yogurt dan granola. Daftar buah lain untuk cegah kanker usus besar ada di halaman selanjutnya. 4. Buah jeruk
Konsumsi aneka buah jeruk, seperti jeruk Mandarin, grapefruit, lemon, sampai jeruk nipis dapat menjadi faktor kunci untuk menurunkan risiko kanker usus besar. Penelitian menunjukkan asupan buah jeruk yang lebih tinggi dapat mengurangi risiko kanker berbahaya ini sampai 9%. Ahli gastroenterologi menyatakan buah jeruk kaya vitamin C, antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas. Antioksidan ini juga berpotensi mengurangi kerusakan DNA. Selain itu, jeruk juga mengandung flavonoid, golongan polifenol yang dapat membantu proses penuaan yang sehat, melawan peradangan, dan dapat mengurangi risiko kanker. 5. Buah berrySelain keluarga buah jeruk, keluarga buah berry bisa dijadikan pilihan untuk mencegah kanker. Buah berry kaya vitamin, mineral, serat larut, dan antioksidan. Penelitian tahun 2018 mengungkap bahwa konsumsi buah berry dapat mengubah sistem kekebalan tubuh untuk membantu menunda perkembangan kanker. Buah beri juga dapat membantu terapi imun kanker, tapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami potensi ini. (adr/odi) Dokter Harvard Kaget Makin Sering Temukan Usia Muda Kena Kanker Kolorektal Stadium 4 Jakarta – Berbagai penelitian menunjukkan kasus kanker pada usia muda di bawah 50 tahun kini semakin sering ditemukan. Salah satu yang paling menonjol adalah kanker kolorektal, yaitu kanker pada usus besar dan rektum. Kimmie Ng, dokter onkologi saluran cerna dari Harvard Medical School dan pendiri Young-Onset Colorectal Cancer Center di Boston, mengatakan angka kejadian kanker usus besar dan rektum pada usia muda meningkat sekitar 2 persen setiap tahun sejak pertengahan 1990-an. “Awalnya kami kaget, karena pasiennya masih muda, sehat, tidak punya faktor risiko, bahkan tanpa riwayat keluarga, tapi sudah terdiagnosis stadium 4. Dan kasus seperti ini sekarang makin sering,” beber Dr Ng.
Kenaikan ini tidak hanya terjadi di AS, tapi juga di berbagai negara lain, baik pada pria maupun wanita. Menurut Dr Ng, mendapat diagnosis kanker di usia muda punya tantangan tersendiri.
Data terbaru menunjukkan kanker kolorektal sudah menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada pria di bawah usia 50 tahun di AS. Pada wanita muda, penyakit ini menempati posisi kedua setelah kanker payudara, dan diperkirakan akan menjadi nomor satu pada 2030 jika trennya terus meningkat. Meski begitu, Dr Ng menegaskan secara keseluruhan, jumlah kasus pada usia muda masih tergolong kecil dibanding populasi umum. Pentingnya Deteksi Dini Selama beberapa dekade, jumlah kasus dan kematian akibat kanker usus besar di semua kelompok umur sebenarnya menurun, berkat kemajuan pengobatan dan meningkatnya kesadaran untuk skrining atau pemeriksaan dini. Namun, penurunan itu tidak terjadi pada kelompok usia muda. Karena itu, sejak 2021, Amerika menurunkan usia rekomendasi skrining dari 50 tahun menjadi 45 tahun bagi orang dengan risiko rata-rata. Dr. Ng menilai usia skrining ini belum perlu diturunkan lagi, karena jumlah kasus di usia muda masih kecil dan perlu dipertimbangkan dari sisi biaya, risiko, serta manfaatnya. Fokus utama saat ini, katanya, adalah memahami penyebab meningkatnya kasus pada usia muda. (naf/naf) Kanker Kolorektal Intai Gen Z, Kemenkes Bakal Skrining 33 Juta Populasi Berisiko Jakarta – Kanker kolorektal makin banyak ditemukan pada usia muda. Kementerian Kesehatan RI berupaya meningkatkan skrining, temuan kasus kanker kolorektal lebih dini agar kematian bisa dicegah. Targetnya, 33 juta warga Indonesia yang masuk kategori populasi berisiko bisa diskrining selambatnya 2025. Berdasarkan data awal cek kesehatan gratis, lima provinsi dengan jumlah populasi berisiko tinggi terbanyak berada di Bali, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur dengan 7,6 juta orang. Kepala Tim Kerja KDI Kemenkes RI Rindu Rachmiati SKM M Epid menjelaskan kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar terdiri dari kolon, bagian terpanjang usus besar atau rektum bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus.
Mengutip data International Agency for Research on Cancer (IARC), Rindu menekankan kanker kolorektal adalah salah satu penyebab kematian tertinggi akibat kanker di Indonesia. “Penyebab kematian kelima tertinggi di Indonesia. Angka kematian kolorektal laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh bedanya dibandingkan dengan misalkan perempuan payudara dan kanker serviks. Dengan insiden kasus prevalensinya 12,1 dan kematian 6,6,” sebutnya.
Kanker terus menjadi beban pembiayaan terbesar kedua terkait kesehatan, dengan sekitar Rp 5,9 triliun menurut data 2022. Rindu merinci kelompok yang memiliki faktor risiko tinggi kanker kolorektal:
“Mayoritas ditemukan dalam stadium lanjut,” tegas dia. Karenanya, pemerintah meningkatkan deteksi dini demi menekan kemungkinan angka kesakitan dan kematian serta tingginya beban biaya kesehatan akibat kanker. Bila ini semua tidak diintervensi, diperkirakan terjadi peningkatan 77 persen kasus kanker di 2050. Skrining akan dilakukan pada orang yang tampaknya sehat di atas 45 tahun, tidak memiliki gejala. Pertama dilakukan wawancara kuesioner, bila hasilnya dinyatakan berisiko, dilakukan pemeriksaan colok dubur, hingga pemeriksaan darah samar pada feses. (naf/kna) Sari Berita Penting |









