Tag Archives: kebiasaan buruk

5 Kebiasaan yang Bikin Ban Mobil Cepat Rusak



Jakarta

Kasus ban cepat botak, retak, hingga pecah bukan hanya karena kualitas produk, tapi juga akibat kebiasaan pengemudi yang keliru.

“Rata-rata ban bisa digunakan secara maksimal untuk menempuh jarak 40.000 hingga 50.000 kilometer, sebelum perlu diganti karena aus. Selain dari sisi jarak, performa dan usia ban juga ditentukan oleh kebiasaan pemakaian kita sehari-hari. Kebiasaan buruk dalam memakai ban tidak hanya memperpendek umur ban, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan, dan membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros,” kata Apriyanto Yuwono, National Sales Manager (PCR) Passenger Car Radial Hankook Tire Sales Indonesia dalam keterangannya, dikutip Selasa (26/8/2025).


Seringkali, pengendara baru menyadari kerusakan pada ban ketika kondisinya sudah parah, seperti kempes atau sobek. Padahal, semua ini bisa dicegah apabila pengendara rutin melakukan inspeksi dan perawatan rutin. Berikut ini 5 kebiasaann yang bikin ban mobil cepat rusak:

1. Mencuci Ban dengan Air Tekanan Terlalu Tinggi

Teknik mencuci mobil dengan air bertekanan tinggi (steam) sebetulnya dapat membantu membersihkan komponen mobil yang sulit terjangkau. Namun, apabila terlalu sering melakukan ini, ditambah mengarahkan nosel semprotan air yang terlalu dekat dengan ban dapat mengikis lapisan pelindung ban. Cukup gunakan tekanan sedang (80-100 bar) dengan jarak aman 40-50 cm.

2. Menggunakan Semir Ban Berlebihan

Produk semir ban umumnya menggunakan silicone based yang dapat menjaga kilap ban lebih lama. Meski begitu, menggunakan semir ban terlalu sering dapat membuat silicone menumpuk di ban mobil dan menyerap kandungan kompon ban sehingga menyebabkan retakan halus pada permukaan ban. Ban juga jadi licin dan mudah slip saat hujan. Sebaiknya gunakan semir ban maksimal dua minggu sekali dan hindari melapisi semiran berlebih pada bagian tapak ban.

3. Terlalu Sering Menambal Ban Tubeless

Ban tubeless memiliki lapisan fluid sealant yang berfungsi mempertahankan kerapatan ban, sehingga, ban ini tidak akan langsung kempis jika tertusuk benda tajam. Meski terkesan lebih tahan banting daripada ban dalam, sebaiknya pengendara tidak menambal ban tubeless lebih dari empat kali karena dapat membuat permukaan ban menjadi tidak rata, dan mengurangi daya cengkram ban yang nantinya berisiko terhadap kecelakaan. Segera ganti ban tubeless saat muncul benjolan atau retakan halus pada permukaan ban.

4. Mengisi Tekanan Angin Terlalu Tinggi

Setiap pabrikan mobil biasanya memberikan rekomendasi tekanan ban yang ideal, sesuai jenis dan berat mobil, misalnya SUV 35-40 psi, sedan 30-33 psi, dan city car 30-36 psi. Mengisi tekanan angin ban sesuai rekomendasi membuat laju kendaraan lebih ringan dan menghemat bahan bakar. Sebaliknya, tekanan angin yang tidak sesuai rekomendasi pabrikan kendaraan justru membuat keausan ban tidak merata lantaran bagian tengah ban mendapatkan gesekan berlebih dibanding area samping.

5. Mencuci Ban dengan Deterjen

Deterjen dengan kandungan alkali tinggi berisiko mengikis lapisan pelindung karet ban, sehingga dapat membuat elastisitas ban berkurang dan mudah retak. Ditambah lagi dengan perubahan suhu dan kelembaban tinggi saat musim hujan membuat ban lebih cepat aus dan tentu berbahaya saat digunakan di jalan yang basah. Sebaiknya, pengendara mencari pengganti deterjen untuk membersihkan ban, gunakan sabun khusus mobil dengan kandungan pH balance untuk menjaga kelenturan karet ban.

“Perawatan ban mobil juga tidak lepas dari memilih ban yang sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi kendaraan. Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pilih ban dengan dukungan teknologi drainase dan daya cengkram optimal yang akan bermanfaat saat musim hujan seperti saat ini.” jelas Apriyanto.

(riar/din)



Sumber : oto.detik.com

Jangan Lakukan 5 Hal Ini Saat Ngopi Kalau Tak Mau Ada Efek Samping


Jakarta

Saat minum kopi penting untuk memerhatikan beberapa hal. Gunanya untuk menghindari efek samping yang mungkin timbul saat mengonsumsinya. Ahli ungkap 5 hal ini!

Sebagian orang mungkin menganggap minum kopi adalah hal yang sepele. Namun kenyataannya minum kopi bisa menyebabkan efek samping bagi kesehatan jika caranya salah.

Dilansir dari Health.com (10/7/2025), kesalahan dalam minum kopi dapat menimbulkan efek buruk. Di antaranya mengganggu tingkat energi, jam tidur, hingga kebugaran tubuh.


Oleh karena itu, penting memerhatikan beberapa hal saat minum kopi. Para ahli mengungkapkan detail waktu hingga racikan kopi yang baik dikonsumsi.

Berikut 5 hal yang harus dihindari saat minum kopi:

1. Minum Kopi 6 Jam Sebelum Tidur

Kopi diketahui mengandung kafein yang dapat meningkatkan energi pada tubuh. Hal ini membuat banyak orang mengonsumsinya agar tak mudah mengantuk sehingga tetap menimbulkan rasa waspada.

Sebenarnya baik untuk menjaga konsentrasi, tapi ketika dinikmati mendekati waktu tidur malah menimbulkan masalah. Sebab kopi akan mengganggu waktu tidur. Hindari mengonsumsi kopi 6 jam sebelum tidur.

Contohnya jika kamu tidur pada pukul 22.00, maka sebaiknya tidak lagi mengonsumsi kopi pada pukul 16.00. Masih aman jika waktu menunjukkan pukul 14.00.

“Cobalah beralih ke kopi tanpa kafein setelah jam 2 siang atau saat mulai lesu di sore hari,” ungkap Melissa Prest, seorang ahli gizi.

2. Minum Kopi Tanpa Filter

Ternyata mengonsumsi kopi tanpa filter dapat berdampak bagi kesehatan tubuh. Jika rutin mengonsumsi kopi Turki ataupun espresso dapat menimbulkan masalah berupa naiknya kadar kolesterol LDL (jahat).

Hal ini karena kopi tanpa filter mengandung tingkat diterpen yang lebih tinggi, khususnya kahweol dan cafestol. Kadar kolesterol yang buruk juga berkaitan dengan efek kesehatan lain, seperti stroke dan serangan jantung.

Fakta minum kopi lain ada di halaman selanjutnya…

3. Terlalu Banyak Pemanis

Racikan kopi yang manis banyak disukai belakangan, terutama pada wanita. Selain menambahkan gula, banyak orang yang juga menggunakan sirup karamel dan lainnya.

Pemanis yang ditambahkan ke dalam kopi bisa mengakibatkan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi) yang meningkat. Juga berkaitan dengan penyakit jantung, kanker, dan diabetes.

Sebaiknya, konsumsi kopi hitam saja untuk hasil dan manfaat kesehatan yang maksimal. Jika ingin menambahkan pemanis bisa memilih yag alami, seperti madu, sirup kruma, stevia, dan sirup maple.

4. Minum Kopi Saat Bangun Tidur

Banyak yang percaya minum kopi di pagi hari bagus untuk kesehatan. Namun hindari mengonsumsinya ketika baru bangun tidur, karena dapat mengganggu adenosin (neurotransmitter yang memengaruhi tubuh).

Debbie Petitpain, seorang ahli nutrisi dan diet merekomendasikan minum kopi pertama pada 60-90 menit setelah bangun tidur. Buatlah tubuh bergerak sebentar, setelah itu baru mengonsumsinya untuk mendapatkan manfaat yang optimal.

5. Kopi Jadi Pengganti Makanan

Kopi sering dikaitkan dengan penurunan berat badan. Namun jangan mencoba mengganti makanan dengan kopi, karena tidak mengandung cukup nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

Kopi bisa dikonsumsi setelah makan atau sarapan. Minum kopi setelah makan diketahui baik untuk manfaat metabolik dan mengontrol kadar gula darah.

Keri Glassman, seorang ahli gizi menerangkan bahwa kopi bisa dijadikan camilan. “Pasangkan dengan segelas air dan mungkin elektrolit. Kombinasi nutrisi dan hidrasi ini akan memberikan efek stimulan yang baik,” terangnya.

(yms/adr)



Sumber : food.detik.com

5 Kebiasaan Sehari-hari yang Diam-diam Bisa Merusak Otak menurut Ahli Saraf


Jakarta

Ada kebiasaan sehari-hari yang diam-diam bisa merusak kesehatan otak. Beberapa di antaranya mungkin hampir tidak disadari banyak orang.

Padahal, otak selalu bekerja keras, baik saat sedang memecahkan masalah yang sulit, tertawa, atau mengingat lagu favorit. Dikutip dari laman Eating Well, sering waktu, kebiasaan buruk bagi otak bisa menggerogoti kekuatan kognitif, menumpulkan fokus, dan membuat seseorang rentan pada penurunan mental.

Menurut ahli saraf Jamey Maniscalco, Ph.D, berikut beberapa kebiasaan yang bisa membahayakan kesehatan otak.


1. Kurang Tidur

Menurut Maniscalco, orang-orang mengetahui bahwa tidur itu penting, tapi banyak yang tidak menyadari kalau tidur sangat vital untuk kesehatan otak.

“Tidur bukan sekadar istirahat. Tidur adalah proses yang sangat aktif di mana otak melakukan pembersihan penting, pemrosesan emosi, dan konsolidasi memori,” katanya.

Kurang tidur kronis bahkan bisa meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Salah satu dugaan penyebabnya yaitu kurang tidur bisa mengganggu kemampuan otak untuk membersihkan beta-amiloid, protein toksik yang menumpuk di otak pengidap Alzheimer.

Sebuah studi selama lebih dari 25 tahun yang mengamati hampir 8.000 orang menemukan, mereka yang rutin tidur enam jam atau kurang per malam, selama usia 50-an, 60-an, dan 70-an secara signifikan mungkin mengalami demensia, dibandingkan dengan mereka yang tidur tujuh jam.

Jadi, untuk melindungi kesehatan otak, prioritaskan tujuh-sembilan jam tidur yang konsisten setiap malam.

2. Minum Alkohol

Mengonsumsi alkohol, meski hanya dalam jumlah kecil bisa membahayakan struktur dan kesehatan otak. Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 36.000 orang dewasa paruh baya dan lebih tua menemukan, konsumsi alkohol secara teratur dikaitkan dengan penurunan volume otak, hilangnya materi abu-abu, dan kerusakan materi putih.
Kondisi ini bisa mengganggu komunikasi di dalam otak.

Hal yang mengejutkan yaitu penurunan volume materi abu-abu dan putih terlihat, bahkan pada orang yang minum alkohol satu gelas sehari. Sehingga, semakin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin berbahaya efeknya.

“Alkohol merupakan depresan sistem saraf pusat sekaligus neurotoksin,” kata Maniscalco.

“Ini berarti alkohol memperlambat aktivitas otak dengan melemahkan komunikasi antar neuron dan, pada kadar yang lebih tinggi atau dengan penggunaan kronis, dapat merusak atau bahkan membunuh sel-sel otak,” tambahnya.

3. Kurang Asupan Makanan Sehat

Otak adalah salah satu organ yang paling aktif secara metabolik dalam tubuh. Lebih dari 20 persen asupan energi harian digunakan otak, meski hanya 2 persen dari berat badan tubuh.

“Itu berarti apa yang Anda makan tidak hanya memengaruhi komposisi tubuh Anda, tetapi juga secara langsung memengaruhi kemampuan Anda untuk mengatur suasana hati, daya ingat, fokus, dan bahkan ketahanan emosional,” tutur Maniscalco.

Memberikan otak beragam makanan kaya nutrisi bisa membantunya berfungsi secara optimal. Hubungan antara nutrisi dan kesehatan otak begitu kuat. Penelitian menemukan, pola makan yang kaya buah, sayur, biji-bijian, kacang-kacangan, dan ikan bisa meningkatkan volume otak dan melindungi dari penurunan kognitif.

Sebaliknya, orang-orang yang pola makannya tinggi makanan ultra olahan mungkin mengalami penurunan kognitif jauh lebih cepat, dibandingkan orang yang jarang mengonsumsi makanan tersebut.

4. Melakukan Hal yang Sama Sepanjang Waktu

Menurut Maniscalco, otak terprogram untuk merespons pengalaman, tantangan, dan kesempatan belajar baru. Sebab,hal ini merangsang pertumbuhan, adaptasi terhadap lingkungan baru, dan ketahanan jangka panjang.

“Tanpa paparan rutin terhadap hal-hal baru, kita berisiko terjebak dalam pola autopilot mental, di mana sistem otak yang paling dinamis yang paling bertanggung jawab atas perhatian, pemecahan masalah, memori, dan kreativitas kurang dimanfaatkan,” kata Manscalco.

Aktivitas seperti mempelajari keterampilan baru, mengunjungi tempat baru, atau mencoba teka-teki yang menantang, pengalaman dan kesempatan belajar baru membantu membentuk koneksi saraf baru dan memperkuat koneksi yang sudah ada. Sebaliknya, penelitian menunjukkan, kurangnya stimulasi mental pada orang dewasa yang lebih tua bisa meyebabkan penurunan kognitif seiring berjalannya waktu.

5. Penggunaan Media Sosial yang Berlebihan

Mungkin, media sosial terlihat seperti hiburan yang tidak berbahaya. Tapi, Maniscalco mengatakan, plaform ini bsa mengubah cara kerja otak secara signifkan.

“Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook dirancang untuk memicu dan mengeksploitasi sistem dopamin otak, sirkuit penghargaan yang sama yang terlibat dalam motivasi, keinginan, dan kecanduan,” ungkapnya.

Seiring waktu, aktivitas ini bisa menyebabkan konsekuensi negatif bagi kesehatan otak. Sebuah tinjauan terhadap beberapa studi menemukan, orang yang kesulitan mengendalikan penggunaan internet cenderung memilki lebih sedikit materi abu-abu di area otak, yang berkaitan dengan pengambilan keputusan hingga pengendalian diri. Menggunakan media sosial secara berlebihan juga bisa memengaruhi kesejahteraan emosional.

(elk/up)



Sumber : health.detik.com