Tag Archives: nutrisi seimbang

Buka Puasa dengan yang Manis Bisa Bikin Badan Lesu, Ini 5 Faktanya!


Jakarta

Berbuka puasa dengan yang manis memang menyenangkan. Namun, tahukah kamu bahwa hal tersebut bisa menyebabkan tubuh mudah lesu? Ini faktanya!

Berangkat dari seruan “Berbukalah dengan yang manis” membuat banyak orang selalu menyediakan makanan manis untuk berbuka puasa. Mulai dari minuman, kolak, es campur hingga kue-kue.

Rasa manis tersebut agaknya dapat mengembalikan energi yang terkuras setelah seharian berpuasa. Namun, jika berlebihan, justru bisa menyebabkan tubuh menjadi lesu.


Hal tersebut disampaikan oleh Ahli gizi asal Malaysia Mohd Siddeq Azha Azahari, alih-alih berbuka dengan yang manis lebih baik berbuka dengan menu seimbang.

Dikutip dari Sinar Daily (01/03/25) berikut faktanya!

1. Apa itu makanan seimbang?

Makanan sehatIlustrasi makanan gizi seimbang. Foto: Getty Images/Chiociolla

Mohd Siddeq menjelaskan bahwa makanan seimbang adalah makanan yang mengandung semua nutrisi. Mulai dari karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, dan serat.

Makanan yang dipenuhi nutrisi tersebut dapat menjaga energi agar tetap stabil, dan ini diperlukan saat menjalani ibadah puasa. Ketika berbuka, tubuh pun tetap berenergi.

Menurut Mohd Siddeq, selama menjalani ibadah puasa, sistem metabolisme tubuh berfungsi seperti pada hari-hari biasa.

2. Bahaya berbuka dengan yang manis

Namun, ketika berbuka puasa sering kali mengakibatkan peningkatan asupan karbohidrat yang cukup signifikan. Hal ini dipicu dari kebiasaan makan makanan manis.

Makanan manis tersebut dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah secara cepat. Lalu, diikuti dengan penurunan tajam, sehingga menyebabkan tubuh menjadi lesu dan lelah.

“Banyak orang yang mengalami masalah ini setiap tahun akibat mengonsumsi karbohidrat berkualitas rendah yang berlebihan,” tutur Mohd Siddeq.

Kesalahan saat buka puasa dan tipsnya ada di halaman selanjutnya.

3. Kebiasaan buka puasa yang salah

Bakwan sayur, or bala-bala, or ote-ote, or vegetable fritter, is an Indonesian snack made from flour, cabbage, carrots, and bean sprouts, served with chili pepper, peanut sauce, or sambalIlustrasi gorengan bakwan yang biasa jadi takjil buka puasa. Foto: Getty Images/ary pranggawan

Lebih lanjut, Siddeq juga menjelaskan kebiasaan buka puasa yang salah. Banyak orang yang selalu mengonsumsi makanan ringan terlebih dahulu saat berbuka puasa.

“Kesalahan yang sering terjadi selama buka puasa adalah makan makanan ringan, seperti martabak lalu dipasangkan dengan minuman manis dalam jumlah yang banyak,” tuturnya.

Kebiasaan makan seperti ini dapat menyebabkan penumpukan kalori dalam waktu sekejap. “Kuncinya adalah makanan seimbang untuk menjaga tubuh tetap berenergi,” lanjutnya.

4. Menu buka puasa seimbang

Siddeq mengatakan bahwa pendekatan terbaik untuk buka puasa adalah melengkapi dengan serat dan protein. Itu bagus untuk energi dan sistem pencernaan yang lancar.

Alih-alih makan kudapan saat berbuka, lebih baik pilih makanan utama yang seimbang terlebih dahulu. Dengan ini kamu bisa merasakan seberapa kenyang.

“Lalu bisa memutuskan apakah perlu ngemil lagi atau tidak. Kalau makan camilan dulu bisa kenyang duluan tanpa dapat nutrisi,” tutur Siddeq.

5. Mengikuti sunnah Nabi

kurmaKurma mampu memberikan kebutahan serat tubuh. Foto: Getty Images/iStockphoto/Rawpixel

Jika ingin yang lebih sederhana, Siddeq menyarankan agar mengikuti praktek sunnah Nabi Muhammad SAW, yakni mengonsumsi kurma dalam jumlah ganjil.

“Kurma menyediakan serat, ini bisa membantu memberikan rasa kenyang dan mencegah makan berlebihan,” tuturnya.

Siddeq menegaskan bahwa jika mengandalkan makanan yang digoreng dan tinggi gula saat berbuka tidak akan memberikan rasa kenyang yang tahan lama.

(raf/odi)



Sumber : food.detik.com

Influencer Mengaku Makin Sehat Berkat Diet Tinggi Gula Selama 18 Tahun


Jakarta

Jalani diet ekstrem, ada influencer yang tak takut dengan asupan tinggi gula. Ia mengaku tubuhnya lebih sehat setelah diet tinggi gula selama 18 tahun.

Seorang influencer asal Australia yang dikenal dengan nama Freelee atau @freeleethebananagirl, di media sosial mengaku bahwa pola makan tinggi gula yang dijalaninya selama 18 tahun memberikan dampak luar biasa bagi kesehatan tubuhnya.

Dilansir dari Ladbible (11/06) ia menjalani pola diet dengan praktik konsumsi makanan berbasis buah atau frugivore vegan. Secara konsisten ia mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat nabati, termasuk tambahan gula putih dalam menu hariannya.


Freelee menyebut dirinya sebagai pakar gula dan secara terbuka menentang anggapan umum bahwa konsumsi gula dalam jumlah besar dapat membahayakan untuk tubuh.

Ia justru menyarankan orang-orang untuk tidak takut mengkonsumsi gula. Freelee bahkan menambahkan gula putih ke dalam air minum dan smoothies pisang yang ia konsumsi setiap hari.

Influencer Mengaku Makin Sehat Berkat Diet Tinggi Gula Selama 18 TahunInfluencer Mengaku Makin Sehat Berkat Diet Tinggi Gula Selama 18 Tahun Foto: Site News

Rata-rata ia mengkonsumsi sekitar 100 gram gula putih setiap hari. Menurutnya, asupan tersebut membantu meningkatkan energi, suasana hati, serta mempercepat pemulihan tubuh setelah berolahraga.

Sebelum menjalani pola makan ini, Freelee mengaku mengalami berbagai masalah kesehatan serius, seperti gangguan pencernaan, bulimia, anoreksia, dan riwayat penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Namun, setelah menerapkan pola makan berbasis buah dan gula, ia mengaku tubuhnya mengalami pemulihan secara total.

Freele menyatakan bahwa berat badannya stabil, energi tubuhnya meningkat, kulitnya menjadi bersih, siklus menstruasinya teratur dan bebas rasa sakit, serta fokus mentalnya semakin membaik. Ia juga menyebut bahwa dirinya kini bebas dari sindrom iritasi usus (IBS), suatu kondisi penyakit perut yang sebelumnya cukup mengganggunya.

Freelee meyakini bahwa sukrosa, jenis gula yang juga secara alami terdapat dalam buah bukanlah penyebab utama masalah kesehatan. Melainkan masalah utama kesehatan adalah konsumsi lemak dan protein yang berlebihan.

Influencer Mengaku Makin Sehat Berkat Diet Tinggi Gula Selama 18 TahunInfluencer Mengaku Makin Sehat Berkat Diet Tinggi Gula Selama 18 Tahun Foto: Site News

Ia mengatakan bahwa tubuhnya justru semakin sehat dengan mengurangi konsumsi lemak dan protein, tetapi memperbanyak asupan gula dan buah-buahan.

Menurutnya masalah sebenarnya bukan terletak pada gula, tetapi pada resistensi insulin yang dipicu oleh lemak, pola makan tidak mencukupi, serta konsumsi makanan olahan.

“Sekarang umur saya 45 tahun dan merasa sangat sehat. Saya tinggal di negara dengan iklim tropis, dan saya sering disebut terlihat 10 tahun lebih muda. Buah dan gula benar-benar menyembuhkan saya,” ungkap Freelee.

Tentunya pola makannya ini mengundang pro dan kontra. Karena ahli gizi tetap menyarankan agar orang-orang menjalani pola makan yang seimbang serta membatasi asupan gula berlebihan.

Hal tersebut dijelaskan oleh Dr. Hana Patel, selaku ahli kesehatan mental sekaligus GP Medico-Legal Expert Witness.

“Pola diet yang kaya akan buah dan sayuran memang terbukti dapat menurunkan risiko penyakit jantung, stroke dan beberapa tipe kanker,” ungkap Dr. Hana.

Menurutnya buah dan sayuran mengandung berbagai nutrisi penting, serat, serta senyawa alami dari tumbuhan yang bisa memberikan manfaat bagi kesehatan. Selain itu karena kalorinya rendah, konsumsi buah dan sayuran juga membantu menjaga berat badan tetap ideal.

(sob/adr)



Sumber : food.detik.com

Eksperimen Makan Daging Merah 60 Hari, Pria Ini Ungkap Hasilnya


Jakarta

Seorang mantan atlet yang kini menjadi YouTuber, Jake Moscato, membagikan pengalamannya menjalani diet ekstrem dengan hanya mengkonsumsi daging merah selama 60 hari.

Eksperimen tersebut memicu perhatian publik karena hasil transformasinya terlihat mencolok, meskipun para ahli medis menilai pola makan seperti ini berbahaya bagi kesehatan.

Dilansir dari Ladbible (04/09/2025), Jake memulai tantangan ini dengan penuh keyakinan kalau dirinya bisa menjadi lebih sehat. Pada hari pertama, ia mengaku merasa mudah menjalani diet tersebut. Daging merah yang dikonsumsinya ada daging sapi sampai daging domba (lamb).


Namun tidak lama setelah hari pertamanya diet, ia mulai mengalami nyeri dada, serangan panik, dan gangguan mental. Memasuki minggu kedua, rasa bosan terhadap menu makanan yang sama mulai menghampirinya hingga membuatnya beberapa kali melanggar aturan diet sebelum akhirnya kembali disiplin.

- Jake memulai tantangan ini dengan penuh keyakinan kalau dirinya bisa menjadi lebih sehat. Foto: Site News

Setelah melewati bulan pertama yang terasa berat, Jake mulai merasakan perubahan positif. Ia menambahkan sedikit variasi berupa buah, telur, dan daging babi agar pola makannya tidak sepenuhnya terbatas pada daging merah. Ia juga tetap menjaga rutinitas olahraga untuk menunjang tantangan ini.

“Saya pikir menjaga 95 sampai 97 persen dari diet dengan daging merah masih bisa ditoleransi. Sisanya bisa ditambah sedikit buah atau telur, itu tidak akan membahayakan,” ujarnya.

Di akhir percobaan, Jake memperlihatkan tubuh yang lebih ramping dan berotot. Ia mengaku berhasil menambah massa otot 2,7 kg dengan peningkatan di lengan dan dada, sementara persentase lemak tubuhnya turun dari 16% menjadi 14,6%.

Berat badannya berkurang dari 94 kg menjadi 91,5 kg. Ia juga melaporkan kadar testosteron naik dari 748 menjadi 800, kadar insulin rendah, serta peningkatan kadar zat besi dalam tubuh.

Meski hasil yang ia tunjukkan terlihat mengesankan, tapi kalangan medis menegaskan bahwa diet karnivor seperti ini tidak aman untuk jangka panjang.

Para ahli memperingatkan risiko serius seperti peningkatan kolesterol, penyakit jantung, hingga stroke. British Heart Foundation menekankan tidak ada bukti ilmiah konsisten yang mendukung efektivitas pola makan daging merah ini.

Menurut mereka, penurunan berat badan yang dialami cenderung lebih disebabkan oleh pantangan makanan lain, bukan semata-mata karena daging merah.

Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) juga menganjurkan pola makan bergizi seimbang dengan asupan beragam, terutama buah dan sayuran.

Sejumlah penelitian bahkan mengaitkan konsumsi daging merah berlebih dengan dampak negatif bagi kesehatan otak. Menggantinya dengan sumber protein lain yang lebih sehat disebut dapat menurunkan risiko demensia di kemudian hari.

(sob/adr)



Sumber : food.detik.com