Tag Archives: otoritas jasa keuangan

Cara Cek KTP dan NIK Dipakai Orang Lain untuk Pinjol atau Tidak

Jakarta

Masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing dengan pinjaman online atau pinjol. Meminjam uang secara online, dapat dilakukan hanya dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP), sehingga tidak jarang disalahgunakan oleh pihak lain tanpa izin pemilik KTP.

Kamu dapat mengetahui apakah KTP kamu digunakan untuk pinjol atau tidak, melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk mengeceknya, kamu dapat memilih secara online maupun offline melalui cara di bawah ini:


Cara Mengecek KTP Dipakai Pinjol Secara Online

Cara mengecek KTP melalui SLIK OJK secara online, cukup mudah. kamu hanya perlu menyiapkan beberapa dokumen pendukung seperti KTP, foto diri, dan foto diri dengan KTP. Untuk cara lengkapnya adalah sebagai berikut.

  1. Kamu perlu mengakses situs https://idebku.ojk.go.id atau mengunduh aplikasi iDebku OJK.
  2. Di halaman utama, pilih opsi ‘Pendaftaran’.
  3. Isi formulir dengan informasi yang diminta seperti jenis debitur, jenis identitas, nomor identitas, dan kode captcha.
  4. Pastikan semua informasi yang kamu masukkan benar.
  5. Klik ‘Selanjutnya’ setelah yakin informasi sudah sesuai.
  6. Unggah dokumen pendukung seperti KTP dan foto diri.
  7. Klik ‘Ajukan Permohonan’.
  8. Setelah pendaftaran selesai, kamu akan menerima nomor pendaftaran.
  9. Untuk mengecek status permohonan, gunakan menu ‘Status Layanan’ dengan memasukkan nomor pendaftaran yang telah kamu dapatkan.
  10. OJK akan memproses permohonan iDeb dalam waktu satu hari kerja melalui email yang kamu daftarkan.

Cara Mengecek KTP Dipakai Pinjol Secara Offline

Selain dengan cara online, kamu juga dapat mengecek apakah KTP kamu telah disalahgunakan untuk pinjol secara offline. Berikut ini langkah-langkahnya:

1. Pemohon datang langsung ke kantor OJK yang terdekat.

2. Siapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sesuai jenis permohonan:

  • Untuk perseorangan: fotokopi KTP (untuk WNI) atau paspor (untuk WNA), dan surat kuasa jika diperlukan.
  • Untuk yang telah meninggal: fotokopi KTP/Paspor, dokumen asli surat keterangan kematian, dan dokumen yang membuktikan hubungan kekeluargaan/ahli waris.
  • Untuk badan usaha: fotokopi identitas badan usaha (NPWP, akta pendirian, perubahan anggaran dasar terakhir), identitas pengurus, dan surat kuasa jika diperlukan.
  • OJK akan melakukan pengecekan sesuai dengan formulir dan dokumen pendukung yang diserahkan.
  • Hasil dari permohonan akan dikirimkan melalui email yang telah didaftarkan sebelumnya.

Pastikan semua dokumen yang dibawa adalah asli atau fotokopi yang sah dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh OJK.

Itu dia cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengecek apakah KTP kamu digunakan untuk pinjol atau tidak, melalui layanan SLIK OJK secara online dan offline. Semoga membantu!

*Artikel ini ditulis oleh Dita Aliccia Armadani, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(afr/afr)



Sumber : inet.detik.com

Ternyata Uang Juga Bisa Kerja dan Bikin Kita Lebih Cuan, Gini Caranya


Jakarta

Dewasa ini, terdapat berbagai cara mengelola keuangan untuk masa depan. Namun, tak banyak yang menyadari perbedaan menabung dan berinvestasi.

Mengutip unggahan akun Instagram kelolaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), @kontak157, terdapat perbedaan menabung dan investasi yang tidak banyak disadari. Unggahan tersebut membaginya dalam dua kategori, yakni uang diam dan uang bekerja.

Dalam ciri uang diam, individu harus juga menanggung risiko. Setidaknya terdapat tiga ciri utama uang diam, yakni disimpan di rumah, dompet, atau brankas; tergerus inflasi setiap tahun; dan aman tapi tidak tumbuh.


Sementara uang bekerja, dapat tumbuh dan menghasilkan cuan. Adapun tiga ciri uang bekerja, yakni disimpan sebagai aset investasi; tumbuh lewat bunga, dividen, dan capital gain; ada risiko tapi bisa dikelola.

“Jangan cuma kerja buat uang, biarin uang juga kerja buat kamu,” tulis unggahan tersebut, dikutip Minggu (14/9/2025).

Unggahan tersebut menegaskan, menabung saja tidak cukup untuk memastikan ketahanan finansial di masa depan. Karenanya, investasi menjadi salah satu yang perlu juga disiapkan.

“Makin cepat kamu sadar kalau menabung saja itu nggak cukup, makin cepat juga kamu bisa ambil langkah untuk masa depan. Simple logic, but often ignored,” tutupnya.

(kil/kil)



Sumber : finance.detik.com

4 Tips Biar Hidup Tak Berantakan Gara-gara Judi Online!


Jakarta

Godaan judi online muncul di mana-mana. Namun, jangan sampai terkena jebakan judi online apalagi sampai ketagihan dan hidup jadi berantakan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan selama ini judi online berkeliaran bagaikan jebakan yang dibungkus sangat rapih, jangan sampai jadi korban.

“Judi online bukan solusi, tapi itu jebakan yang dibungkus rapih. Jangan tunggu jadi korban baru sadar. Stop sekarang sebelum semuanya berantakan,” tulis akun resmi @kontak157 di Instagram, Minggu (19/10/2025).


OJK memberikan 4 tips dan trik agar tidak terjebak judi online. Ini daftarnya:

Pertama, ubah rasa penasaran untuk mencoba judi online jadi hal produktif. Daripada coba peruntungan dengan saru atau dua kali bermain judi online lebih baik cari kegiatan produktif yang menghasilkan cuan. Seperti buka usaha, investasi, ataupun menabung.

Kedua, atur sirkulasi keuangan dengan baik. Saat keuangan berantakan godaan cari cuan cepat akan makin besar. Nah semua pihak harus hati-hati, biasanya yang menjanjikan cuan besar, cepat, dan tanpa risiko macam yang ada di iklan judi online adalah jebakan.

Ketiga, jangan percaya iklan yang terlihat resmi. Kadang-kadang ada judi online yang tampilannya mirip aplikasi keuangan, jangan sampai terjebak.

Keempat, edukasi diri dan orang sekitar. Lebih baik cari banyak literasi soal bahaya judi online dan sebarkan ke orang sekitar, misalnya teman dan keluarga untuk bisa saling membentengi diri.

(kil/kil)



Sumber : finance.detik.com

Siapkan Dana Darurat Biar Hidup Nggak Melarat


Jakarta

Tak ada yang pernah tahu masalah keuangan apa yang akan dialami seseorang di masa depan. Karenanya memiliki dana darurat menjadi salah satu langkah penting dalam memastikan kestabilan keuangan.

Dalam hal ini dana darurat dapat berfungsi sebagai cadangan keuangan atau bantalan ekonomi saat menghadapi berbagai situasi mendesak seperti biaya berobat, kehilangan pekerjaan, kebutuhan perbaikan rumah, atau kebutuhan mendadak lainnya.

Sehingga kepemilikan dana darurat ini tak lagi sekadar pilihan, namun kebutuhan guna melindungi diri secara finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika tidak dilakukan, besar kemungkinan uang yang dimiliki bisa habis dalam sekejap saat terjebak masalah keuangan tertentu.


“Rumah bocor, jadi boncos karena nggak punya dana darurat? Belum lagi kalau sakit, kendaraan rusak, atau masalah lainnya yang tidak terduga. Yuk, jadi Sobat cerdas keuangan yang tanggap mengatasi masalah dengan dana darurat!” imbau OJK dalam unggahan Instagram resminya (@sikapiuangmu), Minggu (19/10/2025).

Berikut 3 cara menyiapkan dana darurat yang perlu dilakukan segera ‘ala’ Otoritas Jasa Keuangan:

1. Hitung rata-rata pengeluaran bulanan
2. Alokasikan 10%-20% dari gaji bulanan selama 10 bulan ke depan untuk ditabung.
3. Lakukan penghematan dengan memangkas pengeluaran yang tidak perlu.

Simak juga Video: Dengerin Deh! Alasan Kamu Perlu Serius Siapin Dana Darurat

(kil/kil)



Sumber : finance.detik.com

Gaji Rp 5 Juta Kerja 5 Tahun Bisa Punya Rumah? Begini Hitungannya


Jakarta

Memiliki rumah sendiri menjadi mimpi banyak orang. Tak terkecuali bagi orang-orang yang memiliki gaji pas-pasan, misalnya saja para pekerja dengan gaji Rp 5 juta per bulan.

Seberapa besar sih kemungkinan orang bergaji Rp 5 juta per bulan bisa mendapatkan rumah dalam waktu yang tak begitu lama, misalnya 5 tahun?

Melansir detikProperti, orang bergaji Rp 5 juta per bulan sangat mungkin untuk mendapatkan rumah dengan cicilan KPR. Setidaknya yang pertama harus dilakukan adalah mencicil KPR selama 5 tahun.


Menurut Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho, seseorang bisa menyisihkan 10-30% pendapatan untuk menabung DP rumah yang akan dibeli. Nantinya, saat DP bisa dipenuhi dan lolos KPR, alokasi 10-30% tadi digeser untuk memenuhi cicilan dan juga urusan lain untuk rumah.

Misalnya, ada rumah dengan harga sekitar Rp 350 juta. Biasanya, untuk DP KPR perlu dibayar 10-30% dari harga rumah. Apabila DP yang harus dibayar 20% saja dari Rp 350 juta, maka jumlahnya Rp 70 juta.

Nah, untuk bisa bayar DP Rp 70 juta dengan gaji Rp 5 juta per bulan, 25% dari gaji bisa disisihkan setiap bulan, jumlahnya sekitar Rp 1,25 juta per bulan.

Tentukan Cicilan yang Terjangkau

Menentukan besar cicilan sesuai kemampuan adalah langkah krusial dalam menabung untuk beli rumah, apalagi dengan gaji yang terbatas. Andy menyarankan untuk mengikuti hitungan slik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu maksimal 30% dari penghasilan, kurang lebih sama seperti saat menyisihkan pendapatan untuk mencicil DP KPR.

Andy menyarankan sebisa mungkin jangan mengambil cicilan dengan batas maksimal karena masih ada perabotan yang harus dibeli setelah beli rumah.

Belum lagi harus memperhitungkan biaya tambahan saat memulai cicilan KPR, asuransi, pajak, biaya perawatan, biaya surat menyurat dan lainnya.

“Kadang karena kita beli rumah pertama atau rumah impian, cicilannya dipentokin sampai 30% dari penghasilan. Kita lupa kan beli rumah masih kosongan, belum ada isinya. Padahal di sisi yang lain perlu beli furniture untuk isi rumah,” tutur Andy.

Masyarakat juga bisa mempertimbangkan membeli rumah subsidi yang biaya DP dan cicilannya lebih murah. KPR subsidi sendiri bisa digunakan oleh orang yang batas maksimum gajinya yaitu Rp 8.000.000 atau Rp 10.000.000 khusus wilayah Papua dan Papua Barat, baik untuk gaji tetap maupun tidak tetap.

Cari Penghasilan Tambahan

Nah bila sudah mulai mencicil KPR, seseorang dengan gaji Rp 5 juta per bulan disarankan untuk mencari penghasilan tambahan. Bisa saja dengan mencari pekerjaan tambahan di luar pekerjaan utama.

Bisa juga dengan melakukan investasi dari uang bonus. Namun, penting untuk memilih jenis investasi yang tepat dan perhatikan faktor risiko dari setiap jenis investasi

Disarankan juga bagi orang dengan penghasilan Rp 5 juta per bulan saat mencicil rumah tidak punya utang yang lain, hal ini dilakukan agar bisa fokus membayar cicilan rumah.

(hal/eds)



Sumber : finance.detik.com

Simak! Tips buat Siapkan Dana Pensiun Agar Hari Tua Nyaman


Jakarta

Di tengah akses internet yang serba cepat dan promo-promo barang yang sering ditemui di sosial media dapat membuat seseorang kalap untuk langsung memilih untuk membeli tanpa pikir panjang terhadap pembelian barang tersebut. Biasanya barang yang dibeli biasanya bukanlah barang prioritas yang dibutuhkan, melainkan barang yang dapat mendukung gaya hidup yang berlebihan.

Oleh karena itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui akun edukasi keuangannya @sikapiuangmu membagikan strategi untuk mempersiapkan program pensiun sejak dini agar tidak terganggu oleh gaya hidup.

Dalam unggahannya, OJK memberitahukan masyarakat perlu menyadari terlebih dahulu bahwa terdapat sejumlah gangguan yang bisa menyebabkan kita tidak memiliki tabungan di masa tua.


Pertama yakni, fomo gaya hidup atau selalu mengikuti tren gaya hidup yang terlihat di media sosial. Dalam hal ini pasalnya kita perlu melihat apakah kondisi keuangan kita memang benar bisa mengikuti gaya hidup yang ingin kita ikuti. Jangan sampai malah gaya hidup ini menyebabkan kita punya banyak hutang.

Kedua yakni belanja implusif karena adanya tawaran diskon yang hanya terjadi hari ini. Padahal barang yang didiskon tidak sedang kita butuhkan. Ketiga yakni overconsumption buat self-reward. Dalam hal ini kita perlu menyadari bahwa terlalu sering atau berlebihan membeli barang atau pengalaman sebagai bentuk “hadiah” untuk diri sendiri tidak terlalu baik. Hal ini bisa, berdampak negatif pada keuangan pribadi.

Terkahir yakni panic buying karena takut inflasi. Kondisi ini harus benar-benar diperhatikan sesuai dengan kebutuhan. Artinya jangan asal beli jika tidak dibutuhkan.

“Semua ini bikin kita mikir pendek, dan akhirnya tabungan untuk pensiun selalu ‘nanti-nanti’ aja,” ungkap unggahan @sikapiuangmu dikutip, Minggu (6/7/2025).

Dalam unggahan tersebut, OJK memberikan lima tips dari agar program pensiun tetap terjaga dan tidak terdistraksi:

  • Pertama, autodebit is your bestie.

Artinya begitu menerima gaji, segera potong minimal 10% untuk program pensiun. Anggap saja sebagai “tagihan wajib” untuk diri sendiri di masa depan.

  • Kedua, pisahkan rekening dan jangan diintip!

Buat satu rekening khusus buat tabungan pensiun. Rekening ini dibuat tanpa kartu debit, tanpa akses mobile banking agar tidak tergoda mengambil dana secara impulsif.

  • Ketiga, jangan tunggu mapan baru mulai

Tips ini penting dilakukan sesegera mungkin tanpa harus menunggu mendapatkan gaji yang besar. Intinya yakni konsistensi, bukan besaran nominal. Mulai dari Rp 50.000 per bulan pun asal rutin, hasilnya akan signifikan.

  • Keempat, investasi, bukan cuma nabung

Karena musuh kita adalah inflasi, manfaatkan program pensiun di instrumen jangka panjang seperti reksa dana pensiun, DPLK, dan program JHT dan JP dari BPJS Ketenagakerjaan.

  • Kelima, block out noise: Nggak semua tren harus kamu ikuti!

Dalam hal ini, penting untuk membedakan kebutuhan dengan keinginan. Terlalu sering mengikuti tren bisa mengganggu rencana keuangan jangka panjang.

Dengan menyiapkan tabung untuk pensiun, kamu bisa menikmati pensiun dini tanpa utang, hidup cukup tanpa bergantung pada anak, bisa traveling tanpa memikirkan tagihan

“Itu semua bisa kejadian asal kamu siapkan sekarang, bukan nanti,” katanya.

(kil/kil)



Sumber : finance.detik.com

Jangan FOMO! Siapkan Dana Pensiun Biar Hari Tua Nggak Sengsara

Jakarta

Akses internet yang cepat dan gencarnya promo di media sosial sering membuat orang tergoda untuk membeli barang. Namun, barang yang dibeli bukanlah barang prioritas, melainkan demi gaya hidup berlebihan.

Oleh karena itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui akun edukasi keuangannya @sikapiuangmu membagikan strategi untuk mempersiapkan program pensiun sejak dini agar tidak terganggu oleh gaya hidup.

Dalam postingannya, OJK memberitahukan masyarakat perlu menyadari terlebih dahulu bahwa terdapat sejumlah gangguan yang bisa menyebabkan kita tidak memiliki tabungan di masa tua.


Pertama, FOMO gaya hidup atau selalu mengikuti tren gaya hidup yang terlihat di media sosial. Dalam hal ini pasalnya kita perlu melihat apakah kondisi keuangan kita memang benar bisa mengikuti gaya hidup yang ingin kita ikuti. Jangan sampai malah gaya hidup ini menyebabkan kita punya banyak utang.

Kedua, belanja impulsif karena adanya tawaran diskon yang hanya terjadi hari ini. Padahal barang yang didiskon tidak sedang kita butuhkan.

Ketiga, over consumption buat self-reward. Dalam hal ini kita perlu menyadari bahwa terlalu sering atau berlebihan membeli barang atau pengalaman sebagai bentuk hadiah untuk diri sendiri tidak terlalu baik. Hal ini bisa, berdampak negatif pada keuangan pribadi.

Keempat, panic buying karena takut inflasi. Kondisi ini harus benar-benar diperhatikan sesuai dengan kebutuhan. Artinya, jangan asal beli jika tidak dibutuhkan.

“Semua ini bikin kita mikir pendek, dan akhirnya tabungan untuk pensiun selalu ‘nanti-nanti’ aja,” ungkap unggahan @sikapiuangmu dikuitp, Minggu (6/7/2025).

Dalam unggahan tersebut, OJK memberikan lima tips dari agar program pensiun tetap terjaga dan tidak terdistraksi:

5 Tips Agar Pensiun Nggak Sengsara:

1. Autodebit Is Your Bestie

Artinya begitu menerima gaji, segera potong minimal 10% untuk program pensiun. Anggap saja sebagai tagihan wajib untuk diri sendiri di masa depan.

2. Pisahkan Rekening dan Jangan Diintip

Buat satu rekening khusus buat tabungan pensiun. Rekening ini dibuat tanpa kartu debit, tanpa akses mobile banking agar tidak tergoda mengambil dana secara impulsif.

3. Jangan Tunggu Mapan

Tips ini penting dilakukan sesegera mungkin tanpa harus menunggu mendapatkan gaji yang besar. Intinya yakni konsistensi, bukan besaran nominal. Mulai dari Rp 50.000 per bulan pun asal rutin, hasilnya akan signifikan.

4. Investasi

Karena musuh kita adalah inflasi, manfaatkan program pensiun di instrumen jangka panjang seperti reksa dana pensiun, DPLK, dan program JHT dan JP dari BPJS Ketenagakerjaan.

5. Jangan Ikuti Semua Tren

Dalam hal ini, penting untuk membedakan kebutuhan dengan keinginan. Terlalu sering mengikuti tren bisa mengganggu rencana keuangan jangka panjang.

Dengan menyiapkan tabung untuk pensiun, kamu bisa menikmati pensiun dini tanpa utang, hidup cukup tanpa bergantung pada anak, bisa traveling tanpa memikirkan tagihan

“Itu semua bisa kejadian asal kamu siapkan sekarang, bukan nanti,” tulisnya.

Tonton juga “Wacana Potong Gaji untuk Hari Tua” di sini:

(kil/kil)



Sumber : finance.detik.com

Jangan Panik, Begini Cara Siapkan Dana Pendidikan untuk Anak


Jakarta

Setiap orang tua tentunya ingin yang terbaik untuk anak, termasuk soal pendidikan. Namun, tingginya biaya pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, membuat banyak orang tua harus berpikir dua kali dalam merencanakannya.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), uang pangkal sekolah swasta rata-rata naik sebesar 10-15% setiap tahun, sementara inflasi pendidikan nasional mencapai 2,83%. Adapun kenaikan ini tak lepas faktor-faktor seperti inflasi pendidikan, pembangunan fasilitas sekolah, hingga biaya operasional sehingga membuat biaya masuk sekolah terus meningkat dari tahun ke tahun.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan ‘Statistik Penunjang Pendidikan 2024’, juga mencatat pada jenjang pendidikan tinggi, rata-rata total biaya pendidikan selama tahun ajaran 2023/2024 sekitar Rp 19,1 juta.


Sementara itu rata-rata total biaya pendidikan jenjang SMA/SMK sederajat mencapai Rp 10,19 juta. Kemudian, rata-rata total biaya pendidikan yang dikeluarkan peserta didik SD sederajat paling rendah di antara jenjang pendidikan lain yaitu sebesar 4,56 juta.

Dengan tingginya angka tersebut, persiapan dana pendidikan harus dimulai sedini mungkin. Tanpa strategi finansial yang tepat, impian orang tua untuk menyekolahkan anak di sekolah atau universitas favorit bisa tentunya akan menjadi beban berat.

Lantas apa saja tips perencanaan keuangan yang tepat untuk pendidikan anak?

Tips Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak

1. Cari Informasi Biaya Pendidikan

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan riset mengenai biaya pendidikan di sekolah atau universitas yang menjadi target. Orang tua perlu mengetahui berbagai hal mulai dari, biaya pendaftaran dan uang pangkal, SPP atau biaya bulanan hingga inflasi pendidikan.

Selain itu, pastikan juga untuk survei terkait biaya perlengkapan seperti, seragam, buku, alat tulis) dan biaya kegiatan tambahan seperti, ekstrakurikuler dan studi tur. Pastikan juga perbedaan biaya pendidikan di sekolah swasta favorit atau universitas negeri lewat jalur mandiri.

2. Menghitung Biaya Pendidikan

Setelah memiliki data, langkah berikutnya adalah menghitung berapa dana yang dibutuhkan. Jika anak saat ini masih berusia 2 tahun, perhitungan bisa dimulai dari masa pre-schooll atau Taman Kanak-kanak (TK). Jangan lupa untuk memperhitungkan inflasi pendidikan, yang rata-rata mencapai 10-15% per tahun.

3. Pilih Instrumen Tabungan yang Tepat

Setelah mengetahui perkiraan dana yang harus disiapkan, orang tua bisa mulai mengumpulkannya dengan cara menabung. Pilih instrumen keuangan yang sesuai dengan jangka waktu dan profil risiko.

Salah satu cara cerdas untuk menyiapkan dana pendidikan anak adalah dengan Nabung Emas di Pegadaian. Pasalnya, nilai emas cenderung stabil dan tahan inflasi sehingga cocok dijadikan investasi jangka panjang. Saat biaya pendidikan naik, harga emas pun biasanya ikut naik sehingga membantu menjaga nilai tabungan Anda.

Tak hanya itu, emas juga mudah dicairkan saat dibutuhkan, termasuk saat membutuhkannya untuk membayar biaya pendidikan. Menariknya lagi, saat ini buka Tabungan Emas di Pegadaian Digital bisa mendapatkan Promo Gajian Emas. Nikmati diskon 1 % hingga Rp 50.000 untuk setiap pembukaan rekening Tabungan Emas dengan saldo awal minimal Rp 100.000.

Tak hanya itu, membuka Tabungan Emas di Pegadaian Digital juga terjamin keamanannya karena dijamin 100% emas fisik dan sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Jadi, tunggu apa lagi? Segera persiapkan masa depan pendidikan anak sejak dini dengan buka Tabungan Emas di Pegadaian.

(anl/ega)



Sumber : finance.detik.com

Haruskah Ngutang ke Teman Demi Gaya Hidup?


Jakarta

Dewasa ini, pemenuhan gaya hidup menjadi hal yang terus diupayakan seseorang. Alih-alih menaikkan citra personal, pemenuhan gaya hidup ini justru menjebak seseorang untuk terus berutang demi memenuhi kebutuhan primer tersebut.

Lantas, bagaimana cara menyikapi pemenuhan gaya hidup tanpa mengorbankan isi dompet?

Mengutip unggahan resmi akun yang dikelola Otoritas Jasa Keuangan (OJK) @kontak157 menyebut, gaya hidup sering kali menjebak seseorang. Pasalnya, pemenuhan kebutuhan ini seringkali dijadikan ajang pamer seseorang.


Bahkan tak jarang dana yang digunakan menggunakan pinjaman yang berujung menipu teman sendiri. Hal ini disinyalir terjadi lantaran seseorang tersebut berusaha terlihat mewah meski melalui utang.

“Demi hidup mewah, dia rela ngutang sana-sini. Eh, ujung-ujungnya malah nipu teman sendiri,” tulis unggahan @kontak157, dikutip Minggu (25/5/2025).

OJK mencatat ada empat penyebab seseorang berani berutang, bahkan rela menipu temannya untuk memenuhi gaya hidup. Pertama, ingin terlihat sukses di media sosial.

Kedua, gaya hidup yang lebih besar dari pemasukan. Ketiga, akses pinjaman yang semakin cepat dan mudah. Keempat, minimnya literasi keuangan.

Dalam unggahan lainnya pada akun yang sama, OJK mengingatkan publik untuk bijak dalam meminjam. Pasalnya, utang tidak hanya berdampak pada ketahanan finansial, melainkan juga beban mental.

OJK menyarankan publik untuk berutang sesuai dengan kemampuan membayar. Selain itu, OJK juga mengimbau dana pinjaman digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama.

“Gaya hidup bisa nunggu, mental sehat nggak bisa ditunda. beban utang itu nyata, jangan sampai kamu tiap malam overthinking ya. Ayo bijak dalam berutang,” ucap narator dalam unggahan tersebut.

(kil/kil)



Sumber : finance.detik.com

Mengapa Kita Suka Impulsif Belanja Saat Promo Tanggal Kembar? Ini Kata Pakar IPB



Jakarta

Berbelanja saat tanggal kembar memang menggiurkan. Harga yang miring membuat orang ramai-ramai menyerbu barang yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan.

Menyambut diskon tanggal kembar, Guru Besar Ilmu Konsumen IPB University, Prof Ujang Sumarwan, menjelaskan mengapa kita cenderung membeli barang saat ada promo. Menurutnya, banyak konsumen yang tergiur karena gagal membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

“Kalau konsumen tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, sementara daya beli terbatas, maka akan merugikan. Banyak orang terjebak mengikuti keinginan, bukan kebutuhan,” ujarnya dalam laman IPB University dikutip Rabu (8/10/2025).


Fenomena impulsive buying atau belanja tanpa rencana yang meningkat saat musim promo juga menjadi sorotan. Diskon dan promosi kerap memicu konsumen membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan atau unplanned shopping.

“Sering kali kita pergi ke toko tanpa rencana belanja, tapi karena lihat diskon jadi membeli. Itu contoh unplanned shopping,” tambah Prof Ujang.

Prof Ujang berpesan agar konsumen selalu bijak dalam berbelanja. Ketika melihat barang menarik tanyakan dulu pada diri sendiri apakah ini kebutuhan atau keinginan.

“Hindari membeli secara kredit untuk konsumsi, kecuali untuk hal produktif seperti rumah atau kendaraan. Dan jangan mudah percaya penawaran di media sosial yang tidak jelas,” pesannya.

Hati-hati Penipuan

Menuju hujan promo ini, Prof Ujang mengingatkan agar konsumen berhati-hati dengan praktik bisnis tidak etis maupun penipuan yang marak di era digital. Ia membagikan prinsip yang perlu dipegang konsumen yakni teliti sebelum membeli, saat membeli, dan setelah membeli.

“Sejak tahun 1993 sudah ada modus penipuan. Sampai sekarang tetap ada, hanya medianya yang berubah. Kini banyak penipuan melalui telepon, media sosial, hingga aplikasi pesan. Karena itu, konsumen harus meningkatkan literasi digital,” jelasnya.

Tips Menjadi Konsumen yang Bijak

Prof Ujang memberikan sejumlah kiat agar menjadi konsumen yang bijak, yaitu:

1. Riset Sebelum Membeli

Gunakan situs/toko resmi (official store), baca ulasan dan bertanya pada orang yang berpengalaman

2. Waspadai Harga

Waspadai harga yang tidak masuk akal dan jangan terburu-buru mengambil keputusan.

Tekankan Perlindungan Konsumen

Selain peran konsumen, Prof Ujang menekankan pentingnya perlindungan dari pihak perusahaan dan pemerintah. Ia menggarisbawahi agar perusahaan tidak gegabah. Jika mengambil langkah yang salah, maka konsumen yang dirugikan bisa komplain bahkan ke media sosial, dan merusak citra perusahaan.

“Pemerintah juga hadir lewat regulasi, misalnya OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), untuk melindungi konsumen,” terangnya.

(nir/nwk)



Sumber : www.detik.com