Jakarta –
Sebuah penelitian terbaru mengungkap kebiasaan sederhana yang tanpa disadari dapat membuat seseorang menelan puluhan ribu partikel mikroplastik setiap tahunnya.
Penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Universitas Concordia, Kanada, menemukan orang yang rutin minum dari botol air plastik sekali pakai dapat mengonsumsi hingga 90.000 partikel mikroplastik tambahan setiap tahun dibandingkan mereka yang memilih air keran (tap water).
Dilansir dari NYPost (15/10/2025), dalam studi yang meninjau lebih dari 140 artikel ilmiah, para peneliti memperkirakan rata-rata manusia menelan antara 39.000 hingga 52.000 partikel mikroplastik setiap tahun.
Namun, paparan meningkat drastis bagi orang-orang yang minum air kemasan, terutama air yang dikemas dalam botol plastik sekali pakai karena partikel kecil tersebut dapat terlepas dari lapisan dalam botol, terutama ketika botol dipanaskan atau diperas.
Air Mineral Dalam Kemasan Terpapar mikroplastik, Apa Bahayanya? Foto: Getty Images/JohnnyGreig |
“Minum air dari botol plastik mungkin aman dalam keadaan darurat, tetapi tidak seharusnya menjadi kebiasaan sehari-hari,” kata Sarah Sajedi, pakar manajemen lingkungan sekaligus penulis utama penelitian ini. Ia menegaskan risiko terbesar bukanlah racun, melainkan paparan kronis jangka panjang yang dapat menumpuk di tubuh manusia.
Mikroplastik sendiri adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter yang berasal dari pecahan benda plastik yang lebih besar. Begitu tertelan, partikel ini tidak hanya lewat begitu saja, tetapi dapat memasuki aliran darah dan menumpuk di organ vital seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, hingga plasenta. Sejumlah studi bahkan menunjukkan partikel mikroplastik cukup kecil untuk menembus penghalang darah-otak yang sangat sulit ditembus.
Menurut penelitian lanjutan, mikroplastik di dalam tubuh berpotensi menyebabkan peradangan kronis, kerusakan sel, gangguan hormon, dan ketidakseimbangan mikrobiota usus. Beberapa penelitian awal juga mengaitkannya dengan risiko kanker, penyakit jantung, gangguan kesuburan dan masalah paru-paru.
Botol minuman sekali pakai. Foto: Getty Images/JohnnyGreig |
Menanggapi temuan ini, Sarah Sajedi menyerukan adanya standar pengujian mikroplastik pada produk air kemasan serta kebijakan yang lebih ketat untuk mengurangi pencemaran plastik.
“Edukasi adalah langkah paling penting yang bisa kita lakukan. Masyarakat perlu memahami kebiasaan minum air kemasan dampaknya bersifat jangka panjang,” ujarnya.
Sementara itu, Bottled Water Association (Asosiasi Air Kemasan Internasional) menyatakan komitmennya untuk mendukung riset lebih lanjut dan menjamin keamanan produk air minum kemasan.
Mereka juga menegaskan isu mikroplastik bukan hanya tanggung jawab industri air minum kemasan saja, melainkan masalah global yang harus dihadapi bersama.
(sob/adr)
Keren! 6 Peneliti IPB Masuk Daftar Ilmuwan Top Dunia Versi Stanford
Jakarta –
Kabar membanggakan kembali datang dari IPB University. Enam peneliti IPB berhasil masuk ke dalam daftar World’s Top 2% Scientists Worldwide 2025 yang dirilis Stanford University.
Daftar bergengsi ini adalah pemeringkatan yang disusun oleh Stanford University bekerja sama dengan penerbit Elsevier. Data diambil dari database Scopus.
Dalam membuat penilaian, Stanford mengklasifikasikan ilmuwan ke dalam 22 bidang. Kemudian dipecah kembali menjadi 174 sub-bidang sesuai sistem klasifikasi Science-Metrix.
Penilaian berdasarkan pada indikator objektif, seperti jumlah sitasi, indeks H, hingga dampak publikasi di level global. Penghargaan ini dianggap sebagai tolok ukur kontribusi para ilmuwan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia.
Stanford dan Elsevier menyusun hasil pemeringkatan ke dalam dua macam skor yakni career long dan recent single year. Career long adalah performa sepanjang karir dan recent single year adalah performa pada tahun terakhir.
Daftar Peneliti IPB yang Masuk Daftar Ilmuwan Top Dunia Versi Stanford
Mengutip laman IPB, enam dosen IPB University yang berhasil menorehkan prestasi tersebut yaitu:
1. Prof Daniel Mudarso (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
2. Prof Anuraga Jayanegara (Fakultas Peternakan)
3. Dr Julie Ekasari (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)
4. Prof Farah Rahma (Fakultas Teknologi Pertanian)
5. Prof Irmanida Batubara (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
6. Prof Mohamad Rafi (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengaku bangga atas raihan dosen-dosennya. Hal ini menurutnya perlu diapresiasi.
“Saya mengucapkan selamat kepada para peneliti IPB University yang masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientists 2025. Prestasi ini bukan hanya pengakuan terhadap dedikasi individu, tetapi juga bukti bahwa IPB University terus memberikan kontribusi nyata dalam dunia riset global,” ungkapnya.
Prof Arif menambahkan, capaian ini akan dijadikan motivasi bagi IPB dalam memperkuat ekosistem penelitian. Pihaknya selama ini juga telah membangun ekosistem penelirian yang berorientasi pada inovasi dan dampak nyata bagi masyarakat.
“Kehadiran para peneliti IPB University dalam daftar internasional ini juga menunjukkan bahwa kualitas riset kita diakui secara global. Ini menjadi inspirasi bagi sivitas akademika untuk terus berinovasi dan menghasilkan karya yang memberi manfaat luas,” tuturnya
Masuknya enam nama peneliti IPB University ke daftar ilmuwan top dunia menjadi bukti bahwa perguruan tinggi di Indonesia mampu bersaing secara global. Prestasi ini juga memperkuat posisi IPB sebagai salah satu pusat riset dan inovasi terdepan di Asia.
(cyu/nwk)
Benarkah Minum Kopi Tiap Hari Bisa Bikin Panjang Umur? Begini Kata Studi
Jakarta –
Minum kopi saat ini bukan lagi hanya dilakukan sesekali. Banyak pekerja menjadikan kopi sebagai minuman yang bisa membuatnya tahan dari kantuk saat bekerja.
Kebiasaan ini juga punya melahirkan ungkapan seperti “but first, coffee” yang sudah tak asing. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan menyeruput kopi setiap pagi bukan sekadar gaya hidup.
Selain dapat membuat seseorang terjaga dari mengantuk, ternyata kopi bisa membuat seseorang panjang umur. Bagaimana bisa?
Temuan ini didasarkan pada hasil penelitian terbaru yang dilakukan Dr Charalampos (Babis) Rallis, ilmuwan dari Queen Mary University of London (QMUL). Hasil studinya bersama tim dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Microbial Cell tahun 2025.
Kafein Bisa Aktifkan Penjaga Umur Sel
Hasil penelitian Rallis dan tim menunjukkan, zat kafein yang terkadung dalam kopi terbukti bisa memperlambat proses penuaan pada tingkat sel. Sebelum menemukan fakta ini, Rallis menggunakan ragi sebagai model penelitian untuk mempelajari efek kafein pada tubuh manusia.
Meski tampak sederhana, ragi memiliki sistem biologis yang sangat mirip dengan manusia. Contohnya dalam hal pertumbuhan maupun pembelahan sel.
Dalam riset sebelumnya, para peneliti menemukan kafein bisa menghambat reseptor pertumbuhan bernama TORC1 (Target of Rapamycin Complex 1).
Reseptor tersebut berperan penting dalam pengaturan pertumbuhan sel. Akan tetapi, setelah diuji kembali, ternyata kafein tidak bekerja langsung pada reseptor itu.
Kafein sebenarnya mengaktifkan sistem lain bernama AMPK. Sistem itu juga dikenal sebagai ‘penjaga metabolisme’.
“AMPK membantu sel-sel berenergi rendah untuk bertahan,” jelas Rabbis, dikutip dari laman QMUL.
Dengan mengaktifkan AMPK, kafein membantu sel memperbaiki DNA, merespons stres dengan lebih baik, dan memperlambat proses penuaan.
Bisa Jadi Kunci Umur Panjang
Menurut Dr John-Patrick Alao, rekan peneliti dalam studi ini, temuan tersebut membuka peluang baru dalam bidang kesehatan dan gaya hidup.
“Temuan kami membuka peluang menarik untuk penelitian masa depan tentang bagaimana efek ini bisa diaktifkan lebih langsung-melalui pola makan, gaya hidup, atau obat baru,” ujarnya.
Tak hanya membuat awet muda, manfaat kafein tidak berhenti pada penuaan sel. Riset lain menunjukkan bahwa kafein dalam dosis rendah dapat membantu mengurangi gejala depresi.
Temuan ini didasarkan pada hasil analisis yang menunjukkan kafein merangsang produksi hormon dopamin, zat kimia otak yang menimbulkan rasa bahagia.
Kafein Tak Boleh Dikonsumsi Berlebihan
Namun, para ahli mengingatkan bahwa tidak semua sumber kafein baik untuk tubuh. Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, minuman energi dengan kadar kafein tinggi bisa berisiko bagi jantung.
Risiko ini terutama muncul jika minuman energi tersebut dikonsumsi oleh remaja. Rata-rata, secangkir kopi mengandung sekitar 95 miligram kafein, sedangkan minuman energi bisa mencapai empat kali lipatnya.
Para ahli kesehatan menegaskan bahwa kafein bisa menjadi ‘teman baik’ jika dikonsumsi dalam batas wajar. Namun sebaliknya, jika terlalu banyak, kafein justru bisa menimbulkan gangguan tidur atau jantung berdebar.
Hasil studi dipublikasi dengan judul ‘Dissecting the cell cycle regulation, DNA damage sensitivity and lifespan effects of caffeine in fission yeast’, 24 Juni 2025.
(cyu/twu)
Uban Bisa Hilang? Ilmuwan Temukan Kunci agar Rambut Kembali ke Warna Aslinya!
Jakarta –
Seiring bertambahnya usia, pigmen warna pada rambut akan memudar dan berubah menjadi putih atau disebut dengan uban. Hal ini biasa jika di alami orang yang sudah berusia senja.
Namun, bagaimana jika pertumbuhan uban dialami oleh mereka yang masih muda? Apakah bisa warna asli rambut seseorang kembali seperti semula setelah memutih? Ini penjelasannya menurut sains.
Rambut Beruban Bisa Kembali ke Warna Aslinya?
Rambut beruban sering kali jadi tanda penuaan, tapi ternyata tidak selalu begitu. Berdasarkan studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature, uban muncul karena “kemacetan” sel di dalam folikel rambut, bukan karena tubuh menua secara keseluruhan.
Peneliti dari NYU Langone Health, Amerika Serikat, menemukan bahwa sel penghasil pigmen warna rambut, yakni sel induk melanosit (melanocyte stem cells/McSCs), gagal berpindah tempat sesuai waktunya. Akibatnya, rambut tetap tumbuh sehat, tetapi warnanya memudar menjadi abu-abu atau putih.
“Studi kami menambah pemahaman dasar tentang bagaimana sel induk melanosit bekerja untuk mewarnai rambut,” kata Qi Sun, PhD, peneliti utama studi tersebut, dikutip dari NYU Langone Health.
Mengapa Rambut Bisa Berubah Jadi Uban?
Di dalam folikel rambut terdapat dua jenis “tim kerja”:
- Sel induk rambut, yang mengatur pertumbuhan rambut.
- Sel induk melanosit, yang bertugas memberi warna pada rambut.
Saat rambut baru mulai tumbuh, sel induk melanosit seharusnya bergerak ke area yang kaya protein WNT yaitu sinyal kimia yang memerintahkan mereka berubah menjadi sel penghasil pigmen (melanosit).
Namun, ketika sel-sel tersebut “macet” di tempat atau tak lagi menerima sinyal, tahap pewarnaan tidak terjadi, dan rambut yang tumbuh menjadi berwarna abu-abu.
“Sel induk melanosit seharusnya bisa berperilaku seperti bunglon yang bisa berubah dan beradaptasi sesuai lingkungannya. Ketika kemampuan itu hilang, rambut menjadi abu-abu,” jelas Mayumi Ito, PhD, profesor dermatologi di NYU Langone Health.
Penelitian Langsung di Folikel Rambut
Penemuan ini bukan hasil dugaan semata. Tim ilmuwan melakukan penelitian langsung jangka panjang dan analisis RNA sel tunggal pada folikel rambut tikus.
Mereka melacak posisi setiap sel dan melihat bagaimana instruksi genetik berubah selama beberapa siklus pertumbuhan rambut.
Hasilnya, semakin sering pertumbuhan rambut dipaksa berulang, semakin banyak sel induk pigmen yang tertinggal di tempat yang salah dan jumlah uban pun meningkat.
Dengan kata lain, posisi, pergerakan, dan waktu kerja sel menentukan warna rambut.
Meskipun temuan ini terdengar menjanjikan, para peneliti menegaskan bahwa belum ada obat untuk menghilangkan uban secara permanen.
Stres, genetik, dan faktor lingkungan tetap berpengaruh pada munculnya uban.
Langkah berikutnya adalah membuktikan apakah pola serupa juga terjadi pada manusia. Jika iya, maka ilmuwan bisa mencari cara aman untuk mendorong sel bergerak tepat waktu atau menguatkan sinyal dalam folikel rambut agar warna kembali muncul secara alami.
“Tujuannya bukan sekadar mengubah warna rambut, tetapi menjaga keseimbangan antara sel yang aktif dan yang beristirahat,” ungkap tim peneliti.
Uban Bukan Rambut Rusak
Bagi detikers yang mulai menemukan helai putih di kepala, jangan khawatir. Rambut beruban bukan berarti rambut lemah atau tidak sehat.
Folikel rambut tetap berfungsi dengan baik, hanya saja tim sel pewarna rambut sedang terlambat menerima instruksi kerja.
Kini, sains sedang mencari cara untuk memperbaiki “kemacetan” di dalam folikel tersebut. Jika berhasil, warna rambut bisa kembali seperti semula, tanpa pewarna kimia.
Untuk saat ini, uban bukan lagi misteri, melainkan soal waktu dan koordinasi sel yang sedang dipelajari sains.
Penulis adalah peserta program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama di detikcom.
(nah/nah)





