Tag Archives: racun

Mengenal Bahaya Keracunan Makanan, Penyebab dan Cara Mencegahnya


Jakarta

Tingginya kasus keracunan makanan masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Kasus keracunan makanan sepanjang tahun 2025 ramai diberitakan korbannya telah mencapai jumlah ribuan orang. Angka ini menunjukkan bahwa isu keamanan pangan (food safety) masih perlu mendapat perhatian serius, terutama karena sebagian besar kasus disebabkan oleh makanan yang tidak diolah atau disimpan dengan benar.

Keracunan makanan dapat terjadi kepada siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa. Gejalanya pun sering mirip dengan penyakit pencernaan lain, seperti mual, muntah, diare, dan kram perut. Perlu diperhatikan bahwa banyak bahan makanan sehari-hari ternyata termasuk kategori rawan keracunan jika tidak ditangani dengan hati-hati.

Jenis Makanan yang Rawan Menyebabkan Keracunan

Beberapa makanan sehari-hari yang rawan menyebabkan keracunan jika tidak ditangani dengan hati-hati di antaranya sebagai berikut:


Seafood (ikan, kerang, udang, kepiting)

Produk laut merupakan sumber protein hewani yang bergizi tinggi, namun juga sangat mudah rusak. Ikan tertentu seperti tuna, tongkol, dan cakalang dapat menghasilkan histamin bila dibiarkan terlalu lama di suhu ruang, sehingga menyebabkan keracunan scombroid.

Belum lama ini terdapat kasus keracunan dikarenakan konsumsi ikan cakalang. Ikan cakalang adalah keluarga Scombridae, yang mengandung histidin (asam amino) yang tinggi. Jika tidak langsung disimpan dengan benar akan terjadi pengubahan histidin menjadi bersifat racun. Menurut penelitian terbaru pada tahun 2022 dalam Jurnal Analisis Kesehatan Sains, ikan cakalang yang terpapar suhu ruang menunjukkan peningkatan kadar histamin.

Telur dan daging ayam

Telur mentah atau setengah matang bisa terkontaminasi bakteri Salmonella. Begitu pula dengan daging ayam yang kurang matang berisiko membawa Campylobacter. Kedua bakteri ini sering menjadi penyebab utama kasus diare dan keracunan pangan.

Daging sapi dan produk olahan daging

Produk daging giling, sosis, atau daging mentah bisa tercemar Escherichia coli (E. coli) strain berbahaya. Jika masuk ke tubuh, bakteri ini bisa menimbulkan diare berdarah hingga komplikasi serius seperti gagal ginjal (hemolytic uremic syndrome).

Susu dan produk susu mentah

Mengonsumsi susu segar yang belum dipasteurisasi meningkatkan risiko infeksi Listeria monocytogenes, Salmonella, dan E. coli. Infeksi Listeria terutama berbahaya bagi ibu hamil, bayi, lansia, dan orang dengan daya tahan tubuh rendah.

Sayur dan buah mentah

Meskipun menyehatkan, sayur dan buah bisa terkontaminasi pestisida, kotoran, atau bakteri dari tanah dan air irigasi. Konsumsi tanpa dicuci bersih dapat menimbulkan masalah pencernaan. Wabah E. coli pada sayuran mentah pernah dilaporkan di berbagai negara, termasuk Jerman pada tahun 2011.

Nasi dan makanan bertepung lain

Nasi yang disimpan terlalu lama di suhu ruang bisa menjadi tempat berkembang biak Bacillus cereus. Spora bakteri ini tahan panas, sehingga meskipun nasi dipanaskan ulang, toksin yang sudah terbentuk bisa tetap menimbulkan mual dan muntah.

Jadi sebenarnya hampir semua bahan makanan berpotensi menyebabkan keracunan kalau cara penanganan, pengolahan, dan penyimpanannya salah. Bedanya, beberapa bahan memang lebih rentan dikarenakan kondisi alaminya (misalnya lebih cepat busuk, mengandung racun alami, atau mudah terkontaminasi).

Mengapa Makanan Bisa Menjadi Berbahaya?

Keracunan makanan umumnya disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) atau racun yang diproduksi dalam makanan. Faktor penyebab utamanya antara lain:

Suhu penyimpanan tidak tepat

Jurnal Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety menunjukkan bahwa bakteri berkembang sangat cepat di suhu ruang (5-60 derajat celcius), yang dikenal sebagai “danger zone”. Pada suhu ini, mikroba bisa menggandakan diri dalam hitungan menit.

Hal itu juga disinggung ahli gizi masyarakat dr Tan Shot Yen dalam rapat audiensi dengan Komisi IX DPR RI, Senin (22/9/2025). Saat membahas beberapa kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) belakangan ini, dr Tan menyinggung penyimpanan makanan tanpa pemanas.

“Suhu ruangan 5-60 derajat Celsius adalah suhu kritis. Jadi tidak heran makanan bisa basi, ditumbuhi jamur, maupun bakteri jika dibiarkan terlalu lama,” terangnya.

Kontaminasi silang

Dikutip dari Jurnal Teknologi tahun 2015, peralatan masak yang dipakai bergantian untuk bahan mentah dan matang berisiko memindahkan patogen.

Higiene tidak terjaga

Tangan yang tidak dicuci sebelum mengolah makanan dan tempat atau lokasi mengolah makanan yang kurang bersih bisa membawa kuman masuk ke bahan makanan.

Proses memasak tidak sempurna

Daging atau telur setengah matang tidak cukup panas untuk membunuh bakteri berbahaya.

Solusi Sederhana Mencegah Keracunan Makanan

Beberapa makanan favorit sehari-hari ternyata bisa jadi sumber masalah kesehatan kalau nggak diolah dengan benar. Contohnya telur. Telur yang dikonsumsi setengah matang bisa membawa bakteri Salmonella yang bikin mual hingga diare. Supaya aman, telur sebaiknya dimasak sampai matang sempurna. Jika telur tidak langsung dimakan, boleh disimpan terlebih dahulu di kulkas. Perlu diperhatikan juga telur retak atau kotor sebaiknya langsung disingkirkan.

Hal yang sama juga berlaku pada daging dan ayam mentah. Bahan makanan ini rentan terkontaminasi bakteri seperti E. coli dan Campylobacter. Tips amannya, pastikan daging dimasak hingga suhu dalamnya di atas 75 derajat celcius. Hindari memakai talenan dan pisau yang sama untuk daging mentah dan makanan siap saji agar terhindar dari kontaminasi silang. Letakkan di dalam freezer dengan suhu -18 derajat celcius saat ingin disimpan lama. Menurut Jurnal Meat Science, penyimpanan beku pada suhu yang stabil dapat menekan tumbuhnya bakteri.

Seafood seperti ikan, udang, dan kerang bisa membawa bakteri Vibrio atau bahkan menghasilkan racun alami kalau sudah tidak segar. Jadi, pilih yang masih berbau segar dan teksturnya kenyal, lalu masak hingga matang. Konsumsi kerang mentah sebaiknya dihindari.

Susu, pilihlah yang sudah dipasteurisasi. Kalau beli susu segar, rebus dulu hingga mendidih sebelum diminum, agar bakteri berbahaya mati.

Pada sayuran mentah, penyimpanan juga perlu diperhatikan. Meski terlihat segar, bisa saja terdapat bakteri atau sisa pestisida. Paling aman, cuci di bawah air mengalir, lalu rendam sebentar dengan larutan garam atau baking soda. Simpan di kulkas supaya tetap segar. Sementara itu, nasi sisa jangan dibiarkan lebih dari dua jam di suhu ruang. Jika ingin dimakan lagi, simpan dulu di dalam kulkas atau biarkan panas di dalam rice cooker. Dalam studi ilmiah terbaru tahun 2024, Journal of Microbiology, Biotechnology and Food Sciences, penyimpanan nasi pada suhu ruang dapat meningkatkan perkembangan Bacillus Cereus dan penyimpanan dingin sekitar 4°C dapat menghambat pertumbuhannya. Hal ini penting untuk mencegah pertumbuhan Bacillus cereus yang dapat menyebabkan perut mulas.

Kasus keracunan makanan yang masih tinggi menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran masyarakat soal keamanan pangan. Menjadi konsumen cerdas bukan hanya soal memilih bahan makanan segar, tapi juga memperhatikan cara menyimpan dan mengolahnya. Ingat, makanan yang tampak biasa aman bisa jadi berbahaya kalau tidak ditangani dengan benar. Dengan langkah sederhana tadi, makanan yang rawan keracunan tetap bisa aman dikonsumsi. Kuncinya ada di cara memilih, mengolah, dan menyimpan makanan agar tidak menjadi sarang bakteri penyebab penyakit.

(mal/up)

Sumber : health.detik.com

Alhamdulillah sehat wal afiyat اللهم صل على رسول الله محمد
image : unsplash.com / Jonas Weckschmied

Awas! 3 Minuman Ini Menyegarkan, Tapi Bisa Merusak Ginjal kalau Berlebihan


Jakarta

Cuaca panas ekstrem yang melanda beberapa wilayah Indonesia akhir-akhir ini membuat banyak orang jadi lebih sering mencari minuman segar. Suhu yang bisa menembus 35 derajat Celcius bikin tubuh cepat haus dan kehilangan cairan. Tak heran, minuman dingin seperti minuman bersoda, kopi susu kekinian, hingga jus buah kemasan jadi pilihan instan untuk menghilangkan dahaga.

Namun, di balik sensasi segarnya, tidak semua minuman baik untuk dikonsumsi terlalu sering, apalagi saat cuaca panas. Di saat tubuh kekurangan cairan, ginjal harus bekerja lebih keras untuk menyaring sisa metabolisme dan menjaga keseimbangan elektrolit. Jika kondisi ini diperparah dengan asupan minuman tinggi gula, kafein, atau zat aditif, beban ginjal bisa meningkat dan dalam jangka panjang memicu gangguan fungsi.

Beberapa jenis minuman bahkan diam-diam bisa mempercepat kerusakan ginjal bila diminum berlebihan. Yuk, kenali jenis-jenis minuman yang sebaiknya dibatasi agar ginjal tetap sehat, terutama di tengah cuaca panas seperti sekarang.


1. Minuman Bersoda

Segelas soda memang terasa menyegarkan, apalagi saat cuaca panas yang terjadi belakangan ini. Namun dibalik rasanya yang manis dan segar, soda termasuk salah satu minuman yang paling berisiko bagi ginjal. Kandungan gula dan asam fosfat yang tinggi di dalamnya dapat memicu resistensi insulin dan meningkatkan kadar asam urat yang bisa menjadi batu ginjal. Dua hal ini yang berperan besar dalam penurunan fungsi ginjal.

Penelitian di Clinical Journal of the American Society of Nephrology tahun 2019 menemukan bahwa konsumsi rutin minuman tinggi gula meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis. Jenis minuman bersoda berwarna gelap juga mengandung asam fosfat yang dapat mengganggu keseimbangan mineral tubuh dan menyebabkan batu ginjal.

Untuk alternatif yang lebih aman, coba pilih infused water dengan potongan lemon atau mentimun. Sensasi segarnya tetap ada, tanpa tambahan gula dan fosfat.

2. Minuman Energi dan Minuman Berkafein

Minuman energi sering dijadikan pilihan bagi yang sedang butuh dorongan tenaga instan. Tapi terlalu sering mengonsumsinya bisa membuat organ ginjal kelelahan. Kombinasi gula, kafein, dan zat aditif di dalamnya meningkatkan risiko dehidrasi dan gangguan elektrolit.

Kafein sendiri bersifat diuretik, sehingga membuat tubuh lebih sering buang air kecil. Jika cairan yang keluar tidak diganti dengan konsumsi cukup air putih, ginjal menjadi kekurangan cairan dan kesulitan membuang racun dengan optimal. Kondisi ini bisa memicu batu ginjal dalam jangka panjang.

Kopi juga aman dikonsumsi asal dalam batas wajar. Dua gelas per hari masih dianggap normal, tetapi jika sudah lebih dari lima, efek kafein dapat meningkatkan tekanan darah dan membebani aliran darah menuju ginjal.

3. Jus Buah Kemasan/Minuman Rasa Buah

Jus buah memang menyehatkan, tapi tidak semua jus dibuat sama. Banyak produk kemasan yang ternyata mengandung lebih banyak gula daripada sari buah. Satu kemasan jus bisa mengandung hingga 30 gram gula tambahan, jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar gula darah secara cepat dan membebani ginjal.

Beberapa jenis jus seperti cranberry dan grapefruit juga tinggi oksalat, senyawa yang dapat memicu pembentukan batu ginjal. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Nutrients tahun 2020 mencatat bahwa asupan tinggi oksalat tanpa cukup cairan bisa menggandakan risiko mengidap batu ginjal.

Pilih jus segar tanpa gula tambahan atau, lebih baik lagi, konsumsi buah utuh agar seratnya membantu menstabilkan kadar gula darah.

Tips Menjaga Ginjal

Menjaga ginjal tetap sehat sebenarnya tidak rumit. Kuncinya ada pada keseimbangan asupan cairan dan kebiasaan minum yang bijak. Berikut beberapa hal sederhana yang bisa diterapkan setiap hari:

1. Utamakan air putih

Air putih tetap menjadi pilihan terbaik untuk menjaga ginjal bekerja optimal. Idealnya 6-8 gelas per hari, tapi kebutuhan ini bisa berbeda tergantung aktivitas dan kondisi tubuh. Saat cuaca panas atau banyak berkeringat, tubuh butuh lebih banyak cairan. Air membantu ginjal mengencerkan urine dan mencegah penumpukan mineral yang bisa membentuk batu ginjal.

2. Batasi minuman manis dan tinggi kafein

Minuman tinggi gula dan kafein memang memberi sensasi boost energi sesaat, tapi jika berlebihan, justru membuat ginjal bekerja lebih keras. Kelebihan gula bisa mempercepat resistensi insulin, sementara kafein yang terlalu tinggi dapat meningkatkan tekanan darah. Batasi konsumsi maksimal dua gelas kopi per hari, dan hindari menambahkan gula atau krimer berlebihan.

3. Perhatikan warna urine

Cara sederhana untuk menilai apakah tubuh cukup cairan adalah dengan memperhatikan warna urine. Jika berwarna bening atau kuning muda, artinya hidrasi cukup. Tapi kalau warnanya pekat dan berbau tajam, itu tanda tubuh kekurangan cairan.

4. Pilih minuman alami untuk variasi

Sesekali boleh menikmati teh herbal tanpa gula, air kelapa segar, atau infused water. Teh herbal mengandung antioksidan yang baik untuk tubuh, sedangkan air kelapa membantu menggantikan elektrolit alami tanpa adanya bahan kimia.

5. Hindari kebiasaan menahan haus

Beberapa orang menunda minum karena sibuk atau malas ke toilet. Padahal, menahan haus membuat konsentrasi zat sisa hasil metabolisme tubuh dalam darah meningkat dan ginjal harus bekerja ekstra keras untuk membuangnya. Biasakan juga minum sedikit demi sedikit sepanjang hari, bukan sekaligus dalam jumlah banyak.

6. Waspadai obat dan suplemen tertentu

Beberapa suplemen atau obat herbal bisa meningkatkan beban ginjal jika dikonsumsi tanpa pengawasan dokter, terutama yang mengandung protein tinggi atau zat kimia sintetis. Selalu baca label dan konsultasikan dulu sebelum dikonsumsi secara rutin.

Dengan langkah sederhana ini, ginjal bisa tetap bekerja optimal tanpa harus dibebani oleh kebiasaan minum yang salah.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

Mengenal Senyawa Nitrit, Pemicu Keracunan MBG di Bandung Barat


Jakarta

Kasus keracunan massal yang menimpa 1.315 siswa di Bandung Barat bikin geger publik. Dari hasil investigasi Badan Gizi Nasional (BGN), ditemukan kadar nitrit yang sangat tinggi pada hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disantap para siswa.

Senyawa ini ditemukan terutama pada sampel melon dan lotek, dengan kadar mencapai 3,91 mg/L dan 3,54 mg/L. Padahal menurut US Environmental Protection Agency (EPA), batas aman nitrit dalam minuman hanya 1 mg/L. Artinya, kadar dalam sampel makanan itu nyaris empat kali lipat dari batas maksimum yang disarankan.

Temuan ini memunculkan pertanyaan besar: sebenarnya seberapa berbahaya nitrit bagi tubuh, dan dari mana zat ini bisa muncul dalam makanan?


Apa Itu Nitrit dan Kenapa Bisa Berbahaya?

Nitrit adalah senyawa kimia turunan nitrogen yang sering terbentuk dari hasil reduksi nitrat yaitu senyawa yang banyak ditemukan di tanah, air, dan tanaman. Dalam kondisi tertentu, seperti penyimpanan yang tidak higienis atau pengolahan yang kurang tepat, nitrat bisa berubah menjadi nitrit akibat aktivitas bakteri.

Selain muncul secara alami, nitrit juga sengaja ditambahkan dalam industri pangan sebagai bahan pengawet, terutama pada produk seperti sosis, kornet, ham, dan daging asap. Tujuannya adalah untuk mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya dan menjaga warna serta rasa daging tetap menarik.

Namun, jika kadarnya berlebihan, nitrit bisa berbalik jadi racun. Dalam tubuh, nitrit mampu mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin, yaitu bentuk hemoglobin yang tidak bisa mengikat oksigen dengan baik. Kondisi ini disebut methemoglobinemia dan bisa membuat tubuh kekurangan oksigen.

Dalam jangka panjang, nitrit juga bisa membentuk nitrosamin yaitu senyawa yang bersifat karsinogenik atau pemicu kanker, terutama jika makanan yang mengandung nitrit dipanaskan berulang kali atau dibakar pada suhu tinggi.

Sumber Nitrit dan Makanan yang Mudah Tercemar

Senyawa nitrit memang bisa terbentuk secara alami di beberapa jenis makanan, terutama dari bahan yang mengandung nitrat tinggi. Tapi, ada juga pangan yang rawan mengalami cemaran nitrit tambahan akibat proses pengolahan, penyimpanan, atau kontaminasi mikroba.

Menurut beberapa penelitian, nitrit bisa berasal dari banyak sumber, baik alami maupun akibat kontaminasi. Ini beberapa di antaranya:

1. Daging olahan dan produk pengawet

Penelitian dari Jurnal Food Additives & contaminants, tahun 2020 menunjukkan bahwa nitrit digunakan sebagai bahan tambahan untuk mencegah bakteri dan menjaga warna daging tetap merah muda. Karena itu, sosis, bacon, atau kornet bisa mengandung nitrit dalam batas tertentu.

2. Sayuran berdaun hijau seperti bayam, selada, dan sawi

Sayuran ini kaya nitrat secara alami. Dalam kondisi penyimpanan yang lembab atau tidak higienis, bakteri di permukaan daun bisa mengubah nitrat menjadi nitrit. Menurut penelitian, kadar nitrit meningkat signifikan bila sayur disimpan lebih dari 48 jam pada suhu ruang.

3. Buah-buahan seperti melon dan semangka

Meski jarang disangka, buah berair juga bisa jadi media tumbuh bakteri pengubah nitrat menjadi nitrit, terutama bila sudah dikupas, dipotong, lalu dibiarkan terbuka terlalu lama. Hal inilah yang juga ditemukan pada kasus Bandung Barat, di mana sisa buah melon mengandung nitrit tinggi.

4. Air yang terkontaminasi

Menurut Journal Water and Health tahun 2023, Air tanah atau sumur di area pertanian kadang mengandung nitrat tinggi dari pupuk. Bila air ini digunakan mencuci atau memasak makanan tanpa pengolahan memadai, nitrit bisa ikut masuk ke dalam tubuh.

5. Penyimpanan dan kontaminasi silang

Kondisi dapur yang lembab, suhu ruang tinggi, serta alat masak yang tidak bersih bisa mempercepat konversi nitrat menjadi nitrit.

Gejala Keracunan Nitrit, Tidak Selalu Diare

Gejala yang muncul akibat keracunan nitrit bisa berbeda dari keracunan makanan biasa. Dalam kasus Bandung Barat, sebagian besar siswa justru mengalami mual, muntah, dan nyeri lambung dibandingkan diare.

“Sekitar 36 persen korban mengalami gangguan di saluran cerna bagian atas, sementara diare hanya 3 persen,” jelas Ketua Tim Investigasi Independen BGN, Dra Karimah Muhammad Apt.

Selain itu, gejala pusing dan kepala terasa ringan juga banyak dilaporkan. Hal ini disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah akibat paparan nitrit. Sekitar 29 persen korban mengalami gejala ini.

Dalam beberapa kasus, lemas dan sesak napas juga bisa muncul karena kadar oksigen di darah menurun. Ini terjadi saat nitrit mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin. Gejala beratnya bisa berupa kulit kebiruan, jari-jari terasa kram, bahkan penurunan kesadaran.

Penanganan Keracunan Nitrit: Fokus pada Oksigen dan Cairan Tubuh

Meski terdengar menakutkan, sebagian besar kasus keracunan nitrit bisa ditangani dengan baik jika segera mendapat pertolongan medis.

Menurut laporan BGN, 93 persen korban di Bandung Barat langsung diperbolehkan pulang setelah mendapat observasi dan obat oral, seperti paracetamol, ondansetron, atau omeprazol. Hanya 7 persen yang perlu rawat inap untuk infus cairan dan observasi lanjutan.

Penanganan medis umumnya meliputi:

  • Pemberian oksigen bagi pasien yang tampak sesak atau kadar oksigennya turun.
  • Terapi cairan intravena (seperti Ringer Laktat atau Dextrose) untuk menjaga keseimbangan tubuh.
  • Methylene blue dapat diberikan pada kasus berat yang disertai methemoglobinemia, di bawah pengawasan dokter.
  • Jika gejala ringan, seperti mual atau nyeri lambung, cukup diberikan terapi suportif dan observasi ketat.

Bisa Ditangani, Asal Pengolahan Pangan Tepat

Kasus ini jadi pengingat penting bahwa sumber keracunan makanan tak selalu berasal dari bakteri. Senyawa kimia seperti nitrit pun dapat menjadi penyebab serius.

Agar hal serupa tidak terulang, berikut langkah pencegahan yang disarankan menurut beberapa penelitian:

  • Pastikan bahan makanan disimpan dalam suhu dingin dan tidak terlalu lama sebelum diolah.
  • Gunakan air bersih yang sudah melalui proses filtrasi atau perebusan.
  • Hindari penggunaan bahan pengawet nitrit berlebihan pada produk olahan.
  • Perhatikan kebersihan alat masak dan hindari kontaminasi silang.
  • Terapkan sistem keamanan pangan seperti HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) di dapur sekolah, katering, atau penyedia makanan massal.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

4 Makanan-Minuman Ini Dipercaya Bisa Atasi Keracunan, Faktanya Belum Ada Bukti Ilmiah


Jakarta

Kasus keracunan makanan kembali menjadi sorotan di Indonesia. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sepanjang tahun 2025 sempat diwarnai sejumlah kasus keracunan di berbagai daerah. Menurut laporan Badan Gizi Nasional (BGN), hingga September 2025 sudah tercatat lebih dari 4.700 penerima manfaat mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan MBG. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut faktor penyebab utamanya antara lain kualitas bahan mentah yang kurang baik, penyimpanan makanan di suhu yang tidak aman, serta proses pengolahan yang tidak sesuai standar.

Kejadian ini memicu keresahan publik. Tak sedikit yang kemudian mencari cara cepat untuk mengatasi keracunan makanan, misalnya dengan minum air kelapa, makan kacang hijau, minum susu, hingga ramuan jahe madu. Informasi semacam ini cepat menyebar dan banyak dipercaya, seolah bisa menjadi solusi darurat di rumah.

Namun, apakah benar makanan dan minuman tersebut mampu mencegah atau mengatasi keracunan makanan? Berikut ini ulasannya.


1. Air Kelapa

Air kelapa merupakan minuman yang paling sering didengar dapat mengatasi keracunan makanan. Faktanya, air kelapa tidak mampu mengatasi atau menyembuhkan keracunan makanan secara langsung.

Air kelapa dikenal sebagai minuman alami yang menyegarkan dan membantu mengembalikan cairan tubuh. Kandungan elektrolit seperti kalium dan natrium bermanfaat menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat muntah atau diare.

Memang ada studi yang menemukan air kelapa memiliki sifat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare yaitu Shigella sp., tetapi belum ada penelitian lanjut apakah efektif membunuh bakteri yang sudah berlimpah di saluran pencernaan atau mengatasi toksin yang dikeluarkan oleh bakteri.

Klaim bahwa air kelapa bisa menetralisir racun secara langsung belum terbukti dalam penelitian klinis. Jadi, air kelapa lebih tepat dipandang sebagai minuman pendukung hidrasi, bukan untuk mengatasi keracunan makanan.

2. Jahe + Madu

Ramuan jahe madu kerap digunakan secara tradisional untuk “mengobati keracunan. Faktanya, jahe memang terbukti efektif mengurangi mual dan muntah. Sebuah meta-analisis pada International Journal of Food Science and Nutrition tahun 2024 menyimpulkan konsumsi jahe dapat meredakan mual dan muntah. Sedangkan, madu mengandung antioksidan alami dan dapat memberikan energi yang cepat, karena biasanya orang yang keracunan makanan mengalami lemas.

Meski bermanfaat, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan jahe dan madu bisa mengikat atau menetralisir racun dalam tubuh. Ramuan ini lebih tepat digunakan sebagai pereda gejala, misalnya mengurangi rasa mual saat keracunan, tetapi tidak bisa dianggap sebagai penangkal keracunan makanan.

3. Susu

Ada anggapan bahwa susu dapat membantu mengatasi keracunan makanan. Sayangnya, hal ini justru berbahaya dalam beberapa kasus. Pemberian susu pada keracunan makanan tertentu malah bisa memperburuk kondisi, misalnya mempercepat penyerapan zat toksin dari bakteri atau malah mempercepat pertumbuhan bakteri.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laktosa yang terkandung di dalam susu dapat digunakan oleh bakteri sebagai sumber energi. Jadi, kalau sudah keracunan makanan, ada indikasi kuat disebabkan oleh bakteri. Jika diatasi dengan minum susu, malah akan memungkinkan bakteri jahat berkembang lebih banyak di dalam saluran pencernaan.

4. Kacang Hijau

Kacang hijau kaya protein nabati, vitamin, mineral, dan antioksidan. Beberapa orang percaya bubur kacang hijau dapat menetralkan racun dalam tubuh. Faktanya, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan kacang hijau bisa mengikat racun dari makanan.

Kandungan serat dan antioksidannya memang mendukung kesehatan pencernaan dan sistem imun, tetapi tidak berfungsi sebagai penawar keracunan yang disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Jadi, Apa yang Harus Dilakukan?

Dari berbagai pilihan makanan dan minuman yang beredar, belum ada satupun yang terbukti secara ilmiah mampu menangkal atau menyembuhkan keracunan makanan. Klaim tersebut sebagian besar adalah mitos.

Yang dapat dilakukan ketika terjadi keracunan adalah:

  • Menjaga asupan cairan untuk mencegah dehidrasi (misalnya dengan air putih atau oralit).
  • Menghindari makanan dan minuman yang justru bisa memperparah kondisi.
  • Segera mencari pertolongan medis bila gejala berat muncul, seperti muntah hebat, diare terus-menerus, atau demam tinggi.

Kasus keracunan massal, termasuk dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), menunjukkan bahwa keamanan pangan adalah isu krusial yang harus mendapat perhatian serius. Dengan memahami fakta ini, kita dapat lebih bijak dalam memilah informasi. Alih-alih bergantung pada makanan atau minuman yang dapat menyembuhkan keracunan makanan yang belum terbukti, langkah yang lebih bijak adalah segera mencari pertolongan medis jika gejala keracunan muncul.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

Keracunan MBG Jadi Sorotan, 5 Bakteri Ini Bisa Jadi Pemicu


Jakarta

Kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) belakangan ini ramai jadi sorotan. Program yang dimaksudkan untuk memperbaiki status gizi anak sekolah justru berbalik menimbulkan masalah kesehatan. Ribuan siswa di beberapa daerah mengalami gejala mual, muntah, hingga diare setelah menyantap makanan yang seharusnya menyehatkan.

Angkanya pun tidak sedikit. Data terbaru dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menunjukkan, hanya dalam dua pekan terakhir, sebanyak 3.289 anak mengalami keracunan makanan. Sejak program MBG berjalan sampai saat ini, sudah 8.649 anak yang dilaporkan mengalami keracunan makanan.

Fenomena ini jadi pengingat penting bahwa makanan bergizi tidak cukup hanya kaya nutrisi. Jika tidak higienis dan aman dari bakteri, ia bisa berubah menjadi sumber penyakit. Lalu, bakteri apa saja yang paling sering jadi biang kerok keracunan makanan?


1. Bacillus cereus

Nama bakteri ini sering dikaitkan dengan istilah “fried rice syndrome“. Sesuai namanya, kasus banyak ditemukan pada nasi goreng, mi, atau makanan kotak yang dibiarkan terlalu lama di suhu ruang. Kasus terbaru yang disebabkan oleh bakteri ini terjadi di Kabupaten Bandung Barat sebanyak 1.333 orang lebih.

Sebuah buku yang terbit tahun 2023 pada National Library of Medicine mengungkapkan bahwa B. cereus menghasilkan dua tipe racun, yang pertama memicu muntah cepat dan yang kedua menimbulkan diare. Gejala muntah bisa muncul hanya 30 menit setelah makan, sementara gejala diare biasanya baru terasa 6-15 jam kemudian. Meski jarang berakibat fatal, keracunan ini sering membuat pasien lemas seharian.

2. Salmonella

Bakteri ini mungkin yang paling sering terdengar. Bakteri ini sering ditemukan pada telur, ayam, daging, serta produk susu. Kontaminasi Salmonella bisa terjadi sejak di peternakan, proses pengolahan, hingga penyajian.

Menurut World Health Organization (WHO), gejala biasanya timbul 6-72 jam setelah konsumsi. Pasien mengalami diare, demam, kram perut, mual, dan muntah. Pada kebanyakan orang, gejala berlangsung 2-7 hari, tetapi bisa lebih berat pada anak kecil atau lansia.

3. Staphylococcus aureus

Bakteri ini hidup alami pada kulit dan saluran pernapasan manusia. Saat orang yang sedang menyiapkan makanan tidak mencuci tangan atau memiliki luka terbuka, S. aureus bisa masuk ke makanan. Bahayanya, bakteri ini menghasilkan enterotoksin yang tahan panas. Sekalipun makanan sudah dimasak, racunnya tetap bisa memicu keracunan.

Gejala biasanya muncul sangat cepat, mulai dari 30 menit hingga 8 jam setelah konsumsi. Pasien mengalami mual, muntah hebat, kram perut, dan diare. Walau umumnya berlangsung singkat, keracunan ini bisa berbahaya pada anak-anak maupun lansia.

4. Eschericia coli

Tidak semua E. coli berbahaya, tapi ada strain ganas seperti Shiga toxin-producing E. coli (STEC). Strain ini dapat merusak lapisan usus dan menimbulkan komplikasi serius.

Data dari WHO menemukan bahwa gejala khasnya adalah diare berdarah, kram perut hebat, muntah, dan demam ringan. Masa inkubasi lebih lama dibanding bakteri lain, yakni 2-5 hari setelah makan makanan terkontaminasi. Pada kasus berat, terutama anak-anak, infeksi dapat berujung pada sindrom gagal ginjal atau hemolytic uremic syndrome (HUS).

Daging sapi giling setengah matang, susu mentah, sayuran segar yang tercemar kotoran hewan, hingga air minum yang tidak layak sering jadi media penularannya.

5. Clostridium perfringens

Pernah dengar istilah “food service germ“? Julukan ini melekat pada C. perfringens karena sering muncul di makanan yang disajikan massal. Bakteri ini mudah berkembang biak pada daging, ayam, atau saus yang dimasak banyak lalu dibiarkan di suhu ruang terlalu lama.

Pada penelitian dalam jurnal Animals tahun 2020, spora C. perfringens tahan panas, jadi tidak mati saat dimasak. Begitu kondisi memungkinkan, spora kembali aktif dan melepaskan racun di usus. Akibatnya, diare dan kram perut muncul 6-24 jam setelah makan. Walau biasanya sembuh dalam 1-2 hari, pada orang dengan daya tahan tubuh lemah, gejalanya bisa lebih parah.

Kesimpulan

Maraknya kasus keracunan MBG menunjukkan bahwa keamanan pangan tidak bisa dipandang sebelah mata. Lima bakteri utama yang sering menjadi penyebab – Bacillus cereus, Escherichia coli, Salmonella, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens – punya potensi besar menimbulkan masalah, terutama saat makanan disiapkan massal tanpa standar ketat.

Program Makan Bergizi Gratis memang bermanfaat. Tapi tanpa pengawasan yang baik, ia justru bisa berbalik menjadi ancaman kesehatan bagi anak sekolah. Nutrisi penting, tapi keamanan pangan adalah pondasi yang tak kalah krusial.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

Anemia Berat gara-gara Matcha, Mungkinkah? Sebuah Pengingat untuk Gen-Z


Jakarta

Matcha memang tengah banyak digemari, khususnya di kalangan Gen-Z. Rasanya yang khas, bisa dikreasikan dalam bentuk latte, dessert, hingga camilan, membuat matcha semakin mudah ditemui di kafe-kafe maupun gerai minuman. Popularitasnya juga didorong oleh citra matcha sebagai minuman sehat dengan manfaat untuk jantung, energi, hingga kulit.

Namun, tidak semua orang cocok mengkonsumsi matcha. Seorang wanita asal Maryland, Amerika Serikat, harus dirawat di rumah sakit setelah kecintaannya pada matcha justru menyebabkan ia menderita anemia berat.

Wanita berusia 28 tahun, bernama Lynn Shazeen, sejak bulan Mei rutin minum matcha karena percaya manfaatnya baik untuk jantung dan energi tubuh. Sayangnya, beberapa bulan kemudian ia mulai mengalami gejala kelelahan, gatal, hingga sering kedinginan. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan Shazeen mengalami anemia berat, yang diduga semakin diperparah oleh kebiasaan minumnya.


Efek Minum Matcha Berlebihan

Meski matcha punya manfaat bagi kesehatan, mengkonsumsinya secara berlebihan juga dapat menimbulkan efek samping pada tubuh. Kandungan tanin/katekin di dalam matcha bisa menghambat penyerapan zat besi, sehingga berisiko memicu anemia, terutama jika dikonsumsi tiap hari dan berlebihan. Pernyataan ini terbukti di dalam Journal of Nutrition Science.

Dikutip dari Newsweek, seorang pakar kedokteran keluarga Dr Parth Bhavsar menegaskan kandungan tersebut dapat mengikat zat besi yang terkandung di dalam makanan.

“Matcha adalah teh hijau bubuk yang mengandung polifenol, yang pada dasarnya mengikat zat besi di usus dan menghambat penyerapannya,” jelas Dr Bhavsar.

Selain itu, masih menurut Dr Bhavsar, kandungan kafein yang ada di dalam matcha saat diminum berlebihan, efeknya bisa menimbulkan gangguan tidur, cemas, jantung berdebar, hingga sakit perut. Pada sebagian orang, matcha berlebihan juga bisa menyebabkan sakit kepala atau rasa gelisah, bahkan menyebabkan alergi.

Batas Aman Konsumsi Matcha

Meski kaya manfaat, matcha memang sebaiknya tidak diminum berlebihan. Menurut para ahli gizi, konsumsi matcha idealnya dibatasi satu sampai dua cangkir per hari, atau sekitar dua sampai empat gram bubuk matcha. Jumlah ini sudah cukup untuk mendapatkan manfaat antioksidan tanpa mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh.

Ketika matcha tidak diminum berlebihan, maka akan memberikan efek kesehatan yang luar biasa. Dikutip dari Health Shots manfaat kesehatan saat mengkonsumsi matcha antara lain mengatasi radikal bebas penyebab stres oksidatif, mendukung saluran cerna yang sehat, menurunkan berat badan dengan meningkatkan metabolisme, meningkatkan fokus, dan detoksifikasi racun dalam tubuh.

Penyebab Lain Lynn Shazeen Terkena Anemia

Menurut pengakuannya, Lynn Shazeen hanya mengkonsumsi matcha dua sampai tiga kali seminggu, yang seharusnya tidak tiap hari mengonsumsi matcha. Tidak disebutkan berapa banyak tiap kali minum matcha, sehingga ada kemungkinan faktor lain yang menyebabkan dia menderita anemia berat.

Beberapa kemungkinan penyebabnya antara lain:

  • Kurang asupan sumber zat besi dari makanan, misalnya jarang mengkonsumsi daging merah, hati, bayam, atau kacang-kacangan.
  • Minum matcha berdekatan dengan waktu makan juga dapat mempengaruhi penyerapan kandungan zat besi yang ada di dalam makanan yang baru saja dikonsumsi.

Shazeen memiliki kebiasaan minum minuman sumber anti-inflamasi setiap hari untuk detoksifikasi, terlihat di video-video yang dia bagikan di akun media sosialnya. Minuman anti-inflamasi biasanya mengandung polifenol dan menurut beberapa penelitian polifenol dapat mengganggu penyerapan zat besi, sehingga ada kemungkinan minuman yang bertujuan sebagai detoksifikasi tubuh tersebut mengandung zat atau senyawa yang juga menghambat penyerapan zat besi.

Shazeen termasuk ke dalam kelompok usia wanita subur, sehingga berisiko lebih tinggi mengalami anemia. Ada kemungkinan dia mengalami menstruasi berat, yang bisa mengurangi cadangan zat besi lebih cepat. Di antaranya:

  • Kurangnya asupan vitamin pendukung, seperti vitamin B12 dan folat yang penting untuk pembentukan sel darah merah.
  • Riwayat medis tertentu, seperti gangguan pencernaan (misalnya gastritis, celiac disease, atau infeksi) yang menghambat penyerapan zat besi.

Riwayat pemeriksaan darah yang dia bagikan di dalam video di akun tiktok miliknya menunjukkan kadar iron saturation dan kadar hemoglobin miliknya sebelum minum matcha masing-masing 23 (normal: 20-45) dan 12,8 (normal: 12-15,5). Dilihat dari data tersebut, Shazeen memang dinilai tidak anemia, tetapi kadar iron saturation dan hemoglobin-nya mendekati kategori angka yang rendah.

Matcha Tetap Aman Asal…

Meski pengalaman Shazeen cukup mengejutkan, konsumsi matcha sebenarnya relatif aman bagi orang sehat. Kuncinya adalah memperhatikan jumlah dan waktu minum:

  • Hindari minum matcha berdekatan dengan waktu makan
  • Kombinasikan dengan makanan kaya zat besi (daging merah, bayam, kacang-kacangan)
  • Tambahkan sumber vitamin C (jeruk, stroberi, tomat) untuk membantu meningkatkan penyerapan zat besi
  • Tidak berlebihan, cukup satu sampai dua cangkir per hari

Dengan cara ini, manfaat matcha sebagai minuman sehat tetap bisa didapatkan tanpa menimbulkan efek buruk bagi kesehatan tubuh.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

5 Minuman Diet Intermittent Fasting Selain Air Putih

Jakarta

Intermittent fasting atau puasa intermiten menjadi diet yang populer bagi dipilih oleh banyak orang yang mau meningkatkan berat badan. Salah satu cara yang dilakukan adalah metode 16/8 di mana puasa dilakukan selama 16 jam dan makan dalam rentang waktu 8 jam.

Selain itu, ada metode 5:2 yang melibatkan makan teratur selama lima hari dan mengonsumsi kalori minimal dalam dua hari yang tidak berurutan. Selama periode puasa, minuman yang dikonsumsi bisa memengaruhi efektivitas puasa secara signifikan. Jadi, penting untuk memilih minuman sehat selama puasa intermiten.

Minuman Sehat untuk Diet Intermittent Fasting

Selain air putih, ada beberapa minuman sehat yang bisa dikonsumsi untuk diet intermittent fasting. Dikutip dari laman Health Shots, berikut di antaranya:


1. Air Lemon

Air lemon merupakan minuman sederhana tapi efektif untuk dinikmati selama diet intermittent. Tambahan irisan lemon atau sedikit perasan air lemon ke dalam air bisa meningkatkan rasa dan memberi manfaat vitamin C, sehingga bisa mendukung fungsi kekebalan tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.

Air lemon juga bisa membantu melancarkan pencernaan dan bertindak sebagai diuretik ringan, menjaga tubuh tetap terhidrasi, dan membuang racun. Dalam hal penurunan berat badan dalam puasa intermiten, minum air lemon bisa mengurangi nafsu makan dan asupan kalori. Ingat, jangan gunakan gula atau pemanis tambahan

2. Kopi Hitam

Kopi hitam mengandung kalori minimal, biasanya kurang dari 5 kalori per cangkir dan bisa mendukung proses diet. Kandungan kafein dalam kopi hitam merangsang sistem saraf dan mengirim sinyal untuk memecah lemak. Hal ini ditunjukan dalam sebuah studi dalam Food Science and Biotechnology.

Hal ini bisa membantu meningkatkan metabolisme dan oksidasi lemak, yang bisa meningkatkan manfaat puasa. Jangan menambahkan gula, krim, atau susu pada kopi karena bisa meningkatkan asupan kalori.

3. Teh Hijau

Seperti kopi hitam, teh hijau juga mengandung kafein, tapi dalam jumlah yang lebih rendah, sehingga bisa memberikan efek stimulan yang lebih ringan. Sebuah studi yang diterbitkan Cochrane Database of Systematic Reviews, teh hijau kaya akan antioksidan yang disebut sebagai katekin.

Teh hijau kaya akan epigallocatechin gallate (EGCG) yang dikaitkan dengan manfaat puasa intermiten, seperti peningkatan metabolisme, sensitivitas insulin, dan pembakaran lemak. Minum teh hijau secara teratur juga terbukti efektif dalam mengurangi peradangan dan meningkatkan kesehatan jantung.

4. Teh Herbal

Kebanyakan teh herbal, seperti peppermint, jahe, atau jambang sepatu biasanya tidak mengandung kafein dan terbukti membantu menurunkan berat badan. Teh herbal juga bisa membantu meredakan gangguan pencernaan dan mual, serta meningkatkan relaksasi. Setiap teh herbal memiliki efek yang berbeda pada tubuh, tapi semuanya menyehatkan dan menenangkan.

5. Air Berkarbonasi

Air soda yang berkarbonasi tapi tidak mengandung kalori merupakan pilihan lain yang cocok dikonsumsi dalam puasa intermiten. Sebuah studi dalam Digestive Disease and Sciences, air soda bisa meningkatkan rasa kenyang, menekan nafsu makan, mengurangi risiko asupan kalori, serta membantu menurunkan berat badan. Pastikan tidak menambahkan gula atau pemanis buatan.

Ditinjau oleh: Mhd. Alrdian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

(elk/kna)



Sumber : health.detik.com

Mau Coba Diet TWS yang Viral? Ini Menu Makan dan Latihannya

Jakarta

Diet TWS adalah singkatan dari “two weeks” diet atau program penurunan berat badan. Tagar #TWSProgram pun sempat heboh di media sosial beberapa waktu lalu.

Hasil diet ini dianggap menawarkan berat badan bak pramugari. Kenali lebih dalam mengenai diet TWS ini yuk!

Kenapa Program Diet TWS Mahal?

Dari catatan detikHealth, alasan program diet TWS mahal adalah karena wajib untuk minum suplemen protein. Itulah yang jadi salah satu alasan yang membuat program diet ini terkenal mahal. Tak heran, jika diet TWS disebut juga sebagai diet sultan.


Pada dasarnya, diet TWS adalah program diet yang menekankan keseimbangan antara asupan nutrisi yang tepat dengan aktivitas fisik yang rutin.

Berikut adalah rekomendasi menu makanan diet TWS:

1. Perbanyak Makan Sayuran Hijau dan Buah

Perbanyak konsumsi sayuran hijau atau suplemen serat. Dilansir MedicineNet, sayuran dan buah kaya akan serat akan membuat kita merasa kenyang lebih lama.

Selain itu, sayuran dan buah juga mengandung banyak vitamin dan mineral yang memberi efek positif bagi tubuh.

2. Makan Sumber Protein

Protein menjadi komponen utama dalam diet TWS, karena protein memberikan rasa kenyang.

Dalam hal ini, tubuh akan mengeluarkan lebih banyak energi untuk mencerna protein daripada karbohidrat. Makannya, tubuh menggunakan lebih banyak kalori untuk mencerna serta menyerap protein. Unggas dan ikan direkomendasikan.

3. Makan Ikan

Telah disinggung sebelumnya bahwa program TWS menekankan pada protein. Maka dari itu konsumsilah ikan, karena merupakan sumber protein yang baik.

Selain itu, ikan juga kaya akan lemak omega-3. Ikan sarden, salmon, dan trout bisa jadi pilihannya.

4. Hindari Makanan Manis

Makanan dan minuman manis sangat berkontribusi pada penambahan berat badan. Alternatifnya, ganti dengan pemanis alami seperti madu atau buah.

5. Kurangi Makan Lemak Jenuh

Lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol dalam darah sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Rata-rata pria tidak boleh mengkonsumsi lemak jenuh sebanyak 30 gram sehari, sedangkan wanita tidak lebih dari 20 gram.

Lemak jenuh ditemukan pada makanan seperti potongan daging merah berlemak, sosis, mentega, keju, krim.

6. Beralih ke Produk Biji-bijian Utuh

Cobalah untuk menghindari produk gandum, karena tubuh mengubah gandum menjadi gula. lebih cepat daripada biji-bijian lainnya. Maka beralihlah ke produk biji-bijian utuh.

7. Konsumsi Cairan yang Cukup

Air jadi salah satu asupan terbaik dalam upaya menurunkan berat badan. Air bermanfaat dalam membantu membersihkan racun dari tubuh dan meningkatkan fungsi saluran pencernaan.

8. Rutin Melakukan Sarapan

Sarapan berperan penting untuk membuat tubuh tetap bugar. Saat sarapan, pilihlah makanan tinggi serat, rendah lemak, gula, dan garam.

9. Kurangi Konsumsi Garam

Kelebihan garam akan menyebabkan retensi air dalam tubuh. Di mana, air membentuk sekitar 55-60 % dari berat tubuh.

Jadi, saat sedang berusaha menurunkan berat badan hindari mengkonsumsi garam selama minggu.

Selain menjaga pola makanan yang sehat, diet TWS perlu dibarengi dengan olahraga. Berikut adalah rekomendasi latihan yang bisa dilakukan saat menjalankan diet TWS:

  • Latihan push up
  • Latihan tuck-ups
  • Skipping (lompat tali).

Perlu diingat, sebelum memutuskan untuk menjalani program diet, kamu mungkin ingin berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui berapa banyak bb yang perlu diturunkan. Ahli yang berkualifikasi akan memberikan cara terbaik untuk mencapainya.

(khq/fds)



Sumber : health.detik.com

Dosen IPB Tegaskan Ikan Hiu Bukan Bahan Pangan yang Aman bagi Anak!



Jakarta

Dosen Program Studi Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi Sekolah Vokasi IPB University, Rosyda Dianah menegaskan bahwa ikan hiu bukanlah bahan pangan yang aman bagi anak-anak. Hal ini diungkapnya usai kasus keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 12 Benua Kayong, Ketapang, Kalimantan Barat.

Rosyda menyebut ikan hiu mengandung logam berat di dalam tubuhnya karena perannya sebagai predator puncak. Untuk itu, daging ikan hiu berbahaya jika dikonsumsi manusia, apalagi anak-anak.

“Hiu adalah predator puncak yang mudah mengakumulasi merkuri, arsenik, dan timbal melalui proses biomagnifikasi. Akumulasi ini menjadikan daging hiu berbahaya jika dikonsumsi manusia,” tutur Rosyda dikutip dari laman resmi IPB University.


Dampak Memakan Daging Ikan Hiu pada Anak

Dalam rantai makanan, ada sebuah proses yang disebut dengan biomagnifikasi atau keadaan ketika konsentrasi zat beracun meningkat. Merkuri yang ada di laut umumnya terserap oleh tumbuhan laut lalu berpindah ikan.

Lantaran hiu adalah predator puncak yang memakan ikan lain, merkuri yang ada di proses sebelumnya akan terkumpul dalam jumlah tinggi di tubuh hiu. Kandungan merkuri pada daging hiu bersifat racun yang dapat menimbulkan mual hingga gangguan saraf serius.

Rosyda menekankan, anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan terhadap efek ini. Oleh karena itu, seharusnya pengolahan daging hiu tidak jadi pilihan pada MBG.

“Kandungan metil merkuri pada hiu bersifat toksik, dapat menimbulkan mual, muntah, sakit kepala, hingga gangguan saraf serius,” jelas Rosyda.

Tidak hanya daging, sirip ikan hiu juga mengandung merkuri dan arsenik dalam kadar tinggi. Paparan arsenik dapat merusak hati, ginjal, kulit, dan paru-paru.

Jenis logam terakhir yang ada di daging hiu adalah timbal. Jika dikonsumsi, timbal bisa menimbulkan gejala kejang, koma, bahkan kematian.

“Pemilihan ikan hiu sebagai bahan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) jelas tidak tepat, apalagi untuk konsumsi anak sekolah,” tegasnya.

Makanan MBG Harus Aman

Tidak sembarangan, penyusunan makanan anak-anak di MBG harus mengikuti konsep B2SA, yakni beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Konsep ini bisa memastikan anak memperoleh energi dan gizi yang cukup tanpa risiko kesehatan.

Bila konsepnya siap diterapkan, Rosyda mengingatkan agar bahan makanan yang dibeli harus bisa diterima anak-anak dengan tetap menyesuaikan kemampuan daya beli masyarakat

Sorot Kebersihan Dapur dan Distribusi Makanan

Hal penting lainnya yang tak luput dari sorotan Rosyda yaitu kebersihan dapur dan distribusi makanan. Ia menekankan, dapur pembuatan MBG harus selalu bersih, bebas kontaminasi, memiliki fasilitas cuci tangan, serta memenuhi standar pengendalian hama.

Sedangkan distribusi makanan MBG ke sekolah diharapkan tepat waktu. Terlambatnya distribusi berpengaruh pada keamanan pangan.

Kasus yang terjadi di Ketapang, baginya merupakan sebuah pembelajaran yang harus diperhatikan. Masyarakat diharapkan lebih berhati-hati dalam memilih serta mengelola pangan.

“Anak-anak tidak boleh dijadikan korban dari kelalaian dalam penyusunan menu dan pengelolaan makanan. Konsep B2SA harus menjadi pedoman utama,” pungkasnya.

(det/twu)



Sumber : www.detik.com

Berapa Menit Gigitan King Cobra Bisa Membunuh Manusia?



Jakarta

Seorang warga Sukabumi ditemukan meninggal dunia dengan bekas gigitan ular di bagian kakinya. Tak jauh dari tempat korban tergeletak, seekor ular king cobra ditemukan dalam kondisi mati dengan kepala tertancap kayu. Sebenarnya, berapa lama gigitan ular king cobra bisa membunuh manusia?

Untuk diketahui, king cobra (Ophiophagus hannah) merupakan hewan berbisa yang tersebar di Afrika, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara. Menurut pakar, ular cobra memiliki hingga 30 spesies.

Salah satu negara yang dikenal memiliki banyak spesies ular cobra yaitu India. Termasuk spesies yang terkenal yakni king cobra India.


Berapa Menit Gigitan King Cobra Bisa Membunuh Manusia?

Mengutip laman University of California San Diego (UCSD), gigitan king cobra yang memiliki racun bisa berakibat fatal dalam waktu 30 menit. Dalam beberapa kasus, dampak fatalnya bisa mengakibatkan manusia dewasa kehilangan nyawa dalam 15 menit.

Secara umum, ular kobra mengeluarkan neurotoksin, sebuah racun yang mengganggu impuls saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan jantung dan paru-paru. Untuk king cobra, rata-rata bisa mengeluarkan bisa berkisar 400-500 mg dalam satu gigitan.

Bisa atau racun king cobra bisa menyebabkan kelumpuhan cepat. Tak lama setelah digigit, fungsi otot manusia bisa berhenti sehingga bisa menghentikan pernapasan dan jantung. Ini yang membuat manusia yang digigit king cobra, tidak bisa bertahan lama.

Gigitan king cobra dan ular berbisa lainnya telah menjadi masalah serius di wilayah tropis seperti Indonesia. Di Amerika Serikat, sekitar lima orang meninggal setiap tahunnya karena gigitan ular berbisa.

Sementara Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan sekitar 81.000 hingga 138.000 orang meninggal setiap tahun di seluruh dunia akibat gigitan ular. Sementara sekitar tiga kali lipat jumlah orang tersebut hidup dengan cacat permanen.

Ular Kobra Cenderung Pemalu

Pakar ular keturunan India-Amerika, Rom Whitaker, mengatakan bahwa spesies ular cobra bukan termasuk yang agresif. Mereka hanya menunjukkan perilaku menyerang ketika terancam dan dalam posisi waspada.

“Kobra adalah ular pemalu, dan meskipun mereka menunjukkan perilaku dramatis ketika terpojok dan waspada, berdiri tegak, membuka tudungnya, dan mendesis keras, ini adalah ketakutan yang nyata, bukan agresi,” jelas Whitaker, dikutip dari CNN.

Secara alami, ular cobra tipe yang ingin dibiarkan sendiri tanpa gangguan. Ular ini juga cenderung menghindari manusia.

Kurator herpetologi dan iktiologi di San Diego Zoo Wildlife Alliance, Kim Gray, bahkan menyebutkan ular cobra tidak suka menggigit manusia. Alasannya karena bisa atau racun mereka sangat berharga.

“Bisa ular sangat berharga, digunakan untuk melumpuhkan mangsa dan memulai proses pencernaan, yang dibutuhkan ular karena ia memakan makanan utuh dan tidak memiliki anggota tubuh untuk membantunya dalam proses ini,” kata Gray.

“Jadi, ular tidak ingin menyia-nyiakan bisanya dengan menggigit dan meracuni semua manusia yang ditemuinya secara sembarangan. Menggigit adalah pilihan terakhir jika tanda-tanda peringatan untuk mundur tidak mempan,” imbuhnya.

Bagaimana Cara Menghadapi Ular Cobra

Untuk menghindari spesies cobra, termasuk king cobra, bersihkan tempat yang berpotensi menarik bagi mereka. Jika itu di alam, maka perhatikan langkah dengan baik terutama ketika di semak-semak dan tanah berdaun.

Sangat penting untuk memperhatikan jalan di tempat yang bisa dihuni ular berbisa. Menurut Gray, pindahlah berjalan ke area yang bebas semak-semak.

“Pindahlah ke area terbuka yang bebas dari semak dan bongkahan batu jika memungkinkan jika Anda berada di luar ruangan,” ujarnya.

Jika sudah telanjur berhadapan dengan ular cobra, maka jangan sekali-kali melawannya. Sebab, mereka akan menganggap manusia sebagai predator yang mengancam.

“Jangan mencoba menahannya, menangkapnya, atau membunuhnya dengan sapu atau sekop atau apa pun,” tegas Gray.

Selama ini, kata Whitaker, kebanyakan kasus gigitan cobra terjadi karena tidak sengaja terinjak atau tersentuh. Karena respons manusia lebih lambat dan cobra sangat cepat, maka yang terjadi akhirnya cobra menggigit manusia.

“Reaksi manusia sangat lambat dibandingkan dengan serangannya, jadi mungkin tak banyak yang bisa kau lakukan – tapi biasanya lintasan gigitan kobra mengarah ke depan dan ke bawah, dan mereka tak bisa mengubah arah di tengah serangan, jadi mungkin gerakan cepat ke samping menjauh dari ular bisa bermanfaat,” paparnya.

Sementara jika sudah tergigit, faktor kesehatan dan kecepatan penanganan menjadi hal yang sangat penting. Termasuk tidak membuat pergerakan tiba-tiba yang bisa membuat aliran darah cepat mengalir.

Menurut Gray, seberusaha mungkin harus tetap tenang dan mencoba tidak menggerakkan anggota tubuh yang digigit. Selain itu, jangan mengikat torniket atau mencoba metode lama ‘potong dan sedot’.

Jika gigitannya berasal dari ular kobra dengan bisa yang benar-benar neurotoksik, biasanya akan dibungkus krep, yang dapat membantu mengurangi penyebaran bisa dari anggota tubuh ke seluruh tubuh melalui kompresi.

“Masalahnya adalah kebanyakan orang tidak tahu jenis ular apa yang menggigit mereka. Dan jika racunnya memiliki sifat hemotoksik, perban dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada manfaatnya, merusak jaringan di sekitar area gigitan,” kata pakar.

(faz/nwk)



Sumber : www.detik.com