All posts by admin

Pemilik Goldar Ini Disebut Lebih Rendah Risikonya Kena Serangan Jantung


Jakarta

Studi ilmiah terus menunjukkan korelasi antara penyakit kardiovaskular dan golongan darah. Individu bergolongan darah O lebih kecil kemungkinannya mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan golongan darah lainnya. Kok bisa begitu?

Golongan Darah dan Penyakit Jantung Koroner

Sebuah studi tahun 2012 yang dipublikasikan dalam Arteriosclerosis, Thrombosis and Vascular Biology, mengungkapkan pembawa darah A, B, atau AB lebih rentan terhadap penyakit jantung koroner, dibandingkan dengan golongan darah O.

Temuan menunjukkan tingkat serangan jantung dan gagal jantung yang lebih tinggi di antara pembawa darah non-O.


Sebaliknya, golongan darah O memiliki efek perlindungan ringan, menurunkan risiko kejadian kardiovaskular yang signifikan. Peningkatan risiko pada golongan darah non-O mungkin terkait dengan kadar faktor pembekuan yang lebih tinggi dan penanda inflamasi tertentu, yang dapat berkontribusi pada penyumbatan arteri dan penyakit jantung seiring waktu.

Selama lebih dari dua dekade, penelitian yang ketat menemukan bahwa individu dengan golongan darah non-O, yakni A, B, dan AB, memiliki risiko yang lebih tinggi sekitar 6-23 persen lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan mereka yang bergolongan darah O.

Dikutip dari Times of India, temuan ini menunjukkan bahwa golongan darah O mungkin memiliki perlindungan kardiovaskular yang cukup. Itu kemungkinan karena kadar faktor pembekuan darah yang lebih rendah, seperti faktor von Willebrand dan faktor VIII, serta dampak positif pada penanda kolesterol dan peradangan.

Secara spesifik, risikonya 11 persen lebih tinggi untuk golongan darah non-O.

Risiko Stroke

Golongan darah juga dikaitkan dengan risiko stroke, terutama pada kasus stroke yang terjadi pada usia dini. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa orang dengan golongan darah A lebih rentan terhadap stroke sebelum berusia 60 tahun.

Individu dengan golongan darah O memiliki risiko yang lebih rendah, dan inilah mengapa golongan darah mungkin menjadi komponen integritas kardiovaskular secara keseluruhan.

Temuan studi tahun 2014, yang dipublikasikan dalam Jurnal Trombosis dan Hemostasis menyelidiki total 646 kasus dan menyimpulkan bahwa pada individu non-diabetes, golongan darah AB memiliki risiko stroke sekitar 1,6 hingga hampir 7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan golongan darah O. Sementara risiko keseluruhan sekitar 1 hingga 3,3 kali lebih tinggi pada seluruh populasi.

Mengetahui Golongan Darah Penting?

Variasi risiko kardiovaskular berdasarkan golongan darah diduga disebabkan oleh variasi peradangan dan pembekuan darah. Individu golongan darah non-O memiliki konsentrasi faktor pembekuan darah, faktor VIII, dan faktor von Willebrand, yang lebih tinggi.

Konsentrasi yang lebih tinggi tersebut berpotensi memicu pembentukan gumpalan darah yang berbahaya. Golongan darah non-O juga memiliki konsentrasi penanda inflamasi yang lebih tinggi, yang berpotensi menyebabkan perkembangan penyakit jantung dalam jangka panjang.

Meskipun golongan darah tidak dapat diubah, mengetahui bahwa golongan darah O memiliki risiko penyakit jantung yang lebih rendah akan memberikan panduan untuk pencegahan dengan penekanan. Pasien dengan golongan darah lain harus menjalani pemeriksaan kardiovaskular yang lebih intensif dan intervensi yang lebih berani terhadap variabel risiko, seperti pola makan, olahraga, dan tekanan darah.

Pasien golongan darah O terbukti memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit jantung dan stroke di awal kehidupan, dibandingkan dengan pasien non-O. Penelitian ilmiah menunjukkan perbedaan faktor pembekuan dan peradangan dapat menjadi penyebab efek perlindungan tersebut.

Memahami hal-hal detail ini dapat membantu tim medis dan pasien dalam membuat keputusan yang lebih tepat terkait pencegahan dan pengobatan kardiovaskular.

(sao/naf)



Sumber : health.detik.com

10 Tes Logika Receh yang Bikin Otak Ngebul, Cuma Si Cerdas yang Lolos


Jakarta

Tebak-tebakan receh mungkin seringkali dianggap sekedar hiburan ringan untuk mngisi waktu senggang. Tapi, di balik kesederhanaannya, tebak-tebakan ini juga bisa menantang cara berpikir cepat dan kreatif.

Ingin menguji seberapa cerdik kamu dalam memecahkan tebak-tebakan receh? Coba jawab 10 pertanyaan berikut ini.


10 Tebak-tebakan Receh

Meski terkesan sederhana, belum tentu kamu bisa menjawab semua tebak-tebakan ini. Jangan dulu lihat jawabannya ya.

1. Jumlahnya tidak tentu, berada di tengah. Kalau mati semua orang banyak bertepuk tangan dan menanyi riang. Siapakah dia?
2. Bisa terbang tapi tidak punya sayap. Bisa menangis tapi tidak memiliki mata. Ke mana pun dia pergi, kegelapan selalu mengikuti. Apakah itu?
3. Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun pada ulang tahun sebelumnya dan akan berusia 14 tahun pada ulang tahun berikutnya. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
4. Lahir dan besar di Arab tapi tidak bisa bahasa Arab, siapakah aku?
5. Hewan apakah yang multitalenta?

6. Saya bersandar di tembok. Punya jarum tapi tidak bisa menjahit. Sekali jalan tidak bisa kembali. Siapakah saya?
7. Berkaki empat, tidak berekor dan suka ‘bernyanyi’ di malam hari. Siapakah saya?
8. Ke mana-mana saya selalu memakai sepatu. Tidak permah dilepas setiap waktu saat bangun atau tidur. Siapakah saya?
9. Dia bukanlah adikku, bukan pula kakakku. Tapi dia juga anak ibuku. Siapakah dia?
10. Kereta listrik bergerak ke arah timur dengan kecepatan 160 km per jam. Ke mana arah asap kereta?

Jawaban Teka-teki Receh

Sudah bisa jawab semua pertanyaannya? Coba buktikan kalau jawabanmu benar.

1. Lilin ulang tahun
2. Awan
3. Hari ini dia berulang tahun ke 13.
4. Unta
5. Ular cobra, sebab banyak ‘bisa’nya

6. Jam dinding

7. Katak
8. Kuda
9. Dia adalah aku
10. Kereta listrik tidak mengeluarkan asap.

(elk/suc)



Sumber : health.detik.com

Psikolog Ungkap Hal yang Jadi Tanda Seseorang Punya IQ Tinggi


Jakarta

Banyak orang menilai tingkat kecerdasan seseorang dari cara berbicara atau perilaku yang terlihat. Namun, benarkah kemampuan berbicara atau kebiasaan tertentu bisa menjadi tanda seseorang memiliki IQ tinggi?

Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menjelaskan tingkat kecerdasan seseorang atau Intelligence Quotient (IQ) tidak dapat diidentifikasi hanya dari ucapan maupun perilaku. Menurutnya, IQ merupakan aspek yang kompleks dan mencakup berbagai kemampuan kognitif.

“IQ itu terkait tingkat intelegensi atau kecerdasan seseorang. Ciri-cirinya apakah bisa dilihat dari ucapan atau perilaku? Sebenarnya kalau secara ucapan, ini nanti menyangkut ke daya persuasi lagi ya, ke kemampuan komunikasi. Tapi kalau IQ itu aspeknya ada banyak, ada kemampuan daya abstraksi secara numerik, secara daya tangkap, secara logika, analisa masalah, kemampuan berpikir secara fleksibel dan abstrak, atau secara utuh,” jelas Sari saat dihubungi detikcom, Rabu (15/10/2025).


Ia menegaskan tidak ada hubungan langsung antara kepandaian berbicara atau perilaku sopan dengan tingginya IQ seseorang.

“Misalnya ‘yang jago bicara itu pasti IQ-nya tinggi’ atau ‘yang perilakunya sopan itu pasti punya IQ tinggi.’ Tidak sih, kalau menurut saya tidak bisa dilihat dari ciri-ciri tersebut,” katanya.

Kendati demikian, Sari menyebut individu dengan IQ tinggi umumnya mampu berpikir dan bertindak secara logis serta mempertimbangkan risiko sebelum mengambil keputusan.

“Biasanya yang terjadi di dalam proses berpikirnya itu logis dan analitis. Saat dia dihadapkan pada situasi atau mendapat informasi baru, daya tangkapnya cepat, bisa merangkai informasi-informasi yang ada menjadi satu kesatuan dan menarik kesimpulan dengan relatif tepat,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menekankan manusia merupakan makhluk yang kompleks. Karena itu, kecerdasan intelektual yang tinggi tidak selalu tercermin dari sikap atau kepribadian tertentu.

“Bisa saja orang dengan intelegensi tinggi memiliki karakter yang ekspresif atau berani mengambil risiko. Jadi, tidak bisa disamaratakan bahwa orang cerdas selalu kalem atau berhati-hati,” tutupnya.

(suc/naf)



Sumber : health.detik.com

Dear Ortu, Jangan Malas Bawa Anak Imunisasi! Ini Alasan Tak Cukup Sekali Suntik


Jakarta

Ketua Satgas Imunisasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Dr dr Hartono Gunardi SpA(K) mengungkapkan alasan mengapa imunisasi yang dijalani anak harus dilakukan secara berulang. Ia menuturkan salah satu tantangan dalam memenuhi cakupan imunisasi di Indonesia adalah keengganan orang tua untuk memberikan imunisasi secara berulang.

Berdasarkan survei yang dilakukan UNICEF Nielsen pada 2023, disebutkan 37,7 persen orang tua enggan membawa anaknya imunisasi karena takut suntik lebih dari satu kali.

Prof Hartono menjelaskan proteksi dari vaksin akan memicu peningkatan kekebalan yang disebut dengan respons primer. Seiring waktu, proteksi akan menurun dan perlu diperbarui.


“Kekebalan tersebut meningkat tapi selama beberapa lama dia akan menurun lagi oleh karena itu dia perlu diberikan antigen yang kedua yang akan menimbulkan pembentukan antibodi yang lebih cepat dan lebih tinggi daripada antibodi sebelumnya,” ujar Prof Hartono ketika ditemui awak media, di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025).

“Orang tua sering kali bertanya kok imunisasi nggak ada habis-habisnya, ya jadi diulang-ulang terus,” sambungnya.

Lalu, mengapa dosis imunisasi yang dibutuhkan tidak sekalian diberikan di waktu awal dan harus diberi jeda waktu? Prof Hartono menjelaskan tubuh membutuhkan waktu untuk ‘mempelajari’ antibodi yang masuk melalui imunisasi.

Setelah dipelajari, imunisasi booster digunakan untuk memperkuat sistem pertahanan yang ada.

“Seperti kita melatih pelajaran, nggak bisa anak itu diajar sekaligus matematika yang sampai integral gitu ya. Nggak bisa, jadi harus satu-satu,” ujar Prof Hartono.

“Demikian juga sistem tubuh itu belajar pelan-pelan. Karena tadi kita lihat satu antigen dia sedikit naik-naiknya, belum lengkap antibodinya, belum cukup untuk jangka panjang. Akhirnya itu mereka diulang. Banyak ulangannya, semakin tinggi antibodi yang terbentuk dan semakin lama perlindungannya,” tandasnya.

(avk/naf)



Sumber : health.detik.com

Alasan Goldar O Disebut Lebih Rendah Risikonya Kena Serangan Jantung

Jakarta

Sebuah studi ilmiah menemukan bahwa orang dengan golongan darah O lebih kecil kemungkinannya mengalami penyakit kardiovaskular. Temuan menunjukkan tingkat serangan jantung dan gagal jantung yang lebih tinggi di antara pembawa darah non-O.

Alasan Golongan Darah O Lebih Rendah Alami Serangan Jantung

Golongan darah O memiliki efek perlindungan ringan dan menurunkan risiko kejadian kardiovaskular yang signifikan. Peningkatan risiko pada golongan darah non-O mungkin terkait dengan kadar faktor pembekuan darah yang lebih tinggi dan penanda inflamasi tertentu, yang dapat berkontribusi pada penyumbatan arteri serta penyakit jantung seiring waktu.

Penelitian ketat pun dilakukan selama dua dekade. Hasilnya, individu dengan golongan darah non-O yaitu A, B, AB, berisiko 6-23 persen lebih tinggi mengalami penyakit jantung koroner.


Temuan ini menunjukkan bahwa golongan darah O mungkin mempunyai perlindungan kardiovaskular yang cukup. Itu kemungkinan karena kadar faktor pembekuan darah yang lebih rendah, seperti faktor von Willebrand dan faktor VIII, serta dampak positif pada penanda kolesterol dan peradangan.

Berdasarkan penelitian, golongan darah O menunjukkan adanya kemampuan untuk melindungi kardiovaskular yang cukup. Dikutip dari Times of India, hal itu mungkin karena kadar faktor pembekuan darah yang lebih rendah, seperti faktor von Willebrand dan faktor VIII, serta dampak positif pada penanda kolesterol dan peradangan.

Selain serangan jantung, golongan darah juga dapat berpengaruh pada risiko seseorang mengalami stroke. Ada bukti bahwa orang dengan golongan darah A lebih rentan terhadap stroke sebelum usia 60 tahun.

Sementara orang dengan golongan darah O memiliki risiko lebih rendah mengalami stroke. Hal ini yang mungkin menjadi komponen integritas kardiovaskular secara keseluruhan.

(sao/naf)



Sumber : health.detik.com

Kelihatannya Sih Easy, tapi Cuma Si Jenius Bisa Jawab Cepat 10 Teka-teki Ini!


Jakarta

Kamu pernah mencoba menemukan objek tersembunyi dalam gambar? Sekilas memang terlihat mudah, tapi terkadang dibutuhkan fokus yang tinggi untuk menyelesaikannya.

Selain seru, permainan ini bisa melatih kemampuan otak untuk menemukan detail pada sebuah gambar. Siap mencobanya?


Temukan Objek Tersembunyi dalam Gambar

Ada beberapa objek yang perlu ketelitian dalam menemukannya. Yuk, tantang dirimu untuk mencari objek tersembunyi.

1. Coba cari penyihir di sini. Ingat-ingat. penyihir identik membawa apa.

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

2. Sekilas, semua objek di sini adalah kancing. Tapi, ada dadu yang terselip.

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

3. Bunga-bunganya terlihat cantik dengan warna-warna yang indah. Bisa temukan bintang di sini?

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

4. Temukan kupu-kupu di gambar buah, bunga, dan dedaunan ini. Kalau bisa menemukannya dengan cepat, kamu jago.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

5. Coba cari objek kelinci di gambar ini. Fokus untuk menemukannya ya.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

6. Kali ini mungkin cukup mudah mencarinya. Temukan rubah yang sedang tidur.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

7. Cari katak yang di dalam kamar. Perhatikan dengan detail.

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

8. Temukan mainan anak di kamar mandi ini. Coba cari di setiap sudut.

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

9. Coba cari nanas di dapur. Temukan dalam lima detik

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

10. Pada tumpukan pisang ini, ada seekor ular yang terselip. Bisa menemkannya?

Coba perhatikan gambar secara teliti!Coba perhatikan gambar secara teliti! Foto: Dharmajati Yusuf Fadli

Jawaban Temukan Objek dalam Gambar

Bisa menemukan semua objek yang dimaksud? Lihat jawabannya berikut ini.

1. Penyihirnya mengenakan pakaian hijau dan membawa sapu terbang. Kamu bisa menemukannya dengan cepat?

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

2. Wah dadunya ada di sebelah kanan bawah dan berwarna merah.

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

3. Bintangnya mirip dengan bunga. Kamu terkecoh tidak?

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

4. Kupu-kupu kuningnya terselip di antara dedaunan.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

5. Kelincinya ada di atas menyerupai awan berwarna putih. Kamu menemukannya?

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

6. Mudah bukan? Meski warnanya membuat terkecoh kamu mungkin bisa menemukannya.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

7. Ternyata kataknya ada pada gambar di dinding.

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

8. Harus benar-benar teliti dan fokus untuk mencarinya. Kamu berhasil menemukannya dengan cepat?

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

9. Nanasnya ada di bagian bawah rak.

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

10. Ularnya terselip di sini. Warnanya sama dengan pisang.

Ular itu menyelinap di antara pisang-pisang.Ular itu menyelinap di antara pisang-pisang. Foto: Dharmajati Yusuf Fadli

(elk/suc)



Sumber : health.detik.com

Kata Psikolog soal Seseorang Punya IQ Rendah, Bisa Terlihat dari Kebiasaan Ini


Jakarta

IQ atau Intelligence Quotient merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam berpikir logis, memecahkan masalah, hingga memahami konsep abstrak. Menurut Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi, kecerdasan intelektual mencakup banyak aspek seperti kemampuan numerik, daya tangkap, logika, hingga kemampuan berpikir fleksibel dan abstrak.

“Tapi kalau IQ itu aspeknya ada banyak,ada kemampuan daya abstraksi, secara numerik, secara daya tangkap, secara logika, analisa masalah, kemampuan dia berpikir secara fleksibel dan secara abstrak atau secara utuh, jadi aspeknya itu ada banyak kalau di inteligensi,” jelasnya saat dihubungi detikcom, Rabu (15/10/2025).

Ia menegaskan, seseorang yang pandai berbicara belum tentu memiliki IQ tinggi, begitu juga sebaliknya. “Tidak ada korelasi pasti antara yang jago bicara dengan IQ tinggi, atau yang perilakunya sopan dengan kecerdasan intelektual,” tambahnya.


Meski begitu, beberapa tanda bisa mengindikasikan seseorang memiliki kemampuan berpikir yang lebih rendah dari rata-rata. Misalnya, sulit berkomunikasi, sering menanyakan hal yang sama berulang kali, atau mengalami kesulitan saat menarik kesimpulan dari suatu masalah.

“Proses berpikirnya juga tidak jangka panjang. Itu biasanya ciri-cirinya,” kata Sari.

“Saya rasa nggak ada kebiasaan, paling kebiasaannya nanya yang sama berulang-ulang gitu ya,” lanjutnya.

Di sisi lain, ia juga menegaskan hobi seseorang tidak bisa dijadikan tolok ukur kecerdasan. Menurutnya, kegiatan yang digemari seseorang lebih banyak mencerminkan karakter dan kepribadian, bukan tingkat IQ.

“Tapi tentu saja orang dengan inteligensi yang nggak terlalu tinggi biasanya ya sulit untuk melakukan hobi-hobi yang pakai proses berpikir, misalkan hobi catur, hobi merangkai sesuatu, merakit sesuatu. Kalau dia IQ-nya rendah, nih konteksnya ngomong rendah tuh rendah banget ya, tinggi-rendah standar rendah lah, di bawah garis jauh gitu ya, pasti kesulitan untuk menjalankan hobi-hobi yang seperti itu,” sambungnya lagi.

(suc/suc)



Sumber : health.detik.com

Viral Air Hujan di DKI Mengandung Mikroplastik, Benarkah? Ini Faktanya


Jakarta

Belakangan, media sosial diramaikan dengan narasi air hujan di DKI Jakarta mengandung mikroplastik berbahaya. Faktanya, sebuah penelitian yang diterbitkan tahun 2022 bertajuk ‘Marine Pollution Bulletin’ mengkonfirmasi hal tersebut.

Meski demikian, ilmuwan menegaskan bukan berarti setiap tetes air hujan di Ibu Kota beracun.

“Tetapi bahwa ada partikel plastik berukuran sangat kecil, lebih halus dari debu yang ikut turun bersama hujan,” kata Muhammad Reza Cordova, salah satu peneliti dalam jurnal ilmiah tersebut, saat dihubungi detikcom, Kamis (16/10/2025).


Reza yang juga peneliti di BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), mengatakan jenis mikroplastik yang ditemukan di udara dan hujan Ibu Kota adalah serat sintetis seperti poliester dan nilon, serta fragmen kecil dari plastik kemasan seperti polietilena dan polipropilena. Ditemukan juga polibutadiena yang jadi polimer sintetis dari ban kendaraan.

“Mikroplastik ini berasal dari aktivitas manusia di kota besar. Misalnya serat sintetis dari pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran terbuka sampah plastik, serta degradasi plastik di lingkungan terbuka,” katanya.

Lalu Apa Bahayanya Bagi Manusia?

Karena ukurannya yang sangat kecil, lanjut Reza, mikroplastik ini terbawa angin dan naik ke atmosfer kemudian turun kembali lewat hujan. Menurutnya, tetap ada bahaya di balik mikroplastik yang turun bersamaan dengan hujan tersebut.

“Untuk istilah ‘bersifat toksik’ sebenarnya karena merujuk pada potensi dampak negatifnya. Mikroplastik ini kan bisa membawa bahan kimia tambahan dari proses produksi plastik (misalnya BPA, platat) atau polutan lain yang menempel di permukaannya (seperti logam berat dan POPs),” kata Reza.

“Jadi sifat beracunnya bukan dari air hujannya langsung, tapi dari partikel mikroplastik, bahan additive dan pollutan lain yang terbawa di dalamnya,” sambungnya.

Dampak yang mungkin terjadi apabila terpapar atau terhirup dalam jangka waktu lama bisa bervariasi, seperti dapat memicu peradangan jaringan paru, stres oksidatif, dan gangguan sistem imun.

“Nah di Indonesia kan masih minim nih. Jadi ya memang riset terkait masih terus berjalan untuk memastikan seberapa besar efeknya terhadap manusia,” kata Reza.

“Tapi arah bukti global sudah cukup kuat bahwa paparan jangka panjang harus diwaspadai. Karena itu, prinsip pencegahan dan pengendalian jadi langkah utama,” sambungnya.

Apa yang Harus Dilakukan?

Menurut Reza, masalah mikroplastik memang tidak bisa diselesaikan oleh individu saja, tapi perubahan kecil di tingkat masyarakat tetap sangat penting. Kuncinya adalah dengan semaksimal mungkin untuk mengurangi sumbernya.

“Kita bisa mulai dari menghindari plastik sekali pakai, memilah sampah dari rumah, dan tidak membakar plastik terbuka,” kata Reza.

“Industri juga perlu berperan, misalnya dengan sistem EPR menyaring serat di pabrik tekstil atau laundry besar. Industri dan riset juga harus mengembangkan bahan yang tidak mudah lepas ke udara,” sambungnya.

Dari sisi pemerintah dan lembaga riset yang dibutuhkan adalah pemantauan secara rutin kualitas udara dan air hujan, serta pengembangan teknologi filtrasi dan pengolahan air. Untuk di riset nanti harus ada kolaborasi level regional dan global, pasalnya polusi mikroplastik ini bisa melintasi batas negara.

“Intinya, kita harus beralih dari budaya membuang ke budaya mengurangi dan menggunakan kembali. Sebab setiap plastik yang tidak lepas ke lingkungan berarti mengurangi satu sumber mikroplastik di udara dan air kita,” tutupnya.

(dpy/up)



Sumber : health.detik.com

Mirip COVID-19, Ini Penyakit yang Lagi Ngegas Hampir 2 Juta Kasus di DKI!


Jakarta

Dinas Kesehatan DKI Jakarta membuka data kenaikan kasus penyakit di balik ramai warga yang merasa tak kunjung sembuh dari gejala batuk, pilek, hingga keluhan lain menyerupai COVID-19.

Kepala Dinkes DKI Ani Ruspitawati menyebut sebetulnya tidak ada peningkatan kasus tertentu yang relatif berbeda dari tahun ke tahun. Di tengah cuaca tak menentu, wajar keluhan semacam itu banyak dilaporkan.

Penyakit Apa yang Lagi Melonjak?


Namun, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) tercatat memang tengah melonjak, terlihat sejak periode Juli. Meski begitu, tren ini sebenarnya dilaporkan setiap tahun.

“Total kasus ISPA di DKI Jakarta hingga Oktober 2025 sebesar 1.966.308. Peningkatan kasus terlihat mulai bulan Juli. ISPA merupakan penyakit tertinggi di Puskesmas karena penularannya sangat mudah, yakni melalui droplet dan aerosol,” tutur Ani kepada detikcom Kamis (16/10/2025).

Peningkatan kasus ISPA disebut Ani juga bisa berkaitan dengan imunitas yang turun di masyarakat.

Ani mewanti-wanti gejala ISPA yang kerap muncul yakni batuk, pilek, sakit tenggorokan hingga demam. Gejalanya bisa dibarengi dengan keluhan hidung tersumbat, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, bersin, dan suara serak.

“Pada kasus ISPA yang lebih berat, gejala dapat mencakup sesak napas, yang membutuhkan penanganan segera,” wanti-wantinya.

Meski begitu, masyarakat dinilai tidak perlu khawatir mengingat penyakit saluran napas seperti ISPA dapat dicegah dengan menjalani Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Berikut imbauannya:

  • Mencuci tangan dengan sabun
  • Menghindari kerumunan
  • Memakai masker saat beraktivitas di ruangan padat maupun di luar ruangan dengan banyak orang berkerumun
  • Menerapkan etika batuk dan bersin
  • Segera akses layanan kesehatan jika ada gejala batuk pilek
  • Membatasi aktivitas saat sakit
  • Menghindari asap rokok
  • Meningkatkan imunitas dengan makan makanan bergizi, istirahat cukup, olahraga rutin serta kelola stres.

(naf/up)



Sumber : health.detik.com

Ilmuwan Ungkap Manusia Punya ‘Indra Keenam’ Tersembunyi di Dalam Tubuh


Jakarta

Ketika berbicara indra, buku pelajaran biasanya akan mengajarkan ada lima indra yang dimiliki oleh manusia, meliputi penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, dan peraba. Namun, peneliti baru-baru ini mengungkapkan ‘indra keenam’ yang selama ini mungkin tak diketahui orang-orang.

Indra keenam yang dimaksud adalah interoception atau interosepsi. Interosepsi merupakan proses ketika sistem saraf secara terus-menerus menerima dan menafsirkan sinyal fisiologis dari tubuh untuk menjaga agar fungsi vital berjalan dengan baik. Mereka mencontohkan perut keroncongan saat lapar, merasa haus saat kekurangan cairan tubuh, atau merasakan jantung berdebar saat cemas atau gugup.

“Interosepsi adalah hal yang mendasar bagi hampir setiap aspek kesehatan, namun masih menjadi wilayah ilmu saraf yang belum banyak dieksplorasi,” kata Profesor Xin Jin, yang akan memimpin sebagian penelitian ini, dikutip dari Daily Mail, Kamis (16/10/2025).


Konsep interosepsi pertama kali dikemukakan pada awal abad-20 oleh ahli saraf dari Inggris, Charles Sherrington. Namun, gagasan ini diabaikan oleh banyak peneliti sampai sekitar 10 tahun terakhir.

Ketika lima indra lain memerlukan organ khusus untuk berfungsi, interosepsi bekerja melalui jalur saraf yang tersebar dalam tubuh. Karena itu, mereka menyebut ini sebagai ‘indra keenam yang tersembunyi’.

“Neuron sensorik yang membawa pesan-pesan ini menjalar melalui berbagai jaringan, mulai dari jantung dan paru-paru hingga lambung dan ginjal, tanpa batas anatomi yang jelas,” kata peneliti.

Dengan pendanaan penelitian yang baru diterima, ahli akan memetakan bagaimana neuron sensorik terhubung dengan berbagai organ dalam, termasuk jantung dan saluran pencernaan. Mereka juga berencana akan membuat peta pertama di dunia tentang sistem sensorik ini.

Diharapkan penelitian soal interosepsi ini akan berdampak pada sistem pengobatan berbagai penyakit.

“Dengan menciptakan atlas pertama dari sistem ini, kami berharap dapat meletakkan dasar untuk memahami bagaimana otak menjaga keseimbangan tubuh, bagaimana keseimbangan itu bisa terganggu oleh penyakit, dan bagaimana cara memulihkannya,” tandas Profesor Jin.

(avk/up)



Sumber : health.detik.com