All posts by admin

Apakah IQ Seseorang Bisa Ditingkatkan? Begini Penjelasan Psikolog


Jakarta

IQ atau Intelligence Quotient adalah ukuran kemampuan seseorang dalam berpikir logis, memecahkan masalah, memahami konsep abstrak, serta menyesuaikan diri dengan situasi baru.

Nilai IQ biasanya diperoleh melalui serangkaian tes psikologis yang menilai berbagai aspek kognitif seperti daya ingat, penalaran, hingga kecepatan berpikir. Tak sedikit orang yang kemudian penasaran apakah IQ masih bisa ditingkatkan?

Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi, mengatakan kecerdasan atau intelegensi pada dasarnya merupakan potensi bawaan seseorang. Menurutnya, kemungkinan peningkatan nilai IQ masih dapat terjadi selama individu berada pada masa tumbuh kembang.


Pada fase ini, otak masih sangat aktif dirangsang melalui proses berpikir, analisis logika, serta kegiatan belajar di sekolah yang membantu memantau perkembangan kemampuan kognitif.

“Tapi kalau dia sudah di usia tertentu, usia dewasa gitu ya, 20-an katakanlah, dan dia sudah berada pada level IQ tertentu, dan dia tidak aktif mempelajari sesuatu, mengembangkan proses berpikirnya, tidak aktif menggunakan otaknya untuk melakukan hal yang baru, mencoba hal yang baru, atau belajar hal yang baru, itu biasanya sulit untuk ada peningkatan secara IQ,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (1610/2025).

“Meskipun dia minum suplemen ini itu otak,” lanjutnya lagi.

Lebih lanjut, Sari mengatakan perubahan signifikan pada IQ umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak hingga remaja. Sementara pada usia lanjut, justru dapat terjadi penurunan kemampuan kognitif akibat faktor penuaan.

Penurunan ini disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak dan melemahnya jaringan saraf, yang berdampak pada menurunnya daya ingat, kecepatan berpikir, serta kemampuan emosional atau Emotional Quotient (EQ).

“Biasanya ya beberapa orang mungkin juga sudah mulai ada, tidak hanya secara IQ melainkan juga EQ. Kalau sudah usianya tua sekali, pelan-pelan ada penurunan ke arah sana,” lanjutnya.

(suc/suc)



Sumber : health.detik.com

Kenapa Makanan Ringan Ultra Processed Food Rasanya Selalu ‘Nagih’?


Jakarta

Pasti pernah, niatnya cuma makan satu bungkus makanan ringan, tapi ujung-ujungnya malah menghabiskan beberapa bungkus? Atau niatnya hanya minum sedikit minuman bersoda, tapi tangan reflek ambil lagi dan lagi?

Fenomena ini tidaklah aneh. Makanan seperti itu memang dibuat agar terasa nagih, gurihnya pas, manisnya bikin puas, dan teksturnya membuat mulut ingin terus mengunyah. Tanpa sadar, tubuh jadi sulit berhenti meski sudah banyak makan tanpa merasa kenyang.

Jenis makanan seperti inilah yang dikenal dengan sebutan ultra-processed food atau UPF. Dalam jangka panjang, konsumsi berlebih bisa memicu pola makan tak terkendali yang mirip dengan kecanduan.


Apa itu UPF?

Ultra-processed food (UPF) adalah istilah untuk makanan yang telah melalui banyak tahap pemrosesan industri. Bukan sekadar dimasak atau diawetkan, UPF biasanya dibuat dari bahan hasil ekstraksi seperti pati, protein terisolasi, atau minyak terhidrogenasi.

Bahan-bahan ini kemudian dicampur dengan berbagai zat aditif, mulai dari pemanis buatan, pewarna, penguat rasa, pengawet, hingga pengemulsi, yang jarang kita temukan di dapur rumah.

Ciri khas UPF mudah dikenali: tampilannya menarik, rasanya intens, praktis dikonsumsi, dan tahan lama. Jadi produk seperti mi instan, biskuit manis, sosis, nugget, snack kemasan, minuman bersoda, hingga makanan beku siap saji termasuk dalam kategori ini.

Kenapa Bisa Bikin Kecanduan?

Produk UPF sengaja diproduksi dengan kombinasi rasa yang sangat menggugah selera (highly palatable) yaitu tinggi gula, lemak, dan garam. Perpaduan ini memicu lonjakan hormon dopamin di otak yang memberi rasa senang dan puas setiap kali kita makan. Akibatnya, tubuh mengingat sensasi tersebut dan ingin mengulanginya lagi dan lagi.

Tak berhenti di situ, konsumsi UPF juga bisa mengacaukan sistem alami pengatur nafsu makan. Kandungan gula dan lemak tinggi dapat meningkatkan kadar hormon pemicu lapar (ghrelin) sekaligus menurunkan sensitivitas terhadap hormon yang memberi sinyal kenyang (leptin). Akibatnya, tubuh sulit membedakan waktu saat benar-benar lapar dan waktu saat sudah cukup makan.

Selain itu, asupan UPF berlebihan dapat menimbulkan resistensi insulin, yaitu saat hormon insulin tidak lagi efektif menekan rasa lapar dan mengontrol kadar gula darah. Kondisi ini membuat seseorang lebih mudah terdorong untuk terus makan, terutama makanan dengan kandungan tinggi karbohidrat.

Kombinasi antara gangguan hormonal dan pelepasan dopamin inilah yang membuat UPF terasa begitu nagih dan sulit dikendalikan. Dari sisi otak dan tubuh, efeknya sangat mirip dengan mekanisme kecanduan pada zat adiktif.

Kenali 5 Tahapan Sebelum Kecanduan UPF

Kecanduan terhadap makanan ultra-proses tidak muncul begitu saja. Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Metabolic Health tahun 2024 menunjukkan bahwa ada tahapan yang bisa dikenali sedari awal sebelum tubuh benar-benar kehilangan kendali:

1. Tahap Pra-Adiksi

Konsumsi UPF mulai berlebihan, tetapi belum menimbulkan ketergantungan nyata. Dorongan makan masih bisa dikendalikan, meski rasa “ngidam” mulai muncul saat tidak makan.

2. Tahap Awal Adiksi

Frekuensi konsumsi meningkat tanpa kontrol yang jelas. Seseorang mulai sulit membatasi porsi, tapi belum sampai pada perilaku kompulsif. Biasanya disertai pembenaran seperti, “nggak apa-apa, cuma sekali ini”.

3. Tahap Pertengahan Adiksi

Muncul perilaku binge eating atau makan berlebihan secara kompulsif, disertai gejala mirip withdrawal (putus zat) seperti gelisah, murung, atau sulit fokus ketika makanan tertentu dihentikan.

4. Tahap Lanjut Adiksi

Konsumsi tetap dilakukan meski sadar akan dampak negatifnya. Kontrol diri menurun dan sering muncul perasaan bersalah setelah makan, tapi tetap sulit berhenti.

5. Tahap Akhir Adiksi

Toleransi meningkat dan tubuh butuh rasa atau jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan kepuasan yang sama. Gejala putus zat makin jelas, dan makan berubah menjadi perilaku kompulsif untuk menjaga kestabilan psikologis maupun fisik yang mulai terganggu.

Cara Mengurangi Konsumsi UPF

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecanduan UPF:

1. Pilih makanan utuh (whole foods)

Mulailah mengganti sebagian UPF dengan cemilan alami seperti buah, sayur, telur, atau kacang-kacangan. Makanan utuh mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin, dan mineral yang membantu menjaga keseimbangan hormon lapar dan kenyang secara alami.

2. Kurangi UPF secara bertahap

Hindari perubahan yang tiba-tiba atau mendadak. Jika biasanya ngemil keripik setiap hari, coba dikurangi jadi tiga kali seminggu. Pendekatan bertahap membantu tubuh dan otak menyesuaikan diri tanpa memicu craving berlebihan.

3. Terapkan mindful eating

Coba makan dengan penuh kesadaran: rasakan tekstur, aroma, dan rasa setiap suapan tanpa terburu-buru. Hindari makan sambil bermain ponsel atau menonton TV. Teknik ini membantu otak menangkap sinyal kenyang lebih cepat dan mengurangi dorongan makan berlebih.

4. Tidur cukup dan kelola stres

Kurang tidur dan stres kronis dapat meningkatkan kadar hormon rasa lapar (ghrelin) dan menurunkan hormon rasa kenyang (leptin), sehingga memicu keinginan makan tinggi gula dan lemak.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

Kemenkes Ingatkan RI Dibayangi Kenaikan Influenza A, Mulai Ngegas di Asia Tenggara


Jakarta

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan kemungkinan meningkatnya kasus influenza A, khususnya subtipe H3N2, yang kini dilaporkan mendominasi di kawasan Asia Tenggara.

Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) FluNet, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman mengatakan kasus terbanyak paparan influenza di Indonesia juga dilaporkan berkaitan dengan varian influenza A (H3N2).

“Dari data WHO terbanyak influenza A (H3),” ujar Aji, saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (16/10/2025).


Namun, ia belum dapat merinci wilayah mana saja di Indonesia yang mencatat jumlah kasus tertinggi.

Menurut Dicky, praktisi global health security, peneliti sekaligus pakar epidemiologi, tren kasus influenza A memang mulai dominan di beberapa negara.

“Secara regional Asia Tenggara bahkan global, tahun ini influenza A, khususnya subtipe A H3N2 dilaporkan dominan di beberapa zona dan berkontribusi besar terhadap peningkatan kasus,” beber Dicky saat dihubungi terpisah.

Ia menjelaskan WHO memang mencatat peningkatan aktivitas influenza A H3N2 di beberapa wilayah Asia Selatan termasuk Asia Tenggara. Salah satu lonjakan terbesar terjadi di Thailand, dengan 61 kematian dari 702.308 kasus sejak 1 Januari hingga 8 Oktober 2025.

“Ini menunjukkan gelombang nyata di kawasan ASEAN,” tambahnya.

Rawat Inap Lebih Lama dan Risiko Komplikasi

Dicky menyebut, sejumlah studi klinis menunjukkan influenza A menjadi penyebab dominan pasien dewasa dirawat karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dengan rata-rata lama rawat inap 9 hingga 10 hari, lebih panjang dibandingkan paparan virus lain.

“Ini mendukung pengamatan bahwa pada gelombang tertentu, flu A bisa menimbulkan beban rumah sakit yang besar, jadi harus waspada,” jelasnya.

Meski begitu, Dicky menekankan distribusi subtipe flu relatif berbeda di setiap waktu.

“Dominasi flu A H3N2 bersifat spasial dan temporal, tidak otomatis semua negara memiliki pola yang sama,” katanya.

Karena itu, data lokal dan sistem sentinel perlu terus dimonitor untuk memastikan pola penularan di Indonesia. Ia menambahkan, mayoritas kasus flu akan sembuh dalam 1 hingga 2 minggu, tetapi pasien dengan influenza A cenderung mengalami demam lebih lama, batuk berkepanjangan, dan komplikasi seperti pneumonia sekunder yang membuat masa rawat inap lebih panjang.

Dicky menuturkan, anak kecil dan lansia merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi berat akibat influenza A. Selain karena imunitas tubuh yang rendah, faktor lain seperti varian baru, ketidaksesuaian vaksin, atau infeksi ganda dengan COVID-19 juga dapat memperparah kondisi pasien.

“Flu A menyebabkan lebih banyak rawat inap dengan durasi lebih lama karena komplikasi pneumonia sekunder, eksaserbasi asma, atau efek batuk berkepanjangan,” paparnya.

Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, musim influenza tahun ini bahkan disebut memiliki beban rumah sakit yang tinggi dengan potensi kematian lebih besar dibandingkan musim flu sebelumnya.

Menghadapi tren ini, Dicky mengingatkan pentingnya langkah pencegahan sederhana, mulai dari vaksinasi flu musiman hingga menjaga kebersihan diri.

“Kelompok berisiko tinggi harus divaksinasi flu. Gejala berat yang perlu diwaspadai antara lain demam tinggi dan sesak napas,” ujarnya.

Ia juga menekankan vaksinasi flu musiman, mencuci tangan, isolasi saat sakit, serta memakai masker di tempat padat tetap menjadi langkah efektif untuk menekan penularan.

“Untuk masyarakat, bila mengalami demam, batuk, pilek, sebaiknya istirahat di rumah, minum air hangat, dan konsumsi obat pereda demam sesuai anjuran. Jangan berangkat sekolah atau kerja dulu satu-dua hari,” imbaunya.

Dicky juga menyarankan vaksinasi flu bagi ibu hamil, anak di bawah 5 tahun, lansia di atas 50 tahun, orang dengan penyakit kronis, serta mereka yang sering bepergian.

Meskipun mayoritas kasus influenza A dapat sembuh tanpa komplikasi, gelombang besar seperti yang terjadi di Thailand menjadi peringatan bagi Indonesia untuk memperkuat sistem surveilans dan kesiapsiagaan fasilitas kesehatan.

“Dalam menghadapi lonjakan kekhawatiran ini, penting untuk memastikan data lokal diperbarui secara rutin dan fasilitas kesehatan siap menghadapi potensi peningkatan pasien influenza A,” kata Dicky.

(naf/up)



Sumber : health.detik.com

Kemenkes Ungkap 800 Ribu Lebih Anak RI ‘Zero Dose’ Imunisasi, Inikah Pemicunya?


Jakarta

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi sama sekali atau zero-dose di Indonesia masih tinggi. Pada tahun ini, tercatat ada sekitar 836.789 anak di Indonesia yang masih zero-dose.

Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2024 dengan 973.378 kasus, tapi jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dengan 372.965 kasus.

Hal ini cukup memprihatinkan mengingat pemberian imunisasi rutin sesuai jadwal memiliki peran penting untuk pencegahan penyakit pada anak dan mengantisipasi munculnya wabah atau kejadian luar biasa (KLB).


“Saat ini kita menduduki peringkat keenam, di dunia untuk negara yang jumlah anaknya belum mendapatkan imunisasi,” ujar Direktur Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine, ketika ditemui awak media di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025).

Prima mengungkapkan ada total ada ratusan KLB yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2025 hingga pekan ke-36. Ini meliputi 66 KLB campak pasti di 52 kabupaten/kota, 198 KLB pertusis di 133 kabupaten/kota, dan 57 KLB difteri di 50 kabupaten/kita.

Ia mengatakan kelengkapan imunisasi ini harus terus dikejar. Kalau anak sudah terlanjur terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), maka penanganannya akan lebih berat. Terlebih, belum ditambah risiko penyebaran yang lebih luas.

“Kalau kena ya bisa menularkan kepada anak-anak lain di sekitarnya. Kalau anak-anak yang nggak diimunisasi berkumpul di satu tempat, tentu nggak terbentuk kekebalan kelompoknya. Oleh karena itu, tempat daerah itu akan sangat mungkin atau mendapat kejadian luar biasa, wabah dalam konteks kecil, tapi itu sudah wabah,” sambungnya.

Berkaitan dengan masih tingginya angka zero-dose pada anak-anak di Indonesia, Prima menyebut masih ada keraguan soal vaksinasi di tengah masyarakat. Meski edukasi terkait manfaat imunisasi terus digencarkan, ada banyak juga pemahaman yang menentang imunisasi.

Berdasarkan survei yang dilakukan UNICEF Nielsen pada tahun 2023, sebanyak 12 persen persen orang tua takut dengan efek samping sehingga enggan membawa anak imunisasi. Beberapa faktor lain yang juga memengaruhi meliputi takut disuntik lebih dari satu kali, jadwal imunisasi tidak pas, tidak ada ongkos, akses sulit, hingga merasa imunisasi tidak ada manfaatnya.

“Adanya keraguan vaccine hesitancy masyarakat. Karena mereka bingung di satu pihak mereka mendapat kabar pentingnya imunisasi, tapi di lain pihak, gencar juga orang-orang yang menyuarakan ‘hati-hati dengan imunisasi’, ‘yakin imunisasi bikin sehat?’. Kita perlu bergandengan tangan untuk bisa membuat keraguan di masyarakat ini berubah menjadi kepastian,” tandasnya.

Berikut lima wilayah dengan angka zero-dose tertinggi di Indonesia:

  1. Jawa Tengah – 158.941 kasus
  2. Jawa Timur – 79.973 kasus
  3. Sumatera Utara – 66.886 kasus
  4. Jawa Barat – 55.936 kasus
  5. Lampung – 41.169 kasus

(avk/suc)



Sumber : health.detik.com

Cara Modern Mengelola RAB dan Keuangan Proyek Lewat Software Accurate di Sini!



Jakarta

Menjalankan proyek bukan cuma soal memastikan pekerjaan selesai tepat waktu, tapi juga bagaimana kamu bisa menjaga agar anggaran tetap aman terkendali. Di sinilah pentingnya memiliki Rancangan Anggaran Biaya (RAB) yang tertata dan bisa dikontrol dengan baik.

Kabar baiknya, kini kamu bisa mengelola semua itu dengan lebih mudah berkat software akuntansi Accurate. Lewat sistem yang serba digital, kamu bisa memantau setiap pergerakan dana secara real-time, transparan, dan minim kesalahan. Jadi, nggak ada lagi cerita kebocoran biaya atau pembukuan yang bikin pusing di akhir proyek.

Buat kamu yang ingin belajar cara memaksimalkan penggunaan Accurate untuk mengontrol anggaran proyek, ACIS Indonesia menghadirkan kelas menarik bertajuk “RAB vs Realisasi Proyek: Kontrol dan Monitor Langsung di Accurate”.


Di kelas ini, kamu akan dibimbing langsung oleh Yulius Djiliha, CEO ACIS Indonesia, untuk memahami bagaimana sistem Accurate bisa jadi solusi pengelolaan keuangan proyek yang efisien.

Dalam kelas ini, kamu akan:

  • Belajar cara praktis mengontrol RAB langsung di Accurate
  • Mengetahui alur kerja yang rapi dari perencanaan hingga realisasi proyek
  • Memahami monitoring laba rugi per proyek secara real-time
  • Melihat studi kasus nyata penerapan Accurate di proyek lapangan

Kelas akan dilaksanakan secara online melalui Zoom pada 15 Oktober 2025, pukul 19.00-20.30 WIB. Cocok banget buat kamu yang berprofesi sebagai kontraktor, project manager, owner, maupun tim keuangan yang ingin meningkatkan kemampuan dalam mengelola anggaran proyek secara modern dan efisien.

Yuk, manfaatkan kesempatan ini untuk belajar langsung dari ahlinya. Kuota terbatas! Segera dapatkan tiketnya di detikevent dan kendalikan proyekmu dengan lebih profesional lewat Accurate!

(nwk/nwk)



Sumber : www.detik.com

Hampir 2 Juta Kasus Penyakit Mirip COVID Hantui DKI, Dokter Bagi Tips Cegah Tertular


Jakarta

Di tengah cuaca panas yang tak kunjung reda, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat lebih dari 1,9 juta kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga Oktober 2025.

Lonjakan mulai terdeteksi sejak Juli, seiring menguatnya paparan polusi dan datangnya musim kemarau basah yang disebut sebagai pemicu utama gangguan pernapasan warga.

Meski jumlah kasus mendekati dua juta, Dinkes DKI memastikan situasi masih dalam kondisi terkendali. Pemerintah terus melakukan monitoring dan evaluasi (monev) melalui Sistem Kewaspadaan dan Respons Dini (SKDR) untuk memantau potensi wabah seperti ISPA dan COVID-19.


“ISPA merupakan penyakit tertinggi di Puskesmas karena penularannya sangat mudah, yakni melalui droplet dan aerosol,” tutur Ani kepada detikcom Kamis (16/10/2025).

Di sisi lain, dokter spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) beberapa waktu lalu menyebut saat ini memang terjadi musim infeksi saluran napas. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh perubahan cuaca dan sirkulasi virus yang tinggi.

Ia membagikan beberapa tips sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga paru-paru tetap bersih dan sehat. Dengan begitu, tubuh bisa menjadi lebih kuat dalam menghadang berbagai penyakit, termasuk batuk pilek.

⁠”Pakai masker dan gizi seimbang, banyak makan sayur dan buah sebagai antioksidan. Serta juga hindari kerumunan,” ujar dr Erlang ketika dihubungi detikcom, Rabu (8/10).

Makanan tinggi antioksidan juga dapat membantu memperkuat sistem imun dengan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Dengan sistem imun yang optimal, tubuh menjadi lebih tahan terhadap serangan virus dan mampu mempercepat pemulihan saat sudah terkena batuk atau pilek.

Menurutnya, masalah infeksi virus yang memicu batuk dan pilek bisa sembuh dengan sendirinya. Meski begitu, ia mewanti-wanti kelompok rentan, seperti lansia dan orang dengan komorbid untuk lebih berhati-hati.

“Kalau tanda bahaya kalau sudah ada perburukan seperti sesak napas, dahak yang sudah berubah warna yang menandakan terjadinya infeksi bakteri, dan demam tinggi perlu ke fasilitas kesehatan,” sambungnya.

(suc/up)



Sumber : health.detik.com

Dari Buruh Pengupas Mete Jadi Wisudawan Terbaik UB, Ini Kisah Annes



Jakarta

Senyum bangga dan bahagia terlihat di wajah gadis ini saat momen wisuda di Universitas Brawijaya (UB). Namanya adalah Try Bhuwaneswari yang dinobatkan sebagai wisudawan terbaik prodi Pendidikan Teknologi Informasi UB.

Perempuan yang akrab disapa Annes ini bukan datang dari keluarga berada. Ia berhasil meraih prestasi tersebut berkat perjuangannya dan keteguhan hati.

“Saya bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Sejak ayah meninggal saat saya berusia sembilan tahun, saya harus berjuang bersama keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup,” tutur Annes dikutip dari laman UB, Selasa (14/10/2025).


Sudah Terbiasa Bekerja dari Kecil

Sejak kecil, Annes sudah terbiasa menanggung tanggung jawab besar. Di usia ketika sebagian anak sibuk bermain, ia justru harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Semasa SMA, Annes menghabiskan hari-harinya sebagai buruh kacip-pekerja pengupas mete-sembari tetap berjuang menuntaskan sekolah. Ketekunannya tak berhenti di situ. Berbekal kecerdasan dan semangat belajar tinggi, ia membuka les privat bagi anak-anak di sekitar rumahnya.

“Pekerjaan itu memang berat, tapi saya jalani dengan ikhlas,” tutur Annes. “Saya tahu, satu-satunya jalan keluar dari keterbatasan adalah pendidikan.”

Dari Jerih Payah Kini Jadi Prestasi

Kerja keras itu akhirnya berbuah manis. Annes berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan IPK 3,94 dan resmi menyandang gelar Wisudawan Terbaik Universitas Brawijaya Periode IV.

Hal yang jauh lebih membanggakan adalah kini dirinya sudah bekerja di bidang yang sejalan dengan jurusannya. Dari sana ia kemudian semakin yakin bahwa perjuangan dan konsistensi tak pernah sia-sia.

“Awalnya saya hanya ingin kuliah di bidang pendidikan saja, karena sejak SMA saya sudah sering menjadi asisten mengajar dan guru les. Tapi setelah masuk jurusan ini, saya justru jatuh cinta pada dunia teknologi,” kata Annes.

Pekerjaan sekarang bagi Annes sangat membuatnya tertarik. Ia merasa sudah cukup banyak belajar selama 4 tahun di kampus untuk menjalankannya.

“Butuh waktu hampir empat tahun untuk benar-benar bisa menikmati dunia baru ini,” tambahnya.

Cita-Cita Sederhana, Semangat Luar Biasa

Annes sudah melewati masa-masa sulitnya selama SMP, SMA dan kuliah. Setelah lulus, ia ingin memaksimalkan apa yang sudah dia peroleh dari bangku kuliah.

Harapan Annes sekarang adalah ingin meraih kebebasan finansial (financial freedom). Besar harapan, Annes ingin menjadi orang yang memberikan inspirasi bagi banyak orang.

“Cita-cita saya sederhana saya ingin anak-anak saya nanti tidak merasakan kesulitan seperti yang saya alami dulu,” harapnya.

(cyu/pal)



Sumber : www.detik.com

Kemenkes RI Update Wacana Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan


Jakarta

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berbicara soal rencana penerapan cukai khusus untuk minuman manis dalam kemasan (MBDK). Program ini diharapkan nantinya bisa menjadi salah satu cara untuk menekan konsumsi gula pada masyarakat Indonesia.

Seperti yang diketahui, kasus penyakit tidak menular yang berkaitan dengan konsumsi gula berlebih cukup di tinggi di Indonesia. Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan penerapan cukai MBDK saat ini masih berada di tahap pembahasan.

Ia menuturkan kajian terkait kebijakan ini sudah berada di kajian Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Ia menuturkan pihak Kemenkeu yang akan mempersiapkan apakah kebijakan tersebut memang sudah waktunya diterapkan atau tidak.


“Hitungannya mereka (Kemenkeu) sudah siap sih. Tinggal, tapi kan untuk cukai itu kan masuk di dalam APBN ya kan. Kalau di dalam APBN kemarin kan sempat jadi perhitungan. Tapi apakah itu akan dilaksanakan di 2026, kan nanti masih prosedur lagi dengan DPR ya penetapannya,” kata Nadia ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2025).

Meski belum bisa memberi kepastian terkait kapan kebijakan ini akan pasti dilaksanakan, Nadia menuturkan pihaknya akan terus mendorong program ini agar berlanjut. Ia menuturkan pihak Kemenkes siap untuk memberikan data-data yang diperlukan, seperti studi atau penelitian yang sudah dilakukan.

“Kalau untuk (target) cukai, itu kembali lagi. Kita tentunya karena ini pengaturan di bidang fiskal, ini kewenangan Kementerian Keuangan, tapi kita tetap mendorong untuk memberikan data-data,” tandas Nadia.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2024 menunjukkan 68 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) setidaknya sekali dalam sepekan. Angka tertinggi tercatat di wilayah Jawa Barat (88 persen), diikuti DKI Jakarta (87,4 persen) dan Banten (83,6 persen).

(avk/naf)



Sumber : health.detik.com

Bank Mandiri Buka Lowongan Kerja 2025 untuk Lulusan S1-S2 , Cek Syaratnya!



Jakarta

Kabar gembira bagi detikers, terutama yang baru lulus kuliah atau tengah mencari tantangan baru. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk kembali membuka rekrutmen untuk lulusan strata satu (S1) hingga strata dua (S2).

Dalam keterangan resminya, Bank Mandiri menyebutkan bahwa peluang karier ini terbuka bagi kandidat fresh graduate maupun profesional berpengalaman.

Rekrutmen kali ini difokuskan pada posisi-posisi strategis yang berperan penting dalam mendukung transformasi digital serta memperkuat layanan kepada nasabah.


Sejumlah posisi yang dibuka meliputi Officer Development Program (ODP), Teller, Customer Service, serta Business Banking Officer di berbagai wilayah Indonesia.

Batas pendaftaran lowongan ini dibuka hingga Oktober 2025. Apa saja posisi yang tersedia?

Daftar Posisi dan Syarat Loker Bank Mandiri 2025

1. Officer Development Program Regional Business

Posisi ini bisa dilamar sebelum 31 Oktober 2025. Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk daftar posisi ini antara lain:

  • Lulusan Sarjana (S1) atau Magister/Pascasarjana (S2) dari universitas terkemuka lokal atau internasional di bidang studi yang relevan
  • IPK untuk lulusan S1 minimal 3,00
  • IPK untuk lulusan S1 minimal 3,20
  • Usia maksimal saat daftar untuk lulusan S1 25 tahun sedangkan lulusan S2 27 tahun
  • Memiliki sikap profesional dengan keterampilan jaringan dan komunikasi yang baik
  • Lancar berbahasa Inggris, baik komunikasi tertulis maupun lisan
  • Tidak ada anggota keluarga inti yang saat ini bekerja di Bank Mandiri (yaitu orang tua, saudara kandung)
  • Lajang, belum pernah menikah, dan bersedia untuk tetap melajang selama tahun pertama perjalanan program
  • Bersedia direlokasi ke seluruh Indonesia

2. Banking Staff

Posisi ini bisa dilamar sebelum 31 Oktober 2025. Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk daftar posisi ini antara lain:

  • Pendidikan minimal Sarjana (S1), dengan IPK minimal 2,75 dari bidang studi yang relevan
  • Usia maksimal saat melamar 24 tahun untuk fresh graduate dan 26 tahun untuk yang telah memiliki pengalaman bekerja minimal 2 tahun
  • Berpenampilan menarik dengan kemampuan komunikasi yang baik, baik lisan maupun tertulis
  • Untuk kandidat fresh graduate, diutamakan masih lajang dan belum pernah menikah
  • Tidak ada anggota keluarga inti yang saat ini bekerja di Bank Mandiri (yaitu orang tua atau saudara kandung)

Cara Lamar Lowongan Kerja Bank Mandiri 2025

Proses rekrutmen Bank Mandiri terdiri dari pendaftaran online, penyaringan profil, tes psikometri, wawancara, tes kesehatan hingga penawaran. Pendaftaran bisa dilakukan secara online pada link https://www.bankmandiri.co.id/en/mandiri-career

Dalam proses seleksi, detikers harus berhati-hati atas dari penipuan yang bisa terjadi. Informasi penerimaan hanya akan diinformasikan oleh email yang berdomain @bankmandiri.co.id

Untuk Officer Development Program (ODP) akan mendapatkan pelatihan sebelum mulai bekerja. Sementara itu, untuk posisi lainnya, pelatihan akan dilaksanakan sebagai bagian dari pengembangan karyawan dan diberikan setelah bergabung dengan Bank Mandiri.

Keuntungan Bekerja di Bank Mandiri

Selain mendapat gaji pokok, pegawai Bank mandiri juga akan memperoleh:

  1. Bonus kerja
  2. Cuti sakit berbayar
  3. Asuransi jiwa
  4. Asuransi kesehatan dan medis
  5. Rancana manfaat pensiun
  6. Tunjangan hari raya
  7. Tunjangan perjalanan cuti
  8. Sertifikat
  9. Pelatihan dan pengembangan profesional
  10. Rencana medis, resep, gigi atau penglihatan

Tunggu apalagi, segera coba lowongan ini detikers. Semoga beruntung ya!

(cyu/pal)



Sumber : www.detik.com

Siasat BPOM Kembangkan Fitofarmaka, Tekan Impor Bahan Baku Obat


Jakarta

Obat bahan alam atau fitofarmaka masih menemui banyak tantangan dalam pengembangannya. Baik dari sisi bahan baku hingga pengolahannya.

Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Dian Putri Anggraweni, mengungkapkan perlunya inovasi dalam pengembangan obat bahan alam yang ternyata banyak tersedia di Indonesia.

“Perlunya pengembangan obat bahan alam Indonesia dengan tepat, agar bisa menjadi produk berkelas secara global,” tutur Putri dalam keterangan tertulis, Kamis (16/10/2025).


“Hal ini yang sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam memperkuat ekosistem riset bahan obat alam dan fitofarmaka nasional,” tambahnya.

Hal ini juga disinggung oleh Sekretariat untuk International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-IRCH), Pradeep Dua. Pihaknya juga telah merilis WHO Global Traditional Medicine Strategy 2025-2034.

“Salah satu dari 4 tujuan utama dalam strategi ini berfokus pada regulasi. Regulasi ini tidak hanya membahas mengenai produk, melainkan juga mengatur masalah praktik dan praktisi pengobatan tradisional, komplementer, dan intergratif,” terangnya.

Dalam mendukung bahan alami dari Indonesia sebagai obat, farmakolog Prof Raymond Tjandrawinata menggunakan tumbuhan dan hewan dari dalam negeri. Meski begitu, tetap dibutuhkan tahap uji klinis agar mendapatkan bukti ilmiah bahwa produk fitofarmaka yang dihasilkan aman dan berkhasiat.

“Ketika kami masuk ke tahap uji klinis, kita perlu memiliki bukti ilmiah. Dengan pendekatan tersebut, akan lebih mudah memperoleh data yang baik pada fase klinis, dan berdasarkan pengalaman tersebut, jika desain baik mulai dari bahan baku aktif hingga produk jadi, maka produk herbal berbasis keanekaragaman hayati tidak kalah kualitasnya dibandingkan produk kimia,” tegasnya.

Sebelumnya, Kepala BPOM Taruna Ikrar mengungkapkan tengah mengintensifkan perkembangan fitofarmaka Indonesia. Hal ini dilakukan demi menekan penggunaan bahan baku impor untuk obat-obatan di Indonesia.

Taruna menyebut Indonesia memiliki potensi 30 ribu jenis tumbuhan baru, yang 18 ribu di antaranya digunakan sebagai jamu. Sementara 71 jenis yang berkembang menjadi obat herbal terstandar dan 20 yang menjadi fitofarmaka.

“Kita punya ribuan kampus, at least BPOM sekarang sudah kerja sama 179 kampus-kampus besar dan industri. Jika digabungkan, keduanya ini maka nanti hasil ribuan jamu-jamuan itu bisa berkemban menjadi obat herbal terstandar,” jelas Taruna ketika ditemui awak media di Jakarta Selatan, Selasa (14/10/2025).

“Dan dari herbal terstandar ini, nanti bisa berpotensi menjadi obat,” punkasnya.

(sao/naf)



Sumber : health.detik.com