Jakarta –
Sebuah studi terbaru menemukan adanya kaitan antara waktu sarapan, dengan risiko kematian dini pada orang lanjut usia.
Sarapan dipercaya sebagai waktu makan yang paling penting sepanjang hari. Selain untuk menambah energi, sarapan bisa membuat tubuh lebih segar, tidak gampang mengantuk sampai membuat orang lebih fokus.
Selain itu banyak juga manfaat kesehatan dari sarapan, seperti penelitian yang menyorot kaitan antara waktu sarapan dan risiko kematian dini.
Dilansir dari Unilad (19/09/2025), penelitian jangka panjang yang dilakukan oleh tim peneliti internasional ini menyoroti bahwa semakin siang seseorang sarapan, semakin tinggi pula risiko kesehatannya di masa tua.
Pola sarapan. Foto: iStock |
Temuan ini memang tidak serta-merta menunjukkan efek jika sarapan di siang hari akan memperpendek usia, namun data yang dihimpun selama beberapa dekade menunjukkan adanya pola yang konsisten.
Data penelitian berasal dari hampir 3.000 orang dewasa di Newcastle dan Manchester, Inggris, yang diamati sejak 1983 hingga 2017. Dengan rentang usia peserta dari 42 hingga 94 tahun. Ketika semua peserta bergabung, mereka diminta mengisi kuesioner mengenai kesehatan, gaya hidup serta pola makan.
Hasilnya menunjukkan seiring bertambahnya usia, orang akan cenderung makan lebih siang atau telat makan. Baik saat sarapan maupun makan malam. Pergeseran waktu makan tersebut ternyata berkaitan dengan menurunnya kondisi fisik dan mental.
Peneliti menemukan, semakin siang seseorang makan pertama kali di hari itu maka akan meningkatkan risiko kematian selama periode studi sebesar 8% hingga 11%. Meski begitu, para ahli menegaskan bahwa hubungan ini tidak serta-merta berarti sebab-akibat.
Sarapan. Foto: Getty Images/iStockphoto/DimaSobko |
Kebiasaan makan lebih siang bisa menjadi cerminan adanya gangguan kesehatan, seperti sulit bangun, menurunnya nafsu makan, atau kondisi mental yang membuat persiapan seseorang untuk makan terasa lebih berat.
Ahli gizi dari Harvard Medical School, Hassan Dashti, yang terlibat dalam studi ini menjelaskan bahwa waktu sarapan bisa menjadi indikator sederhana status kesehatan seseorang terutama pada kelompok lansia.
Menurutnya penelitian ini membantu memahami bagaimana pergeseran waktu makan seiring bertambahnya usia terkait erat dengan kesehatan dan harapan hidup.
Dengan demikian, waktu sarapan bukan hanya soal rutinitas, melainkan juga bisa menjadi petunjuk penting untuk memantau kondisi tubuh di usia lanjut.
(sob/dfl)
Ew! 7 Makanan dan Minuman Ini Bikin Karang Gigi Cepat Numpuk
Jakarta –
Makanan dan minuman yang masuk ke mulut bisa menyebabkan masalah potensial pada kesehatan gigi. Jika tidak rutin dibersihkan, bisa menumpuk karang gigi.
Menjaga kebersihan mulut dan gigi sangat penting, tidak hanya untuk kesehatan tetapi juga untuk estetika. Namun sayangnya masih banyak orang yang abai dengan hal ini.
Misalnya dengan rutin sikat gigi dan rutin menggunakan dental floss atau benang gigi setelah makan dan minum.
Pasalnya ada kandungan pada makanan yang menjadi penyebab pembentukan plak dan berakhir menjadi karang gigi.
Dilansir dari nebuladentalclinic.ca (1/2/24) berikut 7 makanan penyebab pembentuk karang gigi:
1. Makanan manis
Ilustari makan makanan manis. Foto: Getty Images/kitzcorner |
Makan makanan dan minuman manis dapat menyebabkan karang gigi menumpuk. Makanan yang mengandung gula bisa menyebabkan bakteri di mulut berkembang lebih cepat.
Bakteri tersebut kemudian menghasilkan asam yang merusak enamel gigi dan menciptakan plak. Jika tidak dibersihkan akan mengeras dan membentuk karang gigi.
2. Makanan bertepung
Makanan bertepung dapat memicu pembentukan karang gigi. Hal tersebut karena bakteri di dalam mulut menggunakan karbohidrat dari tepung sebagai makanan untuk menghasilkan asam.
Asam yang dihasilkan tersebut akan mengikis enamel gigi dan menyebabkan plak yang terbentuk lebih cepat. Ketika plak tidak dibersihkan, maka terbentuk karang di permukaan gigi.
3. Minuman alkohol
Minuman alkohol Foto: iStock |
Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi. Kondisi tersebut akan mengurangi produksi air liur. Air liur sangat penting untuk menjaga kesehatan mulut.
Air liur berperan menetralkan asam dan membersihkan partikel makanan yang tersisa. Penurunan produksi air liur akan meningkatkan kerentanan terhadap penumpukan plak.
4. Kopi dan teh
Meskipun kopi dan teh merupakan minuman yang menyegarkan, tetapi ada efek sampingnya. Kopi dan teh mengandung tanin atau senyawa polifenol alami.
Senyawa tersebut dapat meninggalkan noda pada gigi, sehingga membuat gigi tampak kusam dan menguning. Selain itu, tanin juga memicu pembentukan karang gigi.
Sifat asam pada kopi dan teh juga dapat merusak lapisan enamel gigi, yang kemudian mempermudah bakteri menempel pada gigi dan menyebabkan gigi berlubang.
5. Minuman bersoda
Minuman bersoda dapat menyebabkan karang gigi. Foto: Getty Images/tongpatong |
Minuman bersoda selalu dibarengi dengan rasa manis. Kedua hal tersebut menimbulkan masalah ganda pada gigi.
Minuman bersoda tidak hanya mengandung gula, tetapi juga bersifat asam. Kombinasi gula dan keasaman tersebut menciptakan plak dan melemahkan enamel gigi.
6. Buah kering
Buah kering kerap menjadi camilan praktis dan menyehatkan. Namun buah kering juga bisa menjadi pemicu pembentukan karang gigi.
Biasanya buah kering memiliki tekstur yang lengket. Hal tersebut berpeluang menempel pada gigi, jika tidak dibersihkan dengan baik berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya bakteri penyebab plak.
7. Buah citrus
Buah jeruk ilustrasi. Foto: Getty Images/MEDITERRANEAN |
Buah citrus, seperti jeruk dan lemon kaya akan vitamin C. Nutrisi tersebut jelas sangat bermanfaat untuk kesehatan. Namun buah citrus juga punya tingkat keasaman yang tinggi.
Hal tersebut yang akan membuat gigi menjadi lebih rentan terhadap penumpukan plak dan pembusukan. Setelah makan buah citrus, sebaiknya berkumur untuk menetralkan keasamannya.
(raf/dfl)
Wasir Bisa Makin Parah Gara-gara 6 Makanan Ini, Nomor 3 Jadi Favorit!
Jakarta –
Keparahan wasir bisa dicegah dengan konsumsi makanan yang tepat. Hindari konsumsi 6 makanan ini berlebihan karena bisa memicu wasir lebih mudah bengkak dan berdarah.
Ambeien atau wasir adalah kondisi saat vena membengkak dan meradang di area rektum dan anus. Kondisi ini membuat orang yang mengalaminya merasa tidak nyaman hingga pendarahan.
Dikutip dari detikHealth (28/8/2022), penderita wasir perlu mengonsumsi makanan tinggi serat agar kondisinya tak semakin parah. Selain itu, GoodRx (18/7/2024) mencatat sejumlah makanan yang perlu dihindari agar wasir tak semakin sulit disembuhkan.
Berikut 6 daftarnya:
1. Makanan berbahan tepung olahan
Makanan berbahan tepung olahan, seperti terigu, patut dihindari penderita wasir karena rendah serat. Asupan serat yang rendah berkaitan dengan pendarahan wasir.
Makanan rendah serat menghasilkan feses keras dan kental sehingga lebih sulit dikeluarkan tanpa mengejan. Mengejan memberi tekanan pada wasir, menyebabkannya membengkak dan berdarah. Jenis makanan berbahan tepung olahan antara lain roti tawar, sereal, biskuit, hingga kerupuk.
2. Produk olahan susu
Produk olahan susu alias dairy product merupakan sumber kalsium, vitamin D, dan protein yang baik, tapi sebenarnya rendah serat. Seperti halnya tepung olahan, konsumsi produk olahan susu juga bisa membuat feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Produk olahan susu yang populer antara lain susu, yogurt, es krim, keju, dan krimer.
3. Makanan pedas
Foto: Reader’s Digest |
Kabar buruk untuk pencinta pedas karena makanan favoritnya bisa memperparah wasir. Sebenarnya tak ada bukti kuat kalau menikmati makanan pedas sesekali dapat memicu kambuhnya wasir. Namun, jika wasir kamu sudah meradang, ada baiknya tetap membatasi konsumsi makanan pedas.
Sebab makanan pedas mengandung capsaicin, yang mungkin tidak sepenuhnya dicerna oleh usus. Saat sisi bumbu pedas keluar dari tubuh melalui feses, maka akan melewati wasir yang bengkak dan dapat memperparah rasa terbakar dan nyeri.
Banyak penderita wasir juga mengalami fisura ani, yaitu robekan kecil di saluran anus. Fisura ani sangat menyakitkan dan menjadi lebih menyakitkan jika sesuatu yang mengiritasi, seperti capsaicin, masuk ke dalamnya.
4. Daging olahan
Daging olahan adalah jenis makanan olahan yang telah dikaitkan dengan risiko kanker, kolesterol, dan penyakit jantung yang lebih tinggi. Konsumsinya juga buruk untuk penderita wasir.
Daging olahan, seperti sosis, bacon, dan smoked beef, tidak mengandung serat. Hal inilah yang bisa memperparah wasir. Begitu juga dengan daging merah, daging ayam, dan seafood yang masih tergolong rendah serat. Penderita wasir disarankan memperbanyak asupan protein nabati karena tinggi serat.
5. Makanan yang digoreng atau berminyak
Makanan yang digoreng atau berminyak seringkali merupakan makanan olahan dan sangat rendah serat. Ini berarti makanan tersebut dapat membuat feses lebih keras dan sulit dikeluarkan.
Mengejan saat buang air besar dapat meningkatkan risiko terkena wasir dan juga membuatnya lebih mudah kambuh. Jika sedang makan di luar rumah, usahakan tidak makan banyak gorengan. Hindari juga camilan camilan siap saji yang tinggi lemak seperti keripik kentang.
6. Alkohol
Foto: DW (Soft News) |
Tak hanya makanan, konsumsi minuman juga buruk untuk penderita wasir. Jenisnya berupa minuman alkohol yang memperlambat pencernaan di usus. Jadi kemungkinan sembelit bakal lebih tinggi dan wasir semakin parah.
Alkohol juga dapat menyebabkan sembelit karena sifatnya yang membuat kamu dehidrasi. Alkohol menghambat hormon antidiuretik (ADH), sehingga lebih sering buang air kecil saat minum alkohol.
Kondisi dehidrasi ini juga membuat usus besar akan menahan lebih banyak air untuk menggantikan cairan yang hilang tersebut. Akibatnya, kadar air dalam tinja berkurang hingga membuat tinja lebih keras dan sulit dikeluarkan. Hal ini dapat menyebabkan mengejan dan iritasi wasir.
(adr/adr)
Makan Malam Jam Berapa yang Paling Baik? Ini Penjelasan Pakar
Jakarta –
Makan malam ada waktu idealnya agar tidak berimbas buruk pada metabolisme tubuh dan berat badan. Ini waktu makan malam yang disarankan oleh pakar kesehatan.
Makan malam termasuk waktu makan utama harian yang sebaiknya dilakukan. Makan malam yang sehat tidak sekadar soal pilihan menunya, tapi juga waktu mengonsumsinya.
Dikutip dari Health (1/7/2025), manusia punya “jam tubuh” yang mengatur fisiologi dan perilaku sedemikian rupa sehingga seseorang bisa menjadi orang yang berbeda pada pagi dan malam hari, seperti dijelaskan Frank Scheer, PhD, pakar kronobiologi medis.
Artinya, konsumsi makanan yang sama persis dapat memiliki efek berbeda pada tubuh, tergantung kapan kamu memakannya.
Scheer dan rekan-rekannya melakukan penelitian laboratorium. Hasilnya menunjukkan, orang yang makan malam lebih larut merasa lebih lapar dan membakar lebih sedikit kalori, dibanding orang yang makan malam lebih awal.
Makan malam terlalu larut juga memicu perubahan tingkat jaringan yang mendorong penambahan lemak. Selain itu, hal ini juga dikaitkan dengan risiko seseorang lebih tinggi mengalami masalah kesehatan metabolik, termasuk diabetes tipe 2 dan obesitas.
Di sisi lain, penelitian berbeda menemukan konsumsi makan malam lebih awal dapat dapat berkontribusi pada penurunan berat badan dan peningkatan penanda kesehatan metabolik yang lebih baik.
Intinya, “Bagi kebanyakan orang, akan lebih baik untuk membatasi jumlah asupan makanan pada malam hari,” kata Scheer.
Lantas, kapan waktu terbaik makan malam?
Makan malam idealnya antara pukul 17.00-19.00. Foto: freepik/Freepik |
Para ilmuwan belum mengidentifikasi waktu makan malam “terbaik”, tetapi bisa dikatakan lebih bagus jika makan malam tidak terlalu larut. Usahakan beri jeda 2 jam atau lebih antara waktu makan malam dan waktu tidur.
Collin Popp, PhD dari Fakultas Kedokteran NYU Grossman merekomendasikan makan malam antara pukul 17.00-19.00. Namun, jika tidak bisa pada jam tersebut, maka tidak masalah.
“Jangan terlalu stres, terutama jika itu hanya sesekali. Hanya saja, usahakan tidak makan makanan berat yang membuat Anda kenyang sesaat sebelum tidur,” kata Popp.
Ia merekomendasikan lebih baik mengisi perut pada pagi hari. “Prioritaskan sarapan dan pastikan makanan tersebut mengandung banyak protein, serat, dan lemak sehat agar Anda tidak terlalu lapar di malam hari,” tutup Poop.
(adr/adr)
Agar Tak Mudah Marah, Kurangi Asupan 6 Makanan Ini!
Jakarta –
Dalam kehidupan yang serba cepat, apa yang kita makan tidak hanya berpengaruh pada kesehatan fisik, tetapi juga pada suasana hati dan emosi.
Beberapa makanan mampu membuat perasaan lebih tenang dan bahagia, sementara yang lain justru bisa memicu rasa marah dan mudah tersinggung.
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda, tetapi penting untuk memperhatikan sinyal tubuh terhadap makanan yang dikonsumsi.
Dilansir dari Times of India (25/08/2025), berikut enam jenis makanan yang sebaiknya dihindari karena dapat memengaruhi suasana hati menjadi lebih buruk:
1. Makanan Olahan dan Makanan Manis
Pria sedang makan burger, makanan cepat saji Foto: Sander Dalhuisen/Unsplash |
Makanan cepat saji dan camilan manis memang memberi energi instan, tetapi efeknya hanya sementara. Setelah lonjakan energi itu, biasanya tubuh mengalami penurunan drastis yang membuat suasana hati ikut berubah.
Kandungan gula dalam makanan olahan juga bisa membuat gula darah naik turun, sehingga memicu emosi tidak stabil sehingga orang lebih mudah marah dan emosi. Menggantinya dengan makanan sehat yang minim proses pengolahan akan membantu menjaga energi lebih seimbang.
2. Kafein Berlebihan
Secangkir kopi di pagi hari menjadi rutinitas banyak orang. Namun terlalu banyak kafein bisa menimbulkan rasa gelisah, cemas, bahkan mudah marah.
Kafein juga bisa mengganggu pola tidur yang akhirnya berdampak pada tingkat stres yang memicu emosi seseorang menjadi tidak stabil. Untuk menghindari efek samping ini, batasi asupan kafein dan sesekali pilih teh herbal atau kopi tanpa kafein agar tubuh lebih rileks.
3. Minuman Beralkohol
Minuman BeralkoholFoto: ET Today/iStock |
Dalam jumlah sedikit, minuman yang mengandung alkohol mungkin memberi efek rileks dan menenangkan pada tubuh.
Namun jika dikonsumsi berlebihan, alkohol bisa mempengaruhi keseimbangan zat kimia di otak dan memicu perubahan suasana hati, termasuk rasa marah dan mudah tersinggung. Mengendalikan jumlah konsumsi minuman beralkohol penting untuk menjaga keseimbangan emosi.
4. Makanan yang Berlemak
Makanan yang tinggi lemak trans atau lemak jenuh, seperti gorengan dan makanan cepat saji, tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan fisik tetapi juga pada kesehatan mental.
Lemak jenis ini dapat memicu peradangan yang berpengaruh pada fungsi otak dan akhirnya membuat suasana hati mudah terganggu. Menggantinya dengan lemak sehat dari alpukat, kacang-kacangan, atau minyak zaitun akan lebih menyehatkan tubuh sekaligus pikiran.
5. Camilan Tinggi Garam
Camilan Tinggi Garam Foto: Site News |
Keripik, biskuit, atau camilan asin lainnya memang terasa nikmat, tetapi kandungan garam berlebih bisa menyebabkan dehidrasi. Kondisi ini dapat mempengaruhi tekanan darah serta suasana hati.
Pilih camilan yang lebih sehat, seperti buah segar, kacang, atau camilan dari biji-bijian utuh untuk mendukung tubuh tetap bugar dan mood lebih stabil.
6. Menu Sereal untuk Sarapan
Sereal dengan kandungan gula tinggi sering memberi energi instan di pagi hari. Namun efeknya tidak bertahan lama karena kadar gula darah akan turun drastis setelahnya. Hal ini bisa membuat tubuh lemas, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi. Pilihan yang lebih baik adalah sereal rendah gula, gandum utuh, atau sarapan dengan tambahan protein agar energi bertahan lebih lama.
Sesekali menikmati makanan yang kurang sehat tentu wajar. Namun menjaga pola makan yang seimbang dan bergizi akan membantu menciptakan tubuh yang lebih sehat sekaligus suasana hati yang lebih tenang.
Dengarkan tubuh, perhatikan reaksi tubuh setelah makan, dan pilihlah makanan yang benar-benar memberi kebaikan bagi fisik maupun mental.
(sob/dfl)
Kenali 5 Cacing dan Bakteri yang Sering ‘Bersembunyi’ di Makanan
Jakarta –
Dalam mengolah bahan makanan sehari-hari, setiap orang perlu hati-hati. Sebab cacing dan bakteri mungkin terpapar dalam bahan makanan yang sering dikonsumsi. Kenali daftarnya berikut ini.
Cacing dan bakteri penyebab keracunan makanan, seperti cacing pita, cacing gelang, dan E.coli , bisa menimbulkan efek samping kesehatan serius jika masuk ke dalam tubuh. Secara fisik keduanya memang sulit dilihat kasat mata, tapi ada beberapa tindakan pencegahan yang dapat diambil.
Dikutip dari Healthline (24/8/2025), inilah 5 jenis cacing dan bakteri yang kerap terpapar dalam bahan makanan sehari-hari:
1. E. coli
E. coli adalah bakteri yang bisa menyebabkan seseorang jatuh sakit. Biasanya ditemukan pada produk daging yang belum matang sempurna. Bakteri E. coli tidak dapat dilihat, tidak dapat dirasakan, dan tidak dapat dicium. Jika kamu mencernanya, gejala yang timbul antara lain nyeri perut, muntah, demam, hingga diare.
Paparan bakteri E. coli bisa dicegah dengan cara memasak semua daging, khususnya ayam, hingga matang sempurna. Paling tidak suhu di dalam daging mencapai 71.1°C. Kemudian saat menyiapkan daging di dapur, pastikan permukaan dan alat-alatnya bersih. Pastikan tidak menggunakan alat dapur yang sama untuk mengolah sayuran dan cuci tangan rutin.
2. Giardia
Hati-hati konsumsi daging yang kurang matang karena berisiko mengandung parasit. Foto: Getty Images/iStockphoto |
Giardia bukan bakteri atau cacing, melainkan protozoa mikroskopis yang menyebabkan giardiasis, yaitu infeksi usus yang ditandai dengan diare berair, kram perut, kembung, dan mual. Biasanya terdapat pada bahan makanan yang terkontaminasi feses mengandung parasit tersebut.
Giardia mungkin ada di produk daging babi dan daging kambing yang tidak matang. Kamu bisa mencegah paparannya dengan memasak daging hingga matang sempurna. Kemudian giardia juga mungkin ada di sumber air yang kotor. Jadi pastikan selalu minum air yang bersih.
3. Cacing pita
Ada beberapa jenis cacing pita yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Sebagian besar cacing pita yang menyerang manusia berasal dari konsumsi produk hewani yang kurang matang, seperti daging sapi, daging babi, dan ikan.
Mengkhawatirkannya, gejala infeksi cacing pita sering kali tidak terdeteksi. Orang dapat hidup dengan cacing pita dan tidak menyadarinya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Ketika nampak, gejalanya antara lain penurunan berat badan, sakit perut, dan iritasi anus.
Infeksi cacing pita dapat dicegah dengan memasak semua daging sampai matang. Kemudian mencuci semua buah dan sayur sebelum dimakan atau dimasak.
4. Ascaris
Cacing gelang mungkin terpapar pada buah dan sayur yang tidak dicuci sebelum dikonsumsi. Foto: Facebook/Harry Welling |
Cacing ascaris adalahnematoda (cacing gelang) parasit yang hidup di usus halus manusia dan menyebabkan penyakit askariasis. Infeksi terjadi ketika manusia secara tidak sengaja menelan telur cacing yang terkontaminasi, salah satunya lewat makanan.
Misalnya ketika kamu makan buah dan sayuran yang ditanam di tanah, tapi tidak dicuci sebelum dikonsumsi. Gejala askariasis seringkali ringan atau bahkan tidak ada, tetapi dapat meliputi mual, muntah, dan sakit perut, serta batuk dan sesak napas.
5. Cacing pipih
Ada beberapa jenis cacing pipih atau cacing gelang yang dapat ditemukan pada ikan, seperti Opisthorchiidae dan Paragonimus. Cacing-cacing ini mati selama proses pemasakan.
Jadi jika kamu terpapar cacing pipih, kemungkinan besar berasal dari asupan ikan mentah. Gejala infeksi cacing pipih bervariasi tergantung spesiesnya. Gejalanya mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk muncul, tetapi paling sering berupa gangguan pencernaan.
(adr/adr)
6 Buah dan Sayur Terbaik untuk Menjaga Kesehatan Usus Secara Alami
Jakarta –
Kesehatan usus perlu dijaga karena memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Salah satu caranya dengan mengonsumsi buah dan sayur kaya serat, prebiotik, dan probiotik berikut ini.
Menjaga kesehatan usus sangat bermanfaat untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan. Usus punya peran penting dalam sistem pencernaan, imunitas tubuh, hingga kesehatan mental seseorang.
Mengonsumsi makanan sehat bernutrisi tepat adalah cara ideal menjaga kesehatan usus. Contohnya buah dan sayur yang kaya serat, prebiotik, dan probiotik. Kombinasi nutrisi tersebut mampu mendorong produksi bakteri baik di usus yang akhirnya menyeimbangkan mikrobioma usus dan mengurangi inflamasi.
Dikutip dari Times of India (19/8/2025), inilah 6 buah dan sayur terbaik untuk menjaga kesehatan usus secara alami:
1. Apel
Apel mengandung serat larut berupa pektin yang pada dasarnya merupakan serat prebiotik untuk memberi makan bakteri baik di usus. Manfaat lainnya juga mengurangi inflamasi dan memperlancar proses pencernaan.
Kandungan serat yang tinggi pada apel juga bantu melancarkan buang air besar. Selain itu, apel mengandung enzim alami yang bantu memecah makanan di usus dan memastikan pencernaan berjalan lancar.
2. Pisang
Foto: chandlervid85/Freepik |
Pisang kaya pati resisten, jenis serat yang tahan terhadap pencernaan dan bertindak sebagai prebiotik. Pisang juga mengandung pektin yang menguntungkan bakteri baik di usus.
Saat dicerna, pisang bersifat lembut dan tidak menyebabkan rasa tidak nyaman di saluran pencernaan. Jadi konsumsinya ideal untuk mereka yang perutnya sensitif atau alami sindrom iritasi usus besar (IBS). Makan pisang secara teratur juga dikaitkan dengan manfaat cegah sembelit.
3. Sayuran berdaun hijau
Tak ada alasan untuk tidak rutin mengonsumsi sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan kale. Jenis sayuran ini kaya serat, antioksidan, dan vitamin yang bantu menjaga usus tetap sehat.
Sayuran berdaun hijau kaya magnesium yang bermanfaat untuk buang air besar teratur dan mencegah sembelit. Kandungan antioksidan-nya juga bisa diandalkan untuk mengurangi inflamasi dan mendukung kesehatan usus secara umum.
4. Ubi
Kabar baik untuk pencinta ubi karena makanan favoritnya mengandung serat larut yang menguntungkan kesehatan. Ubi juga mengandung antioksidan betakaroten dan antosianin yang memiliki senyawa antiinflamasi.
Serat pada ubi-lah yang menguntungkan kesehatan usus, seperti membuat buang air besar lancar dan memberi makan bakteri baik pada usus.
5. Wortel
Wortel enak dijadikan camilan sehat dengan cara direbus, diolah bersama sup, hingga jadi racikan smoothies. Sayuran ini kaya serat larut dan betakaroten yang mencegah peradangan di usus.
Bahkan senyawa antioksidan pada wortel disebut membantu melindungi lapisan usus dari kerusakan. Jadikan wortel sebagai asupan sayuran harian yang nikmat menyehatkan usus.
6. Alpukat
Foto: Getty Images/Iamthatiam |
Alpukat kaya akan serat, lemak sehat, dan prebiotik. Kandungan lemak tak jenuh tunggal pada alpukat mengurangi inflamasi dan aman dikonsumsi mereka yang alami sindrom iritasi usus besar (IBS).
Sementara kandungan seratnya bantu melancarkan pencernaan dan mendukung kesehatan usus secara umum. Alpukat bisa dimakan langsung sebagai buah segar atau dijadikan topping roti panggang, jus, dan isian salad.
(adr/adr)
Bukannya Bikin Semangat, Asupan 5 Makanan Ini Picu Lelah dan Stres
Jakarta –
Asupan makanan tak hanya memengaruhi berat badan atau lingkungan, tapi juga otak, suasana hati, dan kadar energi. Pakar pun mengungkap makanan yang jika dikonsumsi justru memicu lelah dan stres. Berikut daftarnya!
Usus dan otak punya komunikasi dua arah dimana kesehatan keduanya saling memengaruhi. Bahkan ada ungkapan yang menyebut usus sebagai ‘otak kedua’ manusia.
Ketika peradangan terjadi di usus, maka pasokan energi untuk otak dan tubuh bakal berkurang. Hasilnya, tak hanya bikin seseorang lemas, lelah, atau stres, tapi paparan radikal bebasnya juga bisa merusak jaringan otak.
Dikutip dari CNBC Make It (14/5/2022), Dr. Uma Naidoo mengungkap 5 makanan yang justru memicu lelah dan stres saat dikonsumsi:
1. Makanan olahan
Makanan olahan seperti cookies kemasan, keripik, permen, soda, hingga roti kemasan, biasanya mengandung gula olahan dan gula tambahan. Seringnya dalam bentuk sirup jagung tinggi fruktosa. Asupan “banjir gula” ini bisa memicu inflamasi di otak hingga berdampak pada depresi serta kelelahan.
Alih-alih beli makanan olahan, lebih baik konsumsi makanan utuh, alami, dan segar. Misalnya buah, sayur, daging sapi organik, dan ikan.
2. Minyak olahan
Foto: Getty Images/iStockphoto |
Proses industrialisasi mendorong produksi minyak olahan yang murah dan banyak. Minyak ini terbuat dari produk sampingan tanaman pangan yang melimpah, misalnya jagung, kedelai, bunga matahari, dan sawit.
Proses pengolahan yang tinggi membuat minyak ini tinggi kandungan asam lemak omega-6 yang bersifat inflamasi, bukan asam lemak omega-3 yang bersifat sebaliknya. Penelitian menunjukkan orang yang mengonsumsi makanan tinggi asam lemak omega-6 berisiko lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan mereka yang mengonsumsi makanan tinggi omega-3. Sebagai solusi, bisa beralih ke minyak zaitun extra virgin atau minyak alpukat saat memasak.
3. Sumber gula tambahan dan gula rafinasi
Gula tak hanya terkandung dalam produk makanan manis, tapi juga produk makanan kemasan, seperti saus tomat, saus salad, hingga makanan gurih seperti kentang goreng.
Gula tambahan dan gula rafinasi memperburuk peradangan dan membuat tubuh kelebihan gula daripada yang dibutuhkan. Kondisi ini dapat meningkatkan kecemasan dan suasana hati yang tidak stabil.
Gula memiliki efek adiktif. Jadi, semakin sedikit gula yang kita konsumsi seiring waktu, maka semakin sedikit pula keinginan kita untuk mengonsumsinya. Untuk mengurangi ketergantungan pada gula, kamu disarankan beli makanan utuh yang tidak dibuat dengan gula tambahan.
4. Makanan yang digoreng
Foto: Getty Images/iStockphoto |
Makanan yang digoreng terasa nikmat karena teksturnya renyah dan sering kali diberi bumbu tambahan yang bikin rasanya gurih sedap. Namun, konsumsinya perlu dibatasi.
Sebuah studi tahun 2016 mengamati 715 pekerja pabrik dan mengukur tingkat depresi, ketahanan, dan konsumsi mereka akan makanan yang digoreng. Hasilnya, peneliti menemukan orang yang mengonsumsi lebih banyak makanan yang digoreng lebih mungkin mengalami depresi seumur hidup mereka.
Konsumsi makanan yang digoreng kemungkinan besar merusak suasana hati karena biasanya digoreng dengan lemak tidak sehat.
5. Pemanis buatan
Pengganti gula kini semakin banyak ditemukan pada makanan yang diklaim “sehat”. Namun, pemakaiannya ternyata dapat menyebabkan depresi.
Sebuah studi menunjukkan, orang yang mengonsumsi pemanis buatan, terutama melalui minuman diet, lebih depresi daripada mereka yang tidak mengonsumsinya.
Lebih buruk lagi, beberapa studi telah menunjukkan konsumsi pemanis buatan dapat menjadi racun bagi otak. Sifatnya mengubah konsentrasi neurotransmitter pengatur suasana hati.
(adr/adr)
Makan Mie Instan 3 Kali Seminggu? Waspadai Risiko Serangan Jantung
Jakarta –
Mie instan menawarkan rasa lezat yang bikin ketagihan. Namun konsumsinya harus berhati-hati karena jika terlalu sering dapat berefek buruk untuk kesehatan. Penelitian bahkan mengaitkannya dengan risiko serangan jantung!
Mie instan banyak dikonsumsi saat seseorang punya waktu makan terbatas atau bingung mau makan apa. Mereka memilih bikin mie instan yang rasanya sudah pasti enak dan bisa dibuat dalam waktu singkat.
Alhasil, seseorang kerap kebablasan mengonsumsi mie instan. Yang harusnya mie instan menjadi makanan rekreasional, berakhir menjadi makanan ‘pokok’. Hal ini tentu memiliki risiko kesehatan yang besar.
Dikutip dari unggahan Instagram dr. Adam Prabata (8/8/2025), dokter peraih gelar Ph.D Medical Sciences dari Kobe University ini mengungkap sebuah penelitian di Korea Selatan terkait konsumsi mie instan. Penelitian tersebut melibatkan 3.397 mahasiswa di Seoul untuk dilihat kebiasaan makan mie instannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan, orang yang sering makan mie instan dengan durasi lebih dari 3 kali dalam seminggu memiliki risiko lebih tinggi 2,6 kali untuk mengalami kadar lemak darah yang tinggi, berupa hipertrigliseridemia.
Penelitian lain menunjukkan jika peningkatan kadar lemak darah berupa hipertrigliseridemia menyebabkan penumpukan lemak di pembuluh darah. Alhasil meningkatkan risiko serangan jantung.
Jadi, konsumsi mie instan sebaiknya tidak terlalu sering. Jika produk makanan instan ini dikonsumsi 3 kali atau lebih dalam seminggu, bisa meningkatkan risiko peningkatan lemak darah dalam tubuh hingga 2,6 kali lebih banyak!
Konsumsi mie instan 3 kali atau lebih dalam seminggu bisa berisiko serangan jantung. Foto: Site News |
Menyoal efek buruk konsumsi mie instan, ahli gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M. hum juga pernah menjelaskannya pada detikfood (24/6/2020). Ia menyebut mie instan tergolong makanan ultra proses atau ultra-processed food, seperti roti, sereal, chiki, hingga es krim.
Dr Tan menjelaskan kalau makanan ultra proses pada prinsipnya melalui penambahan ‘food additive’ seperti gula, garam, lemak, perisa, penguat rasa, dan sebaiknya. Makanan ini diproses secara industrial untuk menghasilkan makanan yang praktis dan enak.
Namun dalam konsumsinya, makanan ultra proses bisa memunculkan ragam masalah kesehatan. dr Tan menjelaskan diantaranya obesitas, gangguan gizi pada anak tumbuh kembang, dan penyakit kronis lainnya.
Dr Tan menekankan segala sesuatu yang berlebihan dikonsumsi tidak baik, apalagi untuk mie instan. “Makanan rekreasi (seperti mie instan) nggak bisa jadi makanan saban hari,” tuturnya.
Berkaca pada prinsip makanan rekreasi, dr Tan juga menyoroti soal frekuensi ideal dari konsumsi mie instan. Tidak ada patokan pasti memang, “Asal memang sadar itu cuma buat nyumpel,” katanya.
Menurutnya tiap orang memiliki batas toleransi yang tidak sama. “Ada orang yang satu kali makan (mie instan) saja bisa muntah-muntah karena tubuhnya menolak,” ujar dr Tan.
(adr/adr)
Pencinta Kopi dan Teh Wajib Tahu, Hindari 3 Waktu Terburuk Meminumnya
Jakarta –
Kopi dan teh tidak cocok diminum pada setiap waktu. Kenali waktu terburuk untuk meminumnya agar tidak merugikan kesehatan.
Kopi dan teh merupakan jenis minuman populer yang umum dikonsumsi setiap hari. Meminumnya mendatangkan banyak manfaat sehat untuk tubuh.
Agar manfaatnya maksimal, perhatikan beberapa aspek dalam menikmati kopi dan teh. Dilansir dari Food NDTV (22/7), ternyata mengonsumsi kopi dan teh ada waktu terbaik dan terburuknya.
Hal ini diungkapkan oleh ahli gizi Dr Dixa Bhavsar Savaliya dalam unggahan video Reels Instagram. Berikut 3 waktu terburuk untuk minum kopi dan teh:
1. Saat Perut Kosong
Kopi dan teh adalah minuman yang mengandung kafein tinggi. Oleh karenanya tak baik jika langsung dikonsumsi saat pagi hari ketika perut masih kosong.
Dr Savaliya juga menyarankan tidak mengonsumsi kopi dan teh pada waktu tersebut. Karena, kafein yang dikonsumsi saat perut kosong dapat mengganggu produksi kortisol, hormon stres utama, dan memunculkan rasa cemas, serta hilang keseimbangan.
Minum kopi dan minum teh ada waktu idealnya agar bermanfaat maksimal untuk kesehatan. Foto: Getty Images/krblokhin |
2. Saat Makan
Kopi dan teh sebaiknya tidak dijadikan minuman pendamping makan. Karena, kopi dan teh bersifat asam yang dapat menghambat pencernaan.
Jika mengonsumsinya bersamaan dengan makanan yang mengandung protein tinggi, maka akan menghambat proses pencernaan. Hal ini dikarenakan kafein bersifat asam.
Selain itu, teh juga dapat mengganggu penyerapan zat besi jika dikonsumsi segera setelah makan. Untuk mengoptimalkan pencernaan dan penyerapan nutrisi, sebaiknya menghindari kopi atau teh dalam kurun waktu 1 jam sebelum dan sesudah makan.
3. Sore Hari setelah Pukul 16.00
Kopi dan teh sebaiknya juga dihindari saat sore hari, terutama setelah pukul 16.00. Bagi mereka yang menikmati secangkir minuman di malam hari, kafein dapat memberikan dampak yang buruk.
Dr Savaliya merekomendasikan untuk menghindari kafein dari kopi dan teh setidaknya 10 jam sebelum tidur. Hindari mengonsumsinya setelah pukul 16.00, karena dapat meningkatkan kualitas tidur, mendukung detoksifikasi hati, mengurangi kadar kortisol, hingga meningkatkan pencernaan.
Batas Aman Konsumsi Kopi dan Teh
Menurut Indian Council of Medical Research (ICMR), baik kopi maupun teh mengandung kafein. Kandungan ini dapat merangsang sistem saraf pusat dan menyebabkan ketergantungan.
Batas harian mengonsumsi kopi dan teh tidak disarankan melebihi 300 miligram. Secangkir kopi seduh (150 ml) mengandung 80-120 mg kafein. Lalu, kopi instan mengandung sekitar 50-65 mg kafein, sedangkan secangkir teh mengandung 30-65 mg kafein.
(adr/adr)




















