Tag Archives: emosi

Real Oviedo Vs Madrid: Selebrasi Kontroversial Vinicius


Oviedo

Vinicius Junior mencetak gol saat Real Madrid mengalahkan klub promosi, Real Oviedo. Dia melakukan selebrasi yang memantik emosi fans lawan.

Real Madrid bertandang ke markas Oviedo pada pekan kedua Liga Spanyol, Senin (25/8/2025) dini hari WIB. Vinicius memulai pertandingan dari bangku cadangan.

Vinicius baru dimainkan ketika laga memasuki menit ke-63 dan Real Madrid sedang unggul 1-0. Winger asal Brasil itu jadi sasaran olok-olok fans Real Oviedo yang mencemoohnya.


Olok-olok kepada Vinicius semakin menggema di menit ke-80 ketika dirinya mendapat kartu kuning. Pemain berusia 25 tahun itu dianggap diving demi mengharapkan penalti.

Real Madrid menggandakan keunggulan di menit ke-83 lewat gol Kylian Mbappe via assist Vinicius. Fans Oviedo melemparkan botol ke arah Vinicius ketika sang pemain membuat gestur kesal, hingga mulutnya harus ditutup tangan Mbappe.

Vinicius kemudian membobol gawang Real Oviedo di injury time. Pemain bernomor punggung 7 ini melakukan selebrasi menyentuh telinga dan menunjuk tribun penonton dengan jarinya.

Tak hanya itu, Vinicius juga membuat gestur dua jari terangkat yang mengisyaratkan Oviedo supaya balik lagi ke divisi dua Liga Spanyol. Aksinya itu membuat kesal para penonton di tribun.

Gol Vinicius memastikan Real Madrid menang 3-0 atas Oviedo. Vinicius mengunggah foto selebrasi golnya ke arah fans lawan di Instagram.

“Aku memang seperti itu,” Vinicius menuliskan di Instagram usai laga Real Oviedo vs Madrid.

(bay/adp)





Sumber : sport.detik.com

Lambatnya Pendaftaran Pemain Barcelona Bikin Flick Emosi


Jakarta

Hingga sehari sebelum laga pekan perdana LaLiga musim ini melawan Mallorca, Barcelona belum mendapat lampu hijau untuk menurunkan Joan Garcia dan Marcus Rashford. Hal ini membuat pelatih Hansi Flick kesal.

Sebelumnya, dikabarkan bahwa Barcelona boleh mendaftarkan Garcia dengan memakai slot gaji Marc-Andre ter Stegen usai kiper asal Jerman itu dinyatakan cedera parah dan harus menepi minimal empat bulan.

Lalu direksi Barcelona juga setuju untuk meminjam 7 juta Euro dari bank demi menambah ruang untuk salary cap mereka, sehingga Rashford juga bisa didaftarkan. Namun hingga kini pendaftaran kedua pemain tersebut masih tertunda.


“Anda bisa bayangkan saya tidak senang dengan hal itu, tetapi saya tahu situasinya dan saya percaya pada klub,” kata Flick dalam konferensi pers pada Jumat (15/8/2025), dikutip ESPN.

“Kita harus menunggu sampai besok (Sabtu). Saya pikir situasinya sama seperti musim lalu. Kami hanya fokus pada apa yang bisa kami ubah, apa yang ada di tangan kami, dan untuk hal-hal lainnya, saya percaya pada klub,” tegas pelatih asal Jerman itu.

Andai registrasi pemain tak kunjung disetujui hingga bats waktu yang ditentukan, Barca tak punya pilihan selain menurunkan Inaki Pena, yang saat ini menjadi satu-satunya kiper tim utama yang fit dan tak ada masalah administrasi.

Namun harian lokal Diario Sport melaporkan Barcelona optimis Garcia dan Rashford bisa didaftarkan tepat waktu dan akan berada dalam skuad yang tersedia untuk menghadapi Mallorca, yang digelar Minggu (17/8) pukul 00.30 WIB di Estadi Mallorca Son Moix.

(adp/nds)



Sumber : sport.detik.com

Mengenal ‘Efek Burung Unta’, Momen Ketika Manusia Mulai Menghindari Informasi



Jakarta

Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti dari The University of Chicago (UChicago) menunjukkan momen ketika manusia mulai menghindari informasi. Bahkan, ketika informasi tersebut bermanfaat baginya.

Tak bisa dihindari, seluruh manusia di dunia masuk ke masa di mana informasi bergerak dengan cepat dan berlebihan. Oleh karena itu, terkadang rasanya kita ingin menutup telinga dan seakan mengubur kepala di tanah hingga tak tahu informasi apapun.

Menurut para psikolog, menghindari informasi ketika hal tersebut tidak mengenakkan adalah perilaku umum orang dewasa. Perilaku ini disebut dengan “Efek Burung Unta”.


Tapi bagaimana bisa kita menjadi burung unta? Penelitian yang diterbitkan pada jurnal Psychological Science, Juni 2025 lalu oleh tim peneliti pascadoktoral UChicago Radhika Santhanagopalan mencoba menjawabnya.

Usia Manusia Mulai Menghindari Informasi

Santhanagopalan menemukan seiring bertambahnya usia anak-anak, kecenderungan untuk menghindari informasi akan semakin kuat. Pada usia 5 dan 6 tahun, anak biasanya masih aktif untuk mencari informasi.

Tetapi, ketika masuk di usia 7-10 tahun, mereka ditemukan secara strategis menghindari pembelajaran, jika hal itu menimbulkan emosi negatif. Untuk mengetahui asal-usul perilaku ini, Santhanagopalan menilai anak-anak adalah objek yang tepat.

“Untuk memahami asal-usul perilaku pengambilan keputusan dan bagaimana perilaku tersebut berubah seiring waktu, satu-satunya populasi yang dapat memberi wawasan adalah anak-anak,” tuturnya dikutip dari laman resmi Uchicago.

Ketidaktahuan adalah Kebahagiaan

Keingintahuan adanya perilaku ‘efek burung unta’ timbul dari kehidupan sehari-harinya sebagai mahasiswa doktoral di bidang bisnis dan psikologi. Ia menemukan hal yang sangat menarik untuk diketahui.

Di kelas bisnisnya, Santhanagopalan menemukan bila orang dewasa kerap mengabaikan pasar saham yang sedang anjlok atau menolak melihat hasil tes. Mereka sering kali secara aktif menghindari informasi, bahkan ketika informasi itu merugikan.

Tetapi, ketika masuk ke kelas psikologi perkembangan, yang terjadi justru sebaliknya. Ia menemukan bila anak-anak begitu ingin tahu pada awalnya, tetapi mengapa saat beranjak dewasa mereka jadi orang yang menghindari informasi.

Untuk menjawab hal tersebut, Santhanagopalan menggandeng profesor Jane Risen dari Sekolah Bisnis dan Katherine Kinzler dari Departemen Psikologi UChicago.

Pada percobaan awal, ketiganya mengamati ada 5 alasan mengapa manusia mungkin sengaja untuk memilih untuk tidak tahu. Kelimanya yaitu:

1. Menghindari emosi negatif seperti kecemasan atau kekecewaan.

2. Menghindari informasi negatif tentang kesukaan atau kompetensi kita sendiri.

3. Menghindari tantangan terhadap keyakinan kita.

4. Melindungi preferensi diri sendiri.

5. Bertindak sesuai kepentingan dirinya sendiri sambil berusaha agar tidak terlihat mementingkan diri sendiri.

Setelah merumuskan 5 alasan tersebut, para peneliti ini kemudian mengadaptasinya ke dalam lima skenario. Anak-anak dilibatkan ketika eksperimen berlangsung untuk melihat apakah mereka dapat memicu penghindaran informasi.

Salah satu skenario mengajak anak-anak diminta untuk membayangkan permen favorit dan yang paling tidak mereka sukai. Selanjutnya, mereka ditanya apakah ingin menonton video tentang mengapa memakan permen itu buruk bagi gigi.

Dalam skenario ini, Santhanagopalan dan tim menemukan bahwa anak-anak yang lebih kecil benar-benar ingin mencari tahu informasi, sedangkan anak-anak yang lebih besar mulai menunjukkan perilaku menghindar.

“Misalnya, mereka tidak ingin tahu mengapa permen favorit mereka buruk, tetapi mereka tidak masalah mempelajari mengapa permen yang paling tidak mereka sukai itu buruk,” kata Santhanagopalan.

Temuan ini berlaku untuk semua motivasi, kecuali poin kompetensi. Anak-anak dari segala usia tidak takut belajar bahkan jika mereka mendapat nilai buruk dalam sebuah ujian.

Santhanagopalan berhipotesis bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh pola pikir berkembang yang ditanamkan di sekolah. Di sekolah anak-anak mungkin diberi banyak pesan tentang bakat bisa berubah atau berkembang jika ingin berusaha.

“Mereka mungkin lebih tertarik mencari informasi karena tahu bahwa mereka berpotensi bisa mengubah hasilnya,” paparnya lagi.

Ruang Gerak Moral

Selain soal proses anak menghindari informasi, tim peneliti juga penasaran tentang kapan mulanya anak-anak mulai mengeksploitasi “ruang gerak” moral mereka. Ruang gerak moral berhubungan dengan gagasan bahwa orang cenderung menjadikan ambiguitas (ketidaktahuan atau ketidakjelasan) sebagai senjata untuk keuntungan mereka sendiri.

“Kita ingin bertindak demi kepentingan pribadi, tetapi kita juga sangat peduli untuk tampil adil di hadapan orang lain. Keleluasaan moral memungkinkan kita mencapai kedua tujuan tersebut,” jelas Santhanagopalan lagi.

Para peneliti kemudian kembali melakukan eksperimen, di mana anak-anak secara berpasangan diberikan dua ember. Pada masing-masing ember terdapat stiker yang akan diberikan untuk dirinya dan pasangannya.

Mereka dapat melihat bahwa ember A memiliki lebih banyak stiker dibanding ember B, tetapi jumlah stiker yang akan diterima pasangan mereka dari setiap ember tidak diberi tahu. Sebelum memilih ember, peserta ditanya apakah mereka ingin tahu berapa banyak stiker yang akan diterima pasangan mereka.

Hasilnya, anak-anak sebagian besar memilih untuk tidak ingin mengetahui berapa banyak stiker yang akan didapatkan pasangannya. Hal ini dinilai agar mereka dapat membuat pilihan tanpa rasa bersalah.

“Ruang gerak moral memungkinkan mereka mengambil keuntungan pribadi, sekaligus mempertahankan ilusi keadilan. Tabir ketidaktahuan memungkinkan mereka bertindak demi kepentingan pribadi mereka sendiri,” ungkap Santhanagopalan.

Cara Tidak Menghindari Informasi

Santhanagopalan tak bisa memungkiri bila ada beberapa alasan bagus untuk menghindari informasi negatif. Informasi jenis ini dapat membuat seseorang kewalahan, mengancam, dan melumpuhkan.

Namun, terlalu banyak menghindari informasi juga dapat menimbulkan konsekuensi negatif yang serius, seperti memperdalam polarisasi politik atau kekakuan ideologis.

Untuk menghindari perilaku rasa ingin menghindari informasi, Santhanagopalan menyarankan agar kita kembali memikirkan alasan mengapa hal itu terjadi. Menurutnya, membingkai ulang informasi yang membuat kita tidak nyaman sebagai sesuatu yang berguna dan berharga mungkin dapat membantu.

Penelitian menunjukkan bahwa melakukan intervensi saat anak masih kecil dapat mencegah mereka terjebak dalam perangkap penghindaran. Hal ini juga bisa memberikan manfaat yang berlipat ganda.

Pada dasarnya, manusia memiliki kecenderungan untuk ingin menyelesaikan ketidakpastian. Tetapi ketidakpastian adalah salah satu hal yang juga sangat menakutkan.

“Tetapi ketika penyelesaiannya terasa mengancam, orang mungkin akan memilih untuk menghindari hal tersebut. Saya pikir ada manfaatnya jika kita mampu menoleransi dan bahkan menerima ketidakpastian dalam tingkat tertentu,” tuturnya.

“Saya pikir itu mungkin bisa membantu kita untuk tidak terjerumus dalam penghindaran informasi,” sambung Santhanagopalan.

Jika semua upaya dalam menghindari informasi gagal, Santhanagopalan menyarankan untuk meniru perilaku anak-anak, yakni:

“Ikuti rasa ingin tahu Anda,” tandas Santhanagopalan.

(det/pal)



Sumber : www.detik.com

Viral! Pengunjung Emosi Lempar Tas ke Monyet di Tempat Wisata



Jakarta

Sebuah video di TikTok ramai diperbincangkan setelah memperlihatkan seorang pengunjung mengayunkan tas ke arah seekor monyet. Ia kesal karena hewan itu merebut makanan anaknya.

Diberitakan Straits Times, Jumat (3/10/2025), video itu direkam di Kebun Binatang Singapura dan diunggah pada 28 September. Dalam keterangan video dikatakan pria tersebut tak senang setelah monyet mencuri makanan anaknya.

Dalam video yang viral itu, seekor monyet terlihat sedang mengunyah, bisa jadi kue kering atau roti. Lalu, seorang pria mengayunkan tas biru ke arah monyet tersebut.


Aksinya meleset dari sasaran. Tas itu justru mengenai wajah sang anak yang memperhatikan monyet dari tadi.

@arandompaul Can’t believe I caught this video. The monkey stole the kids food and the dad wasn’t happy. #fyp #singapore #zoo ♬ Almost forgot that this was the whole point – Take my Hand Instrumental – AntonioVivald

Orang-orang di sekitar awalnya tertawa di awal video. Namun setelah melihat aksi agresif pria tersebut, orang-orang menegurnya.

“Kamu tidak boleh melakukan itu!” kata salah satu dari mereka.

Kolam komentar postingan itu juga ramai memperdebatkan aksi pria tersebut. Banyak yang menyalahkan pria itu karena membiarkan anaknya makan sambil berjalan, yang secara jelas dilarang di kebun binatang. Namun, ada juga yang membela pria ini yang bertujuan melindungi anaknya.

Tanggapan Kebun Binatang Singapura

Kebun Binatang Singapura yang tergabung dalam Mandai Wildlife Group mengingatkan kembali wisatawan bahwa kawasan mereka adalah rumah bagi berbagai satwa liar lokal, seperti monyet ekor panjang dalam video tersebut.

“Di taman margasatwa kami, kami memberikan informasi kepada semua pengunjung melalui papan informasi dan imbauan tentang etika umum di sekitar hewan. Kami ingin memastikan bahwa semua tamu kami, dan hewan-hewan di sekitar mereka, merasakan interaksi yang positif,” kata juru bicara tersebut.

Jubir menambahkan hal ini termasuk mengingatkan untuk tidak makan saat berjalan di taman, dan menggunakan tempat sampah anti-monyet, dan hal-hal lainnya.

“Satwa liar asli seperti monyet memiliki cukup makanan di alam liar, dan karena kami berbagi taman dengan mereka, kami dapat secara sadar memastikan tidak ada makanan yang menggoda mereka,” kata juru bicara tersebut.

(sym/fem)





Sumber : travel.detik.com

Lagi Ngetren, Orang Lebih Pilih Pergi ke Gym Dibanding Liburan



Jakarta

Sebuah tren baru berkembang di dunia traveling. Orang lebih memilih pergi ke gym untuk menikmati wellness (kebugaran) dibandingkan pergi liburan.

Huda dari Delhi, India adalah contoh nyata orang yang termakan tren baru tersebut. Alih-alih pergi liburan, Huda malah merasakan kenikmatan wellness dengan pergi ke gym.

Sehari-hari, Huda bekerja terus menerus di kantor, sampai-sampai dia tidak pernah merasakan tidur 8 jam dalam sehari. Ia akhirnya pergi ke gym untuk ‘mengobati’ rasa stresnya dalam pekerjaan.


“Angkat beban memberikan saya lebih dari sekadar kekuatan fisik, tapi juga kepercayaan diri. Saya akhirnya resign dari pekerjaan,” ujar Huda seperti dikutip dari Mint, Jumat (3/10/2025).

Setelah rutin nge-gym selama 10 bulan, Huda berpikir dia bisa membantu temannya yang lain dengan masalah yang sama, yaitu dengan cara menjadi seorang pelatih di gym. Akhirnya, Huda pun jadi instruktur gym sampai sekarang.

Gym atau tempat fitness ternyata lebih efektif dibandingkan liburan untuk meredakan stres. Gym bisa memberikan pengalaman penyembuhan holistik dan wellness bagi mereka yang membutuhkan bantuan.

Menurut penelitian dari National Institute of Health, selama orang berolahraga, apakah itu yoga, nge-gym, lari atau jenis olahraga lainnya, tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin dan dopamine yang memberi rasa bahagia. Selain itu, aktivitas fisik juga akan mengurangi kortisol, hormon yang menyebabkan stres.

Di Jakarta, tren gym juga makin berkembang dengan kehadiran Technogym yang beralamat di Jalan Gunawarman No 77. Technogym adalah perusahaan wellness terdepan di dunia, dengan desain khas Italia dan teknologi yang inovatif, berkualitas tinggi.

Showroom baru di Jakarta itu dirancang untuk memberikan pengalaman langsung bagi masyarakat untuk menjelajahi produk inovatif, program latihan, serta gaya hidup yang lebih sehat.

Mengusung konsep wellness, sebuah gaya hidup yang menekankan pentingnya olahraga, pola makan seimbang, dan pendekatan kondisi mental yang positif, Technogym sudah diakui oleh para atlet serta tim olahraga papan atas di gym eksklusif, private members’ clubs, hingga hotel bintang lima di seluruh dunia termasuk Marriott Group, St. Regis, dan Bvlgari Resort.

Dari latihan atletik seperti lari, bersepeda, persiapan triatlon, menurunkan berat badan, menjaga kesehatan, hingga sekadar tetap aktif dan menikmati olahraga, semua bisa dilakukan di Technogym. Dengan berolahraga, tubuh akan merekam hal itu sebagai aktivitas yang merilis emosi.

“Tubuh itu seperti jurnal, mereka akan tetap merekam, meski kita sedang istirahat. Sistem syaraf berperan vital dalam memroses dan merilis emosi dalam tubuh kita,” jelas Arathi Jose, psikolog dari Alliance University.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Tour Guide Kesal Rombongan Turis yang Dibawanya Belanja Sedikit



Jakarta

Rombongan wisata asal Taiwan ini diceramahi oleh tour guide yang mendampingi mereka saat liburan ke Pulau Jeju, Korea Selatan. Penyebabnya karena mereka hanya belanja sedikit.

Seperti yang diberitakan mothership, Rabu (8/10/2025) rombongan turis ini berlibur ke Pulau Jeju selama 4 malam. Pada hari terakhir liburan, mereka dibawa ke tempat belanja untuk mencari oleh-oleh. Pemandu menyarankan mereka untuk setidaknya membeli beberapa masker wajah.

Namun setelah mencoba beberapa produk, ternyata tidak ada yang cocok. Lalu turis-turis ini memutuskan untuk kembali naik ke bus.


Yang membuat mereka kaget, saat di bus pemandu wisata yang menemani mereka malah ngomel-ngomel. Dia merasa dipermalukan karena rombongan turis yang dia dampingi hanya belanja sedikit. Ia beralasan bahwa produk-produk tersebut, seperti masker wajah, tidak terlalu mahal, dan mereka juga akan membeli produk-produk tersebut di toko lain.

Rombongan tur tersebut sebenarnya membeli produk senilai lebih dari S$1.400 (hampir Rp 18 juta). Tetapi pemandu wisata menganggap jumlah tersebut masih kurang.

Setelah video dia marah-marah ini viral, perusahaan travel tersebut akhirnya meminta maaf.

Kelakuan tour guide yang menyebalkan ini cukup sering terjadi. Pertengahan tahun 2024 juga ramai tour guide di China yang marah karena wisatawan tak mau berbelanja di tempat pilihannya.

Dia kesal karena rombongannya belanja tak sampai Rp 2 juta dan memaki-maki mereka.

Mundur lagi ke tahun 2023, masih di China, tour guide mengamuk saat rombongan turis yang dibawanya tak belanja satupun dan hanya melihat-lihat saja.

Tour guide ini membawa rombongannya ke sejumlah toko yang menjual permata. Namun sebagian besar wisatawan tidak berbelanja, hanya melihat-lihat saja.

Entah kenapa tur guide ini emosi dan mengancam membatalkan perjalanan. Bahkan dia mengatakan akan meninggalkan rombongan di mana mereka berada jika mereka tidak mengeluarkan uang.

(sym/row)



Sumber : travel.detik.com

‘Liburan Miskin’ Turis China di Jepang Bikin Warga Dua Negara Panas



Tokyo

Seorang turis asal China membuat konten liburan ‘miskin’ di Jepang. Video-video tersebut bikin warga di dua negara emosi.

Dikutip dari South China Morning Post, Minggu (11/10/2025), seorang pria dengan nama Yikeshu adalah pelakunya. Dia mengklaim sebagai influencer perjalanan dengan hampir 200.000 pengikut di media sosial China. Salah satu kontennya adalah perjalanan ke Osaka, Jepang.

Dia disorot setelah mendokumentasikan perjalanannya dengan video yang berjudul “Selamat datang untuk menyaksikan perjalanan saya di Osaka dengan uang 100 yuan.


Videonya dimulai dari pendaratan di Bandara Internasional Kansai. Ia mengantre di bea cukai dan mengabaikan tanda ‘dilarang merekam’, memotret seenaknya dan bergumam “langsung memasuki Jepang kecil”.

Di toilet bandara, dia bertingkah makin menyebalkan. Alih-alih memakai fasilitas umum dengan bijak, ia malah mencuci rambut di wastafel dan mengeringkannya dengan pengering tangan.

Kelakuan konyolnya masih berlanjut. Dia melanjutkan perjalanan ke Osaka dengan Kereta Listrik Nankai. Bukannya duduk dengan tengan, ia malah melakukan pull-up dan bergelantungan. Bahkan, ia berbaring di kursi sambil menyanyi lagu patriotik ‘Love My China’.

Untuk menghemat pengeluaran, ia masuk ke sebuah restoran dan meminta teh yang diberikan secara gratis untuk pelanggan. Setelah minum teh itu, ia kemudian pergi tanpa membeli apa pun.

Melangkahkan kaki ke pasar lokal, ia memburu semua sampel makanan gratis untuk menghemat biaya makan. Tanpa malu, ia makan sampel anggur sampai 7 butir. Penjual emosi dan mengambil seluruh sampel sebelum dihabiskan oleh turis itu.

Videonya membuat netizen dari China dan Jepang meradang. Mereka berkata bahwa Yikeshu adalah pribadi yang tak tahu malu.

“Sejujurnya, saya tidak masalah dengan kebanyakan turis China, tetapi hanya butuh satu orang seperti ini untuk menghancurkan seluruh citra,” kata netizen Jepang.

“Beberapa orang bekerja keras untuk membangun citra positif bagi orang China, sementara yang lain berusaha keras untuk menghancurkannya. Mengapa platform ini tidak memblokir orang-orang seperti ini?” kata netizen China.

“Orang seperti ini adalah kanker bagi citra internasional China. Upaya bertahun-tahun oleh 100 orang dapat hancur dalam sekejap hanya dengan tindakan bodoh satu orang,” timpal yang lain.

Melihat banyaknya kritikan, turis itu menghapus videonya. Tak ada permintaan maaf, ia hanya hilang sementara karena takut dengan kritikan dalam kolom komentar.

(bnl/fem)



Sumber : travel.detik.com

IQ-nya Disebut Capai 160, Elon Musk Punya Cara Jaga Kesehatan Otak

Jakarta

Elon Musk dikenal sebagai salah satu tokoh paling jenius dan berpengaruh di dunia teknologi. CEO Tesla, SpaceX, dan Neuralink ini dikabarkan memiliki IQ 160, setara dengan ilmuwan ternama seperti Albert Einstein.

Versi perhitungan CogniDNA, IQ Musk diperkirakan mencapai 160. CogniDNA menghitung IQ Musk menggunakan nilai mahasiswa jurusan fisika dan UPenn sebagai proksi.

Musk menunjukkan kecerdasannya secara berbeda dibandingkan ilmuwan tradisional. Tidak seperti Einstein yang berfokus pada fisika teoretis, Musk menerapkan ide-ide ilmiahnya di berbagai bidang.


Salah satu kelebihan dari Elon adalah dirinya yang dianggap memiliki daya ingat luar biasa. Bahkan, untuk detail-detail kecil, seperti nama orang, peristiwa, dan lainnya.

Dikutip dari Times of India, kunci dari mengingat sesuatu dari Elon Musk adalah dengan memberi makna pada setiap kejadian. Dengan ini, maka kecil kemungkinan otak akan melupakan hal tersebut.



Misalnya, jika ingin mengingat nama orang, cobalah kaitkan sesuatu yang istimewa atau berhubungan dengan orang tersebut. Bisa jadi hobi mereka, cerita lucu, atau gaya bicaranya.

Ini akan menciptakan hubungan mental yang kuat, sehingga nama akan mudah diingat. Hubungan yang bermakna ini akan membantu otak manusia lebih terprogram untuk mengingat cerita dan emosi lebih baik daripada fakta acak.

Mengaitkan dengan sesuatu yang lucu mungkin bisa menjadi cara paling ampuh untuk mengingat sesuatu. Ini karena otak sendiri menyukai hal-hal yang tidak biasa dan mengejutkan.

Trik mengingat dari pendiri X Corp ini ternyata bisa dibuktikan lewat sains. Para ahli memori menjelaskan bahwa otak kita menyimpan informasi lebih baik jika dikaitkan dengan emosi atau gambaran mental yang kuat.

Hal ini karena bagian otak yang emosional dan visual membantu menciptakan memori yang bertahan lama.

Halaman 2 dari 2

(dpy/naf)









Sumber : health.detik.com

9 Tanda Orang dengan IQ Rendah yang Jarang Disadari

Jakarta

Banyak orang percaya kecerdasan membantu seseorang bisa maju dalam kehidupan, baik secara profesional maupun pribadi. Orang yang cerdas dianggap memiliki Intelligence Quotient atau IQ, sehingga dihormati di tempat kerja dan lingkungan sosialnya.

Namun, beberapa orang mungkin tidak secerdas yang mereka yakini, yang didukung indikasi nyata yang membuktikan hal tersebut. Dikutip dari Your Tango, ini 9 tanda seseorang memiliki IQ rendah yang mungkin kerap tak disadari:

1. Lebih Banyak Bicara Dibanding Mendengarkan

Seseorang yang memiliki IQ rendah dan berpura-pura cerdas akan mencoba menjadi pusat perhatian dalam percakapan apapun yang mereka ikuti. Bahkan, mereka tidak mengakui bahwa interaksi yang sukses membutuhkan jeda dan diam.


Sebuah studi tahun 2020 tentang komunikasi mendefinisikan mendengarkan sebagai tindakan yang memiliki pengaruh kuat pada kesehatan dan kesejahteraan. Sangat mungkin seseorang yang lebih banyak bicara daripada mendengarkan merasa tidak yakin dengan tingkat kecerdasan mereka yang sebenarnya, sehingga mereka mencoba terlihat cerdas dan terus-menerus mengoceh.

“Mendengarkan secara aktif adalah ketika seseorang dapat mendengarkan Anda dengan saksama, benar-benar memahami apa yang Anda katakan, dan tidak menyela,” kata psikoterapis Jenny Maenpaa.

“Orang yang berpura-pura pintar mungkin tidak terampil dalam mendengarkan secara aktif, karena yang mereka inginkan hanyalah menguasai percakapan untuk meningkatkan ego mereka sendiri,” sambungnya.

2. Sering Menyombongkan Diri

Tanda lain seseorang tidak secerdas yang mereka kira adalah sering menyombongkan diri, yang berkaitan juga dengan rasa tidak aman. Menurut penelitian dari University of Arizona, menyombongkan diri tentang kemampuan diri sendiri membuat orang kurang percaya.

“Jika Anda menganggap diri Anda individu yang sangat cakap. Kurangi sedikit dalam menampilkan diri kepada orang lain atau mengelola kesan tentang apa yang dapat Anda lakukan,” kata penulis studi profesor Universitas Arizona, Martin Reimann.

“Orang yang benar-benar cerdas tidak perlu membuktikan betapa pintarnya mereka. Sementara seseorang yang ingin orang lain berpikir mereka pintar, justru perlu membuktikannya.”

3. Tidak Sadar Diri

Indikasi utama kecerdasan seseorang bergantung pada seberapa sadar diri mereka. Seseorang yang memiliki pemahaman yang kuat tentang siapa mereka dan apa yang mendorong mereka kemungkinan besar mencapai titik mental itu dengan melakukan refleksi diri.

Namun, seseorang yang tidak secerdas yang mereka katakan mungkin tidak mengenal diri mereka sendiri. Sebuah studi psikologi tahun 2016 mengukur dampak kesadaran diri terhadap kesejahteraan seseorang yang sadar dengan kondisinya.

Studi ini menemukan bahwa refleksi diri dan wawasan merupakan aspek kunci dari efek positif kesadaran diri. Orang yang cerdas sering kali melihat ke dalam diri sendiri.

Mereka mempertanyakan pola perilaku mereka sendiri dan berusaha memperbaiki cara mereka menunjukkan diri bagi diri sendiri dan orang lain. Sementara pada orang yang kurang cerdas, lebih menghindari menggali dunia batin mereka karena tidak memiliki kapasitas intelektual untuk melakukannya.

Akibatnya, mereka tidak sepenuhnya memahami diri mereka sendiri, melampaui keinginan dan kebutuhan permukaan mereka.

4. Kurang Rasa Ingin Tahu

Orang yang benar-benar cerdas selalu mengeksplorasi ide-ide baru. Tetapi, orang yang berpura-pura cerdas tidak benar-benar menantang diri mereka sendiri.

Orang yang berpura-pura tahu mengetahui fakta atau hal sepele yang sangat spesifik agar tampak berpengetahuan. Tetapi, mereka tdak menyelami lebih dalam dari apa yang sudah mereka ketahui.

5. Tidak Mengakui saat Salah

Tanda kecerdasan tinggi adalah mampu mengatakan bahwa orang tersebut tidak tahu jawabannya. Sementara orang yang berpura-pura cerdas, terlalu sombong untuk mengakui ketika mereka salah.

Sebuah studi psikologi tahun 2019 mengkaji konsep kerendahan hati intelektual, yang didefinisikan oleh para peneliti sebagai kesadaran akan kekeliruan intelektual seseorang.

“Kerendahan hati intelektual dikaitkan dengan penilaian yang lebih akurat terhadap pengetahuan umum seseorang. Artinya, mengetahui dan mengakui apa yang tidak Anda ketahui mungkin merupakan langkah pertama untuk mencari pengetahuan baru,” terang psikolog dan peneliti utama Elizabeth J Krumrei-Mancuso.

6. Mencari Validasi dari Luar

Mengandalkan pujian dan sanjungan orang lain sebagai ukuran harga diri merupakan tanda bahwa seseorang adalah validator eksternal. Seseorang yang memvalidasi tindakannya sendiri, tanpa bertanya kepada orang lain.

Seseorang yang berpura-pura cerdas membutuhkan aliran validasi dari luar yang konstan, karena sebenarnya mereka tidak mendasarkan rasa harga dirinya pada nilai-nilai mereka sendiri, melainkan pada bagaimana mereka dipersepsikan oleh orang lain.

7. Kompetitif

Seseorang yang sering membandingkan diri mereka dengan orang lain secara negatif menunjukkan dengan sangat jelas bahwa mereka hanya berpura-pura cerdas. Sebab mereka sebenarnya tidak yakin dengan diri mereka sendiri.

Mereka akan bertanya berapa nilai orang lain dalam tugas akademik atau menuntut untuk mengetahui apa yang dikatakan orang lain secara empat mata. Semua ini karena mereka ingin meyakinkan diri sendiri bahwa mereka lebih baik dari Anda.

8. Berpikir Dangkal

Tanda lain bahwa mereka orang yang kurang cerdas adalah senang dengan kepalsuan. Mereka lebih mementingkan penampilan daripada membangun fondasi yang kokoh dalam hubungan.

Mereka berpegang teguh pada standar kaku tentang ‘baik’ atau ‘buruk’, dan menghakimi siapa pun yang menyimpang dari norma. Berpura-pura lebih cerdas daripada yang sebenarnya adalah cara bagi mereka untuk meningkatkan rasa percaya diri, meskipun pada awalnya mereka mendasarkan harga diri mereka pada idealisme yang dangkal.

9. Menekan Emosi Mereka

Tidak memberi ruang bagi perasaan mereka sendiri merupakan indikasi bahwa seseorang memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Sementara orang yang cerdas tahu bahwa memiliki beragam emosi tidaklah masalah, orang yang berpura-pura cerdas berpikir bahwa mereka harus selalu sempurna.

Oleh karena itu, mereka menolak untuk mengungkapkan atau mengeksplorasi perasaan mereka. Psikolog Nick Wignall menjelaskan bahwa orang yang tidak cerdas secara emosional sering kali menutupi emosi mereka dengan bahasa yang rumit, mencatat bahwa mereka mengintelektualisasikan emosi mereka, menggunakan bahasa abstrak dan konseptual untuk menghindari menggambarkan perasaan mereka yang sebenarnya.

Sebab orang yang berpura-pura pintar kesulitan mengungkapkan perasaannya, mereka cenderung berputar-putar membicarakan topik emosional. Salah satu penanda kecerdasan sejati adalah kesediaan untuk terbuka terhadap semua emosi, bahkan yang menyakitkan atau sulit dijelaskan.

(sao/naf)



Sumber : health.detik.com

5 Kebiasaan Sehari-hari yang Diam-diam Bisa Merusak Otak menurut Ahli Saraf


Jakarta

Ada kebiasaan sehari-hari yang diam-diam bisa merusak kesehatan otak. Beberapa di antaranya mungkin hampir tidak disadari banyak orang.

Padahal, otak selalu bekerja keras, baik saat sedang memecahkan masalah yang sulit, tertawa, atau mengingat lagu favorit. Dikutip dari laman Eating Well, sering waktu, kebiasaan buruk bagi otak bisa menggerogoti kekuatan kognitif, menumpulkan fokus, dan membuat seseorang rentan pada penurunan mental.

Menurut ahli saraf Jamey Maniscalco, Ph.D, berikut beberapa kebiasaan yang bisa membahayakan kesehatan otak.


1. Kurang Tidur

Menurut Maniscalco, orang-orang mengetahui bahwa tidur itu penting, tapi banyak yang tidak menyadari kalau tidur sangat vital untuk kesehatan otak.

“Tidur bukan sekadar istirahat. Tidur adalah proses yang sangat aktif di mana otak melakukan pembersihan penting, pemrosesan emosi, dan konsolidasi memori,” katanya.

Kurang tidur kronis bahkan bisa meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Salah satu dugaan penyebabnya yaitu kurang tidur bisa mengganggu kemampuan otak untuk membersihkan beta-amiloid, protein toksik yang menumpuk di otak pengidap Alzheimer.

Sebuah studi selama lebih dari 25 tahun yang mengamati hampir 8.000 orang menemukan, mereka yang rutin tidur enam jam atau kurang per malam, selama usia 50-an, 60-an, dan 70-an secara signifikan mungkin mengalami demensia, dibandingkan dengan mereka yang tidur tujuh jam.

Jadi, untuk melindungi kesehatan otak, prioritaskan tujuh-sembilan jam tidur yang konsisten setiap malam.

2. Minum Alkohol

Mengonsumsi alkohol, meski hanya dalam jumlah kecil bisa membahayakan struktur dan kesehatan otak. Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 36.000 orang dewasa paruh baya dan lebih tua menemukan, konsumsi alkohol secara teratur dikaitkan dengan penurunan volume otak, hilangnya materi abu-abu, dan kerusakan materi putih.
Kondisi ini bisa mengganggu komunikasi di dalam otak.

Hal yang mengejutkan yaitu penurunan volume materi abu-abu dan putih terlihat, bahkan pada orang yang minum alkohol satu gelas sehari. Sehingga, semakin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin berbahaya efeknya.

“Alkohol merupakan depresan sistem saraf pusat sekaligus neurotoksin,” kata Maniscalco.

“Ini berarti alkohol memperlambat aktivitas otak dengan melemahkan komunikasi antar neuron dan, pada kadar yang lebih tinggi atau dengan penggunaan kronis, dapat merusak atau bahkan membunuh sel-sel otak,” tambahnya.

3. Kurang Asupan Makanan Sehat

Otak adalah salah satu organ yang paling aktif secara metabolik dalam tubuh. Lebih dari 20 persen asupan energi harian digunakan otak, meski hanya 2 persen dari berat badan tubuh.

“Itu berarti apa yang Anda makan tidak hanya memengaruhi komposisi tubuh Anda, tetapi juga secara langsung memengaruhi kemampuan Anda untuk mengatur suasana hati, daya ingat, fokus, dan bahkan ketahanan emosional,” tutur Maniscalco.

Memberikan otak beragam makanan kaya nutrisi bisa membantunya berfungsi secara optimal. Hubungan antara nutrisi dan kesehatan otak begitu kuat. Penelitian menemukan, pola makan yang kaya buah, sayur, biji-bijian, kacang-kacangan, dan ikan bisa meningkatkan volume otak dan melindungi dari penurunan kognitif.

Sebaliknya, orang-orang yang pola makannya tinggi makanan ultra olahan mungkin mengalami penurunan kognitif jauh lebih cepat, dibandingkan orang yang jarang mengonsumsi makanan tersebut.

4. Melakukan Hal yang Sama Sepanjang Waktu

Menurut Maniscalco, otak terprogram untuk merespons pengalaman, tantangan, dan kesempatan belajar baru. Sebab,hal ini merangsang pertumbuhan, adaptasi terhadap lingkungan baru, dan ketahanan jangka panjang.

“Tanpa paparan rutin terhadap hal-hal baru, kita berisiko terjebak dalam pola autopilot mental, di mana sistem otak yang paling dinamis yang paling bertanggung jawab atas perhatian, pemecahan masalah, memori, dan kreativitas kurang dimanfaatkan,” kata Manscalco.

Aktivitas seperti mempelajari keterampilan baru, mengunjungi tempat baru, atau mencoba teka-teki yang menantang, pengalaman dan kesempatan belajar baru membantu membentuk koneksi saraf baru dan memperkuat koneksi yang sudah ada. Sebaliknya, penelitian menunjukkan, kurangnya stimulasi mental pada orang dewasa yang lebih tua bisa meyebabkan penurunan kognitif seiring berjalannya waktu.

5. Penggunaan Media Sosial yang Berlebihan

Mungkin, media sosial terlihat seperti hiburan yang tidak berbahaya. Tapi, Maniscalco mengatakan, plaform ini bsa mengubah cara kerja otak secara signifkan.

“Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook dirancang untuk memicu dan mengeksploitasi sistem dopamin otak, sirkuit penghargaan yang sama yang terlibat dalam motivasi, keinginan, dan kecanduan,” ungkapnya.

Seiring waktu, aktivitas ini bisa menyebabkan konsekuensi negatif bagi kesehatan otak. Sebuah tinjauan terhadap beberapa studi menemukan, orang yang kesulitan mengendalikan penggunaan internet cenderung memilki lebih sedikit materi abu-abu di area otak, yang berkaitan dengan pengambilan keputusan hingga pengendalian diri. Menggunakan media sosial secara berlebihan juga bisa memengaruhi kesejahteraan emosional.

(elk/up)



Sumber : health.detik.com