Tag Archives: kesehatan metabolisme

Cara Diet Viral 90-30-50 Turun 8 Kg dalam 2 Bulan, Body Goals Tak Wacana Lagi

Jakarta

Seorang ahli gizi di Philadelphia viral setelah menciptakan metode diet 90-30-50. Pola makan ini disebut-sebut bisa menurunkan 8 kg dalam 2 bulan tanpa menyiksa.

“Saya mengembangkan metode diet 90-30-50 setelah mengalami sendiri perjuangan saya dengan penurunan berat badan selama dua tahun, meskipun menganut filosofi konvensional ‘makan lebih sedikit, lebih banyak bergerak’,” kata pencetus diet itu sekaligus ahli gizi Courtney Kassis kepada Womens Health.

Kata Kassis, rencana makan 90-30-50 meningkatkan keseimbangan gula darah, pengaturan hormon, mengurangi peradangan, dan secara keseluruhan, meningkatkan kesehatan metabolisme.


Cara Diet 90-30-50

Kassis menjelaskan metode diet ini berfokus pada mengonsumsi setidaknya 90 gram protein, 30 gram serat dan 50 gram lemak tak jenuh selama dua bulan penuh. Menjalani pola makan ini membuat Kassis berhasil turun setidaknya 8 kg dalam dua bulan pertama.

“Bersama-sama, nutrisi ini menjaga metabolisme tetap tinggi, mengurangi keinginan makan, dan mendukung kesehatan metabolisme secara keseluruhan,” katanya.

Namun dia berpesan tidak semua orang akan mendapatkan hasil yang sama. Diet bisa cocok untuk satu orang namun efeknya berbeda pada individu yang lain.

Metode ini dirancang untuk siapa saja yang ingin meningkatkan kesehatan dan merasa lebih baik, baik menghadapi tantangan dalam manajemen berat badan, kesehatan metabolisme, atau kondisi kronis.

Contoh makanan yang sesuai dengan rencana tersebut meliputi:

Protein: ayam, daging sapi, telur, yoghurt tanpa tambahan gula, keju

Serat: sayuran berdaun hijau, brokoli, kembang kol, biji chia, kacang almond, buncis

Lemak sehat: kacang-kacangan dan selai kacang, biji-bijian, alpukat, minyak zaitun

(kna/kna)

Sumber : health.detik.com

Alhamdulillah sehat wal afiyat اللهم صل على رسول الله محمد
Source  : unsplash.com / Jonas Kakaroto

Ternyata Ini Waktu Terbaik Sarapan dan Makan Malam untuk Hilangkan Lemak Perut


Jakarta

Peneliti telah menentukan waktu terbaik untuk sarapan dan makan malam jika ingin menghilangkan lemak perut. Sebuah studi baru yang dilakukan oleh peneliti Spanyol menunjukkan bahwa diet seseorang juga dapat membantu menghilangkan lemak perut, semuanya berkaitan dengan waktu makan.

Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh Universitas Granada dan Universitas Negeri Navarra meneliti manfaat puasa intermiten dalam hal mengurangi lemak.

Puasa intermiten mengacu pada tidak makan untuk jangka waktu yang lama, sering kali dengan mengonsumsi lebih sedikit kalori pada hari-hari tertentu dalam sepekan atau tidak makan di antara waktu makan malam dan waktu makan pertama pada hari berikutnya.


Salah satu jenis puasa intermiten yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir melibatkan pengurangan jumlah jam yang dihabiskan untuk makan dan perpanjangan jam puasa-tidak makan-setiap hari. Ini dikenal sebagai makan dengan pembatasan waktu.

Dalam penelitian tersebut, waktu makan peserta dikurangi menjadi 6-8 jam. Penelitian tersebut melibatkan 197 peserta berusia antara 30 dan 60 tahun yang mencoba tiga metode puasa berbeda selama 12 minggu. Berikut ini pembagiannya.

Puasa dini: makan antara pukul 9 pagi dan 5 sore (49 peserta)

Puasa larut: makan antara pukul 2 siang dan 10 malam (52 peserta)

Puasa yang dipilih sendiri: memilih slot waktu makan yang diinginkan, biasanya antara pukul 12 malam dan 8 malam (47 peserta)

49 peserta sisanya mengikuti program edukasi gizi tentang diet Mediterania dan gaya hidup sehat.

Temuan penelitian mengungkapkan bahwa puasa intermiten tidak lebih efektif daripada program nutrisi dalam mengurangi lemak visceral, lapisan lemak yang berada lebih dalam di rongga perut dan mengelilingi organ vital.

Namun, kelompok yang berpuasa, terlepas dari jenis puasa mereka, kehilangan lebih banyak berat badan (rata-rata 3 hingga 4 kg) dibandingkan dengan peserta yang makan secara normal.

Kelompok yang berpuasa lebih dini kehilangan lebih banyak lemak subkutan perut dibandingkan kelompok lain yang kehilangan lebih banyak lemak subkutan perut, yakni lemak yang berada tepat di bawah kulit perut. Artinya, sarapan pada pukul 9 pagi dan makan malam sebelum pukul 5 sore bisa jadi cara terbaik, menurut penelitian yang dipublikasikan di Nature Medicine.

Seorang profesor madya di Fakultas Ilmu Olahraga di Universitas Granada, Jonatan Ruiz, mengatakan kepada Sun Health mengatakan makan dengan batasan waktu, khususnya menyelesaikan makan sebelum pukul 5 sore, bisa menjadi strategi praktis dan efektif untuk mengelola berat badan dan mengurangi lemak perut setelah periode makan berlebihan.

“Pendekatan ini selaras dengan ritme sirkadian alami, yang meningkatkan kesehatan metabolisme dan pengurangan lemak,” katanya, dikutip dari The Sun.

“Jika Anda sarapan sekitar pukul 8 pagi dan makan terakhir sekitar pukul 10 malam, ini berarti jendela makan Anda sekitar 14 jam sedangkan jendela puasa Anda adalah 10 jam,”

Makan pada waktu yang tidak teratur atau larut malam dapat mengganggu ritme biologis tubuh dan meningkatkan risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe 2 , klaim tim studi.

(suc/suc)

Sumber : health.detik.com

Alhamdulillah sehat wal afiyat اللهم صل على رسول الله محمد
image : unsplash.com / Jonas Weckschmied

Saran Dokter Gizi Bagi yang Ingin Jalani Diet Viral 90-30-50 di 2025


Jakarta

Diet 90-30-50 yang dikenalkan oleh ahli gizi di Amerika Serikat bernama Courtney Kassis belakangan sempat viral karena disebut-sebut bisa menurunkan berat badan cukup signifikan. Courtney mengklaim metode diet ini dapat menurunkan 8 kg hanya dalam 2 bulan tanpa menyiksa.

Diet 90-30-50 berfokus pada mengonsumsi setidaknya 90 gram protein, 30 gram serat, dan 50 gram lemak tak jenuh. Metode ini dapat meningkatkan keseimbangan gula darah, pengaturan hormon, mengurangi peradangan, dan secara keseluruhan dapat meningkatkan kesehatan metabolisme tubuh.

Lantas, untuk masyarakat Indonesia yang ingin mencoba metode diet 90-30-50 di tahun 2025, bagaimana caranya agar tetap aman dan efektif?


Menjawab hal ini, spesialis gizi klinis dari Mayapada Hospital Kuningan, Jakarta Selatan, dr Oki Yonatan Oentiono, SpGK, PNS (Physician Nutrition Specialist) mengatakan metode diet ini terbilang aman untuk dilakukan. Asalkan, setiap orang harus mengetahui terlebih dahulu berapa kebutuhan kalori hariannya.

“Masalah turun berat badan atau tidak, itu tergantung dari kebutuhan (kalori) tubuhnya. Jadi kalau kebutuhan (kalori harian) tubuhnya 2.500, lalu dengan diet 90-30-50 dia makan totalnya 1.500, berarti kan ada minus 1.000, nah itu pasti terjadi weight loss (penurunan berat badan),” kata dr Oki kepada detikcom, Jumat (13/12/2024).

Menurut dr Oki, cara paling umum untuk menghitung kebutuhan kalori harian seseorang adalah dengan menggunakan rumus Harris-Benedict. Selain itu, perlu diperhatikan terkait defisit kalori agar tidak dikurangi secara ekstrem agar tidak muncul masalah kesehatan.

Masalah kesehatan yang mungkin bisa muncul jika kalori harian tidak tercukupi adalah tubuh mudah lemas, sehingga sulit untuk melakukan aktivitas. Lebih fatalnya, nutrisi yang kurang juga bisa berdampak pada seseorang yang mudah sakit batuk, pilek, rambut rontok, hingga anemia.

Terkait pilihan protein dan serat, dr Oki mengatakan sebenarnya ada beberapa makanan yang tergolong murah dan mudah didapatkan.

“Kalau protein bisa daging rendang atau empal. Lalu ayam ya, dada ayam. Kalau mau murah meriah ya telur, tapi putihnya aja. Serat yang mudah didapatkan yang lalapan, kemangi, kacang panjang, selada itu murah, bayam, kangkung,” katanya.

Namun, untuk lemak sehat sendiri masih terbilang cukup mahal bagi sebagian orang. Terlebih ada beberapa jenis minyak tidak jenuh yang cukup sulit didapatkan di pasaran.

“Lemak (sehat) ini yang menjadi sulit, karena lemak yang baik itu yang tidak jenuh. Contohnya kayak minyak zaitun, minyak kedelai di mana itu masih susah ditemui atau boleh makan alpukat,” tutupnya.

“Atau bisa aja makannya itu nggak pakai minyak. Jadi masakannya nggak digoreng, nggak ditumis, minyaknya berasal dari makanan itu sendiri. Misalnya makan ayam, yaudah minyaknya dari situ,” tutupnya.

(dpy/kna)



Sumber : health.detik.com