Tag Archives: ultra processed food

Cermati Konsumsinya! 7 Makanan Ultra Proses Ini Berefek Buruk pada Kesehatan


Jakarta

Konsumsi makanan ultra proses perlu dibatasi karena berisiko serius untuk kesehatan. Pakar menyebut dampak konsumsi 7 makanan ultra proses ini lebih buruk dari yang dibayangkan.

Ultra-processed foods (UPF) atau makanan ultra proses adalah makanan yang melalui proses produksi panjang di pabrik. Biasanya mengandung bahan tambahan pangan yang jika dikonsumsi berlebihan berkaitan dengan risiko kesehatan dalam jangka panjang.

Contoh makanan ultra proses adalah keripik kentang, biskuit, permen, minuman soda, aneka minuman kemasan, nugget, sosis, kornet, dan banyak lainnya. Konsumsinya disebut bisa memicu penyakit jantung, obesitas, hingga kanker.


Pakar kesehatan Neha Sachdev menerangkan, “Makanan yang diproses secara berlebihan diubah dari bentuk alaminya. Ini membuat makanan punya tampilan lain atau bisa awet lebih lama.”

Hindari 7 makanan ultra proses seperti yang diungkap Eat This, Not That! (12/3/2025) berikut ini karena dampaknya lebih buruk dari yang diperkirakan:

1. Roti tawar supermarket

Di supermarket sering kali dijual roti tawar yang cocok dijadikan stok makanan praktis. Namun, waspadai konsumsinya karena roti ini ditambahkan banyak bahan aditif tak sehat, sekalipun yang jenisnya organik atau ‘whole-grain’.

Ahli gizi Lindsey Wohlford mengungkap, “Jika roti atau produk lain telah ditambahkan bahan pengawet untuk memperpanjang masa simpan, maka kemungkinan besar produk tersebut merupakan makanan ultra proses.”

2. Susu nabati

5 Manfaat Konsumsi Susu Almond, Susu Nabati yang Kaya NutrisiFoto: Getty Images/Kritchai Chaibangyang

Banyak orang kini beralih minum susu nabati (plant-based milk) karena alasan intoleransi laktosa yang ada pada susu sapi atau hanya karena lebih suka rasa susu nabati. Sayangnya produk ini tidak sesehat yang dibayangkan banyak orang.

Banyak susu nabati kemasan ditambahkan bahan aditif dan pengawet. Ahli gizi Kimberly Spatola bilang sepatutnya waspadai bahan tambahan berupa karagenan dan gula yang menghasilkan profil rasa manis mirip susu sapi.

“Jadi banyak produk susu nabati mencoba meniru (susu sapi) dengan menambahkan gula. Sebaliknya, saya selalu merekomendasikan susu nabati tanpa pemanis dan tanpa rasa,” ujarnya.

3. Sereal

Sereal yang sering dikonsumsi saat sarapan merupakan contoh makanan ultra proses populer. Sekalipun dilabeli “sehat”, produk ini sangat mungkin ditambahkan pewarna, gula, dan bahan tambahan lain.

“Banyak sereal diproses berlebihan. Makanan ini mengandung maltodekstrin, protein dan serat olahan, serta pewarna. Di sisi lain, gandum hanya mengandung satu bahan: gandum!” kata para pakar kesehatan kepada The Conversation.

4. Kentang goreng beku

Close up of Frying french fries in the fryer in hot oil.Foto: Getty Images/Tsvetomir Hristov

Kentang goreng beku seharusnya hanya terdiri dari irisan kentang, minyak, dan garam. Namun faktanya, kebanyakan produk kentang goreng beku yang dipasarkan di supermarket diberi banyak bahan tambahan tidak sehat.

Ahli gizi Dana Angelo White bilang, “Kentang goreng beku tetaplah digoreng! Lebih buruk lagi, banyak merek menggunakan lemak trans dan minyak kelapa sawit yang tidak ideal untuk kesehatan jantung. Meskipun kentang goreng perlu sedikit garam, banyak merek kentang goreng kemasan mengandung setidaknya 15% dari rekomendasi harian natrium per porsi.”

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

5. Yogurt aneka rasa

Yogurt identik sebagai camilan sehat kaya probiotik, tapi yang ada di pasaran sering kali ditambahkan bahan aditif dan perasa buatan yang membuatnya tergolong makanan ultra proses.

Ahli gizi Julie B. Kramer mengungkap, “Tidak mengherankan sekitar 60% kalori dari pola makan kebanyakan orang Amerika berasal dari makanan ultra proses. Jumlah tertingginya berasal dari minuman dan produk manis lainnya.”

6. Diet soda

Efek Minum Soda Diet Bisa Terasa dalam 1 Jam, Ini Penjelasan AhliFoto: Getty Images/iStockphoto/champpixs

Minuman soda kini dipasarkan dalam versi ‘diet’ dimana kalorinya disebut lebih rendah. Namun bukan berarti produk ini benar-benar lebih sehat. Ahli gizi Jinan Banna bahkan mantap menyebut soda sebagai produk ultra proses yang tidak akan pernah dikonsumsinya.

“Soda tidak memiliki nilai gizi apa pun selain kalori dalam bentuk gula. Jadi, soda adalah kalori kosong, yang tidak memberi kita nutrisi apa pun yang kita butuhkan,” ujarnya.

7. Margarin

Margarin bukanlah alternatif sehat untuk mentega. Margarin merupakan sumber lemak jenuh yang signifikan. Konsumsinya berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kolesterol darah.

Margarin, yang terbuat dari lemak dan minyak nabati, konon lebih menyehatkan jantung. Namun, tidak semua margarin dibuat sama. Sebagian besar margarin mengandung minyak nabati yang tidak sehat agar teksturnya tetap padat.

(adr/odi)



Sumber : food.detik.com

Batasi Konsumsi 3 Jenis Asupan Ini karena Memicu Penyakit Kronis


Jakarta

Konsumsi makanan olahan perlu dibatasi karena efek sampingnya membahayakan. Untuk memulainya, coba hindari 3 jenis makanan ini.

Mengonsumsi makanan olahan memang lebih praktis, enak, dan harganya terjangkau. Namun, bukan menjadi pilihan terbaik.

Semakin banyak penelitian mengaitkan seringnya makan makanan olahan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk peningkatan risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe-2.


Meskipun begitu, menurut Valerie Sullivan, PhD, MHS, RDN, banyak juga makanan olahan yang sebenarnya mengandung nutrisi penting. Karenanya ada keraguan untuk membuat rekomendasi menyeluruh terhadap konsumsi semua makanan olahan.

Namun, tetap ada bukti konsisten bahwa konsumsi makanan olahan tertentu berakibat buruk untuk kesehatan. Para ahli pun telah mengungkap kelompok makanan olahan yang diprioritaskan untuk dihindari.

Melansir health.com (10/01/2025), berikut 3 jenis bahan makanan dan minuman olahan:

1. Daging olahan

tips membuat sosis panggang ala chef Sulistiyo Suryo NegoroSosis maupun daging olahan lainnya perlu dihindari karena bisa menyebabkan kematian. Foto: Getty Images/iStockphoto

Mingyang Song, ScD mengungkap jika konsumsi daging olahan telah dikaitkan dengan penyebab utama kematian.

Meskipun mengandung protein dan zat besi, tetapi daging ini disebut minim nutrisi secara keseluruhan. Pasalnya daging ini mengandung natrium dan lemak jenuh sangat tinggi.

Makanan ini juga paling konsisten dikaitkan dengan masalah kardiovaskular. Bahkan, daging olahan, seperti sosis, bacon, atau ham dianggap karsinogen (zat atau senyawa yang berpotensi menyebabkan kanker) oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker.

Sebagai gantinya, bisa beralih ke daging atau unggas lebih sehat, seperti ayam, ikan, dan daging merah tanpa lemak.

Jika belum bisa menghindari sepenuhnya, cobalah untuk gunakan sedikit daging olahan sebagai penambah rasa. Jangan jadikan sebagai menu utama.

2. Minuman manis tinggi gula

Woman hand giving glass ,Soft drinks with ice, sweethart or buddyMinuman manis atau minuman kemasan juga merupakan makanan olahan yang perlu dihindari. Foto: Getty Images/iStockphoto/tongpatong

Para ahli juga telah menganjurkan untuk mengurangi minuman manis mengandung gula.

Minuman-minuman seperti soda, teh manis, minuman berenergi dapat menambah berat badan, obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan gangguan metabolisme lainnya.

Ahli Liebman juga mencatat kontribusinya yang terkadang dikaitkan dengan kerusakan gigi.

Para ahli merekomendasikan untuk minum air putih saja. Jika tidak suka dengan air putih biasa, disarankan untuk mencampur dengan buah atau rempah.

Makanan olahan lain yang perlu dihindari dapat dibaca pada halaman selanjutnya!

3. Makanan yang digoreng

tips mengonsumsi gorengan yang lebih sehatMengonsumsi makanan yang digoreng juga bukan pilihan baik karena berpotensi sebabkan kanker Foto: Getty Images/iStockphoto

Makanan yang digoreng di restoran cepat saji umumnya tinggi lemak dan garam. Konsumsinya tidak akan memberikan manfaat bagi tubuh.

Menurut ahli Valerie Sullivan, proses menggoreng dengan banyak minyak dapat menimbulkan zat-zat berpotensi menyebabkan kanker.

Ahli Valerie menyarankan untuk menghindari makanan-makanan yang digoreng, seperti kentang goreng keripik kemasan, donat, dan nugget daging.

Jika masih ingin cita rasa yang kaya, pertimbangkan untuk mengganti metode memasaknya. Ganti metode menggoreng dengan memanggang. Misalnya membuat kentang panggang atau ayam panggang yang lebih sehat.

(aqr/adr)



Sumber : food.detik.com

Hati-hati Makanan Olahan Bisa Memicu Kanker Paru-paru!


Jakarta

Kebiasaan makan mie instan sampai nugget dan sosis ternyata bisa memicu resiko terkena kanker paru-paru. Zat tambahan di dalamnya jadi kekhawatiran para ahli.

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Thorax, menunjukkan bahwa konsumsi tinggi makanan olahan atau ultra proses (ultra-processed food/UPF) berkaitan dengan peningkatan risiko kanker paru-paru.

Meskipun penelitian lanjutan masih diperlukan pada populasi yang lebih luas, para peneliti menyarankan bahwa membatasi konsumsi makanan jenis ini dapat membantu menurunkan angka penderita penyakit tersebut di dunia.


Mengingat kanker paru-paru merupakan jenis kanker paling umum di dunia, dengan sekitar 2,2 juta kasus baru hingga 1,8 juta kematian yang tercatat pada tahun 2020 lalu.

Cemburu Pacarnya Jajan Chicken Nugget Sendirian, Cowok Ini Minta PutusNugget merupakan makanan ultra proses. Foto: Getty Images/iStockphoto/

Dilansir dari Medical Net (31/07/2025), makanan ultra proses biasanya melalui tahap pengolahan panjang, mengandung banyak zat aditif dan pengawet, serta tersedia dalam bentuk siap saji atau siap dipanaskan.

Contohnya mie instan, sosis, nugget, minuman kemasan, makanan ringan kemasan, dan produk roti sampai kue kemasan yang banyak ditemukan di toko dan supermarket. Konsumsi tinggi makanan ini sebelumnya sudah dikaitkan dengan risiko sejumlah penyakit dan studi ini ingin menyelidiki kemungkinan hubungannya dengan kanker paru-paru.

Penelitian ini menggunakan data dari Prostate, Lung, Colorectal and Ovarian (PLCO) Cancer Screening Trials di Amerika Serikat yang melibatkan 155.000 peserta berusia 55-74 tahun.

Dari jumlah tersebut, 101.732 orang mengisi kuesioner yang berisi informasi seputar pola makan sehari-hari saat awal partisipasi. Makanan dikategorikan berdasarkan tingkat pengolahannya, dengan fokus khusus pada jenis UPF seperti es krim, makanan cepat saji, minuman ringan, roti kemasan dan mie instan.

5 Efek Makan Mie Instan yang Tak Berkaitan dengan KesehatanEfek Makan Mie Instan Berkaitan dengan Kesehatan Foto: Site News

Rata-rata konsumsi UPF yang disesuaikan dengan energi harian adalah tiga porsi per hari. Kemudian semua peserta dipantau selama 12 tahun. Hasilnya tercatat ada 1.706 kasus baru kanker paru-paru.

Termasuk 1.473 kasus kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC), serta 233 kasus kanker paru-paru sel kecil (SCLC). Kebanyakan peserta yang menderita kanker paru-paru merupakan partisipan yang sering mengonsumsi makanan jenis UPF dalam jumlah tinggi.

Setelah menyesuaikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil, termasuk kebiasaan merokok dan kualitas diet secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa peserta dengan konsumsi UPF tertinggi memiliki kemungkinan 41% lebih besar untuk didiagnosis menderita kanker paru-paru. Dibandingkan mereka yang berada di kelompok terendah atau peserta yang jarang konsumsi makanan UPF.

Meskipun studi ini bersifat observasional dan belum dapat menyimpulkan hubungan sebab-akibat secara pasti, para peneliti menyoroti rendahnya nilai gizi dari makanan UPF serta tingginya kandungan gula, garam, dan lemak.

Mereka juga mengungkapkan bahwa konsumsi UPF secara global terus meningkat selama dua dekade terakhir dan menjadi pendorong utama kenaikan kasus obesitas, penyakit jantung, gangguan metabolik dan kanker di berbagai negara.

Konsumsi tinggi UPF juga berpotensi menggantikan asupan makanan sehat seperti biji-bijian utuh, buah, dan sayur yang diketahui mampu melindungi tubuh dari kanker.

Proses makanan pabrik dalam pengolahan makanan dinilai mengubah struktur makanan, mempengaruhi ketersediaan, dan penyerapan nutrisi. Peneliti menekankan perlunya studi lanjutan berskala besar pada populasi yang berbeda untuk mengonfirmasi temuan ini.

(sob/dfl)



Sumber : food.detik.com

Kenapa Makanan Ringan Ultra Processed Food Rasanya Selalu ‘Nagih’?


Jakarta

Pasti pernah, niatnya cuma makan satu bungkus makanan ringan, tapi ujung-ujungnya malah menghabiskan beberapa bungkus? Atau niatnya hanya minum sedikit minuman bersoda, tapi tangan reflek ambil lagi dan lagi?

Fenomena ini tidaklah aneh. Makanan seperti itu memang dibuat agar terasa nagih, gurihnya pas, manisnya bikin puas, dan teksturnya membuat mulut ingin terus mengunyah. Tanpa sadar, tubuh jadi sulit berhenti meski sudah banyak makan tanpa merasa kenyang.

Jenis makanan seperti inilah yang dikenal dengan sebutan ultra-processed food atau UPF. Dalam jangka panjang, konsumsi berlebih bisa memicu pola makan tak terkendali yang mirip dengan kecanduan.


Apa itu UPF?

Ultra-processed food (UPF) adalah istilah untuk makanan yang telah melalui banyak tahap pemrosesan industri. Bukan sekadar dimasak atau diawetkan, UPF biasanya dibuat dari bahan hasil ekstraksi seperti pati, protein terisolasi, atau minyak terhidrogenasi.

Bahan-bahan ini kemudian dicampur dengan berbagai zat aditif, mulai dari pemanis buatan, pewarna, penguat rasa, pengawet, hingga pengemulsi, yang jarang kita temukan di dapur rumah.

Ciri khas UPF mudah dikenali: tampilannya menarik, rasanya intens, praktis dikonsumsi, dan tahan lama. Jadi produk seperti mi instan, biskuit manis, sosis, nugget, snack kemasan, minuman bersoda, hingga makanan beku siap saji termasuk dalam kategori ini.

Kenapa Bisa Bikin Kecanduan?

Produk UPF sengaja diproduksi dengan kombinasi rasa yang sangat menggugah selera (highly palatable) yaitu tinggi gula, lemak, dan garam. Perpaduan ini memicu lonjakan hormon dopamin di otak yang memberi rasa senang dan puas setiap kali kita makan. Akibatnya, tubuh mengingat sensasi tersebut dan ingin mengulanginya lagi dan lagi.

Tak berhenti di situ, konsumsi UPF juga bisa mengacaukan sistem alami pengatur nafsu makan. Kandungan gula dan lemak tinggi dapat meningkatkan kadar hormon pemicu lapar (ghrelin) sekaligus menurunkan sensitivitas terhadap hormon yang memberi sinyal kenyang (leptin). Akibatnya, tubuh sulit membedakan waktu saat benar-benar lapar dan waktu saat sudah cukup makan.

Selain itu, asupan UPF berlebihan dapat menimbulkan resistensi insulin, yaitu saat hormon insulin tidak lagi efektif menekan rasa lapar dan mengontrol kadar gula darah. Kondisi ini membuat seseorang lebih mudah terdorong untuk terus makan, terutama makanan dengan kandungan tinggi karbohidrat.

Kombinasi antara gangguan hormonal dan pelepasan dopamin inilah yang membuat UPF terasa begitu nagih dan sulit dikendalikan. Dari sisi otak dan tubuh, efeknya sangat mirip dengan mekanisme kecanduan pada zat adiktif.

Kenali 5 Tahapan Sebelum Kecanduan UPF

Kecanduan terhadap makanan ultra-proses tidak muncul begitu saja. Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Metabolic Health tahun 2024 menunjukkan bahwa ada tahapan yang bisa dikenali sedari awal sebelum tubuh benar-benar kehilangan kendali:

1. Tahap Pra-Adiksi

Konsumsi UPF mulai berlebihan, tetapi belum menimbulkan ketergantungan nyata. Dorongan makan masih bisa dikendalikan, meski rasa “ngidam” mulai muncul saat tidak makan.

2. Tahap Awal Adiksi

Frekuensi konsumsi meningkat tanpa kontrol yang jelas. Seseorang mulai sulit membatasi porsi, tapi belum sampai pada perilaku kompulsif. Biasanya disertai pembenaran seperti, “nggak apa-apa, cuma sekali ini”.

3. Tahap Pertengahan Adiksi

Muncul perilaku binge eating atau makan berlebihan secara kompulsif, disertai gejala mirip withdrawal (putus zat) seperti gelisah, murung, atau sulit fokus ketika makanan tertentu dihentikan.

4. Tahap Lanjut Adiksi

Konsumsi tetap dilakukan meski sadar akan dampak negatifnya. Kontrol diri menurun dan sering muncul perasaan bersalah setelah makan, tapi tetap sulit berhenti.

5. Tahap Akhir Adiksi

Toleransi meningkat dan tubuh butuh rasa atau jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan kepuasan yang sama. Gejala putus zat makin jelas, dan makan berubah menjadi perilaku kompulsif untuk menjaga kestabilan psikologis maupun fisik yang mulai terganggu.

Cara Mengurangi Konsumsi UPF

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecanduan UPF:

1. Pilih makanan utuh (whole foods)

Mulailah mengganti sebagian UPF dengan cemilan alami seperti buah, sayur, telur, atau kacang-kacangan. Makanan utuh mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin, dan mineral yang membantu menjaga keseimbangan hormon lapar dan kenyang secara alami.

2. Kurangi UPF secara bertahap

Hindari perubahan yang tiba-tiba atau mendadak. Jika biasanya ngemil keripik setiap hari, coba dikurangi jadi tiga kali seminggu. Pendekatan bertahap membantu tubuh dan otak menyesuaikan diri tanpa memicu craving berlebihan.

3. Terapkan mindful eating

Coba makan dengan penuh kesadaran: rasakan tekstur, aroma, dan rasa setiap suapan tanpa terburu-buru. Hindari makan sambil bermain ponsel atau menonton TV. Teknik ini membantu otak menangkap sinyal kenyang lebih cepat dan mengurangi dorongan makan berlebih.

4. Tidur cukup dan kelola stres

Kurang tidur dan stres kronis dapat meningkatkan kadar hormon rasa lapar (ghrelin) dan menurunkan hormon rasa kenyang (leptin), sehingga memicu keinginan makan tinggi gula dan lemak.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com