Tag Archives: nasi uduk

Resep Nasi Uduk Sederhana Gampang Dibikin di Rumah

Jakarta

Nasi uduk biasa dinikmati sebagai menu sarapan. Banyak juga yang menikmati nasi uduk untuk teman makan siang. Ikuti resepnya untuk membuat nasi uduk di rumah!

Nasi uduk merupakan nasi gurih yang populer di Jakarta karena termasuk makanan khas Betawi. Dalam bahasa betawi, nasi uduk berarti nasi campur.

Tak heran jika disebut nasi campur, karena penyajiannya yang menggunakan beragam jenis lauk. Untuk sajian klasik, nasi uduk disajikan bersama semur, bihun goreng, tempe, dan sambal kacang.


Nasi uduk bisa dibuat dengan cara praktis di rumah. Bahan yang diperlukan hanya beras dengan tambahan santan, garam, dan rempah aromatik.

Berikut resep dan cara memasak nasi uduk yang praktis:

Durasi Tingkat Kesulitan Porsi
60 Sulit 2
Daerah Asal Masakan : Betawi
Kategori Masakan : Nasi

Bahan Bahan

  • 300 gram beras putih

  • 1 lembar daun salam
  • 2 cm lengkuas
  • 200 ml santan, beri 1 sdt garam
  • 400 ml air

    Pelengkap:

  • Bawang merah goreng

  • Orek tempe
  • Telur dadar

Cara Memasak:

  1. Cuci bersih beras, lalu tiriskan airnya.
  2. Masukkan semua bahan bahan ke dalam panci, aduk sampai merata dan masak sampai matang.
  3. Sesekali aduk nasi agar tidak lengket dan matangnya merata.
  4. Pindahkan beras yang telah dimasak ke dalam panci kukusan yang sudah dipanaskan. Kukus hingga matang.
  5. Sajikan nasi uduk bersama lauk sesuai selera. Jangan lupa tambahkan bawang goreng yang renyah harum.

Tips memasak:

1. Selain dimasak menggunakan kukusan, nasi uduk juga bisa dimasak praktis menggunakan rice cooker.
2. Lauk yang disajikan bersama nasi uduk bisa disesuaikan selera.
3. Gunakan beras pera agar hasil nasi uduk terurai.

Simak Video “Rekomendasi 3 Menu Signature Nasi Uduk Ibu Sidar di Palmerah
[Gambas:Video 20detik]
(yms/adr)



Sumber : food.detik.com

Dokter Gizi Bandingkan Nutrisi Sarapan Rebusan-Kukusan Vs Nasi Uduk-Bubur-Lonsay


Jakarta

Belakangan, tren sarapan sehat dengan menu rebusan dan kukusan semakin populer di kalangan masyarakat, terutama anak muda. Mulai dari ubi rebus, singkong, kentang, hingga pisang kukus, semuanya kini banyak dijadikan alternatif untuk menggantikan menu sarapan berat yang biasa digoreng atau disajikan dengan santan.

Namun tak sedikit juga yang menanyakan apakah menu rebusan dan kukusan benar-benar lebih bergizi dibandingkan sarapan tradisional seperti bubur ayam atau nasi uduk yang sudah jadi favorit banyak orang Indonesia?

Menurut spesialis gizi klinik dr Ardian Sandhi Pramesti, SpGK, sarapan berbasis rebusan atau kukusan memang umumnya lebih sehat karena minim penggunaan minyak dan lemak tambahan.


Proses pengolahan seperti ini dapat menekan asupan kalori serta mencegah terbentuknya lemak trans, yang sering muncul pada makanan gorengan akibat pemanasan minyak berulang atau penggunaan minyak hidrogenasi parsial.

“Tapi, ini bukan berarti bubur ayam, lontong sayur, atau nasi uduk itu “jahat” atau gak sehat sama sekali, lho. Mereka sebenarnya makanan yang enak dan mengandung gizi yang sudah menjadi bagian budaya kita serta dapat memberikan energi yang cepat dan asupan protein dari ayam atau lontong, nasi dan toping-topingnya,” ucapnya kepada detikcom, Rabu (12/11/2025).

Hanya saja, lanjutnya, jika dikonsumsi terlalu sering atau dalam porsi besar, tambahan minyak, santan, serta topping seperti kerupuk, cakwe, atau emping bisa membuat asupan kalori dan lemak jenuh meningkat.

Jika dinikmati dalam porsi moderat, misalnya satu hingga dua kali seminggu, sarapan tradisional tersebut tetap aman sebagai variasi. Sementara bagi orang yang sedang menjaga berat badan, memiliki diabetes, atau kadar kolesterol tinggi, menu rebusan dan kukusan bisa menjadi pilihan yang lebih aman karena cenderung rendah kalori dan lemak jenuh, serta lebih mampu mempertahankan nutrisi alami bahan makanan.

“Dan menu rebusan bisa jadi pilihan karena cenderung lebih unggul dilihat dari sisi rendah kalori dan rendah lemak jenuh, dan lebih mempertahankan nutrisi alami bahan makanan,” tutur dr Ardian.

Di sisi lain, dr Ardian membeberkan nilai perbandingan gizi menu sarapan rebusan dan kukusan dalam 100 gram atau perporsi standar dengan bubur hingga nasi uduk. Berikut penjelasannya.

1. Ubi rebus

Mengandung sekitar 86 kkal, 0,1 g lemak, 20 g karbohidrat (terutama karbohidrat kompleks yang membuat kenyang lebih lama), dan 1,6 g protein. Ubi juga tinggi kalium yang baik untuk tekanan darah, serta serat sekitar 3 g yang membantu melancarkan buang air besar. Selain itu, ubi kaya vitamin A dan C yang berperan sebagai antioksidan alami.

2. Singkong rebus

Memiliki sekitar 160 kkal, 0,3 g lemak, 38 g karbohidrat, dan 1,4 g protein. Singkong tinggi vitamin C (antioksidan), kalium, serta mengandung sekitar 2 g serat yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan.

3. Kentang rebus

Berisi sekitar 87 kkal, 0,1 g lemak, 20 g karbohidrat, dan 1,8 g protein. Kentang kaya vitamin B6 yang penting untuk metabolisme energi dan membantu menstabilkan mood. Juga mengandung kalium tinggi dan sekitar 2 g serat yang baik untuk pencernaan.

4. Pisang rebus

Mengandung sekitar 89 kkal, 0,3 g lemak, 23 g karbohidrat, dan 1,1 g protein. Pisang tinggi kalium dan vitamin B6, serta memiliki 2-3 g serat, terutama pada pisang hijau yang mengandung pati resisten, baik untuk pengaturan gula darah.

“Menu rebusan dan kukusan yang tampaknya dominan karbohidrat kompleks yang memang baik sebagai sumber energi, tapi kurang seimbang jika tanpa tambahan sumber lainnya. Untuk nutrisi lengkap, ikuti pedoman “Isi Piringku” dari Kemenkes: 1/3 piring untuk karbohidrat (umbi-umbian rebus), 1/3 untuk protein, dan 1/2 untuk sayur-buah,” ucapnya.

Sebagai perbandingan, sarapan tradisional khas Indonesia seperti bubur ayam, lontong sayur, atau nasi uduk memiliki kalori lebih tinggi karena adanya tambahan santan atau minyak. Namun, secara umum memiliki kandungan protein yang lebih tinggi.

1. Bubur ayam

Sekitar 300-400 kkal per porsi (250-300 g), dengan 35-40 g karbohidrat (dari nasi bubur), 5-12 g lemak (dari ayam goreng), dan 10-27 g protein. Kandungan proteinnya cukup tinggi, tetapi lemak dan kalorinya bisa meningkat hingga kurang lebih 500 kkal bila ditambah cakwe atau bawang goreng. Seratnya tergolong rendah jika tidak disertai sayuran, sehingga bisa memicu lonjakan gula darah lebih cepat.

2. Lontong sayur

Mengandung sekitar 300-350 kkal per porsi ( kurang lebih 250 g), terdiri dari 45-50 g karbohidrat (dari lontong), 8-15 g lemak (dari santan), dan 8-10 g protein. Sayur pelengkap seperti labu siam sebenarnya kaya vitamin dan serat, namun proses memasak dengan santan membuat kandungan lemak jenuh cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

3. Nasi uduk

Sekitar 300-400 kkal per porsi ( kurang lebih 200 g), dengan 45-50 g karbohidrat, 10-12 g lemak (dari santan), dan 6-8 g protein. Kalorinya dapat naik hingga kurang lebih 450 kkal bila disajikan dalam porsi besar atau ditambah lauk gorengan.

“Kalau dilihat dari perbandingan komposisi makronutrien, memang rebusan biasanya kalori lebih rendah (80-160 kkal/100g) dengan lemak yang minim ( kurang dari 0,5g),” ucapnya.

“Sementara sarapan yang umum dikonsumsi masyarakat umum adalah 300-400 kkal/porsi dengan lemak 8-15g karena mengandung santan/minyak. sedangkan nutrisi rebusan lebih fokus ke serat (2-3g/100g) dan vitamin (seperti vit C dan A yang tinggi antioksidan),” sambungnya lagi.

Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

(suc/up)



Sumber : health.detik.com

Lagi Tren Rebusan-Kukusan, Sehat Mana dibanding Nasi Uduk? Ini Kata Dokter Gizi


Jakarta

Belakangan, tren sarapan dengan menu rebusan dan kukusan tengah digemari kalangan Gen Z. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan turut mengapresiasi tren gaya hidup yang dianggap lebih sehat.

Tak hanya itu, Menkes juga mengaku senang semakin banyak yang mulai berjualan makanan lebih sehat. Menurutnya, tren ini juga dapat mendorong perubahan kebiasaan jajan dari yang sebelumnya didominasi junk food dan camilan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL), menjadi konsumsi makanan utuh (real food) yang lebih bergizi.

“Iya lumayan itu banyak di TikTok saya lihat jutaan yang viral, saya senang. Lebih banyak makan-makanan sehat, sarapan sehat,” kata Menkes saat ditemui detikcom di Gedung Kemenkes RI, Rabu (12/11/2025).


Spesialis gizi klinik dr Ardian Sandhi Pramesti, SpGK, mengatakan, secara umum menu sarapan berbasis rebusan atau kukusan bisa menjadi pilihan yang lebih sehat dibandingkan sarapan tradisional yang kerap melibatkan proses penggorengan atau penggunaan santan berlebih.

Namun, lanjutnya, ini bukan berarti makanan seperti bubur ayam, lontong sayur, atau nasi uduk termasuk makanan yang ‘jahat’ atau tidak sehat sama sekali. Hidangan-hidangan tersebut justru memiliki nilai gizi dan cita rasa khas yang sudah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia. Di dalamnya terdapat sumber energi dari nasi atau lontong, serta protein dari ayam dan berbagai topping pelengkap.

“Masalahnya cuma kalau dimakan berlebihan atau sering banget, bisa bikin asupan kalori harian jadi berlebih karena adanya tambahan dari minyak goreng, santan, atau topping seperti kerupuk dan cakwe juga emping,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (12/11/2025).

“Namun, kalau dimakan in moderation, misalnya seminggu 1-2 kali dengan porsi kecil, masih oke-oke aja sih buat variasi. Yang penting, sesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori masing-masing,” lanjutnya.

dr Ardian menjelaskan bagi yang sedang menjaga berat badan, mengalami defisit kalori, atau memiliki diabetes serta kadar kolesterol tinggi, sebaiknya memang mengurangi asupan makanan tinggi lemak dan memilih menu rebusan atau kukusan sebagai alternatif.

Jenis makanan ini umumnya lebih rendah kalori, rendah lemak jenuh, dan mampu mempertahankan nutrisi alami dari bahan makanan.

(suc/up)



Sumber : health.detik.com