Tag Archives: nutrisi

Bikin Langsing! 5 Makanan Rendah Kalori Ini Cocok Buat Diet


Jakarta

Tak hanya padat nutrisi, beberapa bahan makanan juga rendah kalori. Ahli gizi menyarankan bahan makanan ini bagus dikonsumsi rutin saat diet.

Tidak semua makanan bernutrisi sepenuhnya sehat. Ada beberapa makanan seperti buah dan sayur yang juga memiliki kalori tinggi.

Asupan sayur dan buah berkalori tinggi sekilas tak bermasalah, tetapi bagi pelaku diet konsumsinya harus dibatasi. Agar hasil diet tetap efektif, mulai selektif dalam memilih makanan harus dilakukan.


Seperti mengutamakan konsumsi beberapa makanan rendah kalori yang dilansir dari Times of India, Sabtu (1/7). Karakternya yang mudah dikombinasikan dalam berbagai hidangan tidak akan membosankan.

Baca juga: Berusia 60 Tahun, Bakery Legendaris di Lebanon Ini Tetap Jadi Primadona

Berikut ini 5 makanan sehat rendah kalori yang cocok untuk diet:

BayamBayam yang tinggi serat mengandung kalori yang rendah, cocok untuk pelaku diet. Foto: Getty Images/PoppyB

1. Sayuran Hijau

Sayuran hijau ada banyak jenisnya. Sawi, selada, caisim, hingga bayam mudah ditemukan di Indonesia baik di pasar swalayan maupun pasar tradisional.

Sayuran hijau menjadi salah satu jenis sayuran yang paling mudah dimasak dan dipadukan dengan makanan lain. Seratnya yang tinggi membuat sayuran hijau disarankan bagi pelaku diet.

Dalam seikat bayam, misalnya, telah dilengkapi vitamin A, C, zat besi, serat, hingga kandungan air yang menghidrasi tubuh. Sebanyak 30 gram sayuran hijau hanya mengandung sekitar 7 kalori saja.

2. Putih Telur

Bagi pegiat kebugaran, putih telur menjadi asupan favorit. Sumber protein rendah lemak ini dapat diandalkan untuk membentuk massa otot tanpa menambah massa lemak.

Putih telur dapat diolah menjadi berbagai hidangan. Mulai dari direbus, diceplok, atau didadar.

Tetapi harus dipastikan dalam proses memasaknya tidak menggunakan banyak minyak atau bahan tambahan yang tinggi kalori. Pada 100 gram putih telur kandungan kalorinya hanya 52 kalori.

Makanan rendah kalori yang cocok untuk diet lainnya berlanjut di halaman berikutnya.

3. Kembang Kol

Di Indonesia sayuran kembang kol mudah ditemukan dari pasar swalayan hingga pasar tradisional. Harganya juga terbilang terjangkau dan tidak fluktuatif.

Sayangnya sayuran ini belum terlalu diandalkan oleh orang Indonesia sebagai asupan saat diet. Padahal banyak pegiat diet sehat di negara lain sudah mengganti asupan karbohidratnya dengan kembang kol.

Pada 100 gram kembang kol, kandungan kalorinya hanya 25 kalori. Sayuran ini juga mulai populer untuk disajikan sebagai nasi kembang kol atau cauliflower rice.

Alpukat untuk naikkan berat badan anakWalaupun kalorinya tak terlalu rendah, alpukat memberi rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah banyak ngemil. Foto: Getty Images/Iamthatiam

4. Alpukat

Jika hanya melirik jumlah kalorinya, alpukat tidak terlalu rendah kalori. Namun mempertimbangkan kandungan nutrisinya yang padat, konsumsi buah ini dapat diandalkan.

Alpukat memiliki kandungan lemak sehat yang padat sehingga menjaga perut agar kenyang lebih lama. Dampak jangka panjangnya, alpukat dapat membantu mengendalikan gula darah serta menambah lezat suatu makanan.

Alpukat bisa dipadukan dengan roti panggang atau dinikmati sebagai buah segar, sebaiknya hindari bahan tambahan tinggi kalori agar lebih sehat. Satu buah alpukat berukuran sedang mengandung 200-300 kalori yang cocok dikonsumsi terutama setelah olahraga.

5. Air Lemon

Ketika diet, banyak orang mencari asupan nol kalori. Mengganti minuman dengan sekadar air putih, misalnya, dianggap jauh lebih sehat.

Agar waktu minum terasa lebih menyegarkan, tak ada salahnya untuk menambahkan perasan air lemon. Sesekali mengganti asupan hidrasi dengan teh herbal juga disarankan ahli gizi.

Secangkir air dengan perasan lemon mengandung kalori hanya 0,4 kalori saja. Sementara jika menyeruput teh herbal, memberikan asupan 2-3 kalori untuk tubuh per cangkirnya.

Baca juga: 4 Fakta Matilda Cake, Kue Cokelat Berlapis yang Viral gegara Film Lawas

(dfl/adr)



Sumber : food.detik.com

Kenapa Makanan Ringan Ultra Processed Food Rasanya Selalu ‘Nagih’?


Jakarta

Pasti pernah, niatnya cuma makan satu bungkus makanan ringan, tapi ujung-ujungnya malah menghabiskan beberapa bungkus? Atau niatnya hanya minum sedikit minuman bersoda, tapi tangan reflek ambil lagi dan lagi?

Fenomena ini tidaklah aneh. Makanan seperti itu memang dibuat agar terasa nagih, gurihnya pas, manisnya bikin puas, dan teksturnya membuat mulut ingin terus mengunyah. Tanpa sadar, tubuh jadi sulit berhenti meski sudah banyak makan tanpa merasa kenyang.

Jenis makanan seperti inilah yang dikenal dengan sebutan ultra-processed food atau UPF. Dalam jangka panjang, konsumsi berlebih bisa memicu pola makan tak terkendali yang mirip dengan kecanduan.


Apa itu UPF?

Ultra-processed food (UPF) adalah istilah untuk makanan yang telah melalui banyak tahap pemrosesan industri. Bukan sekadar dimasak atau diawetkan, UPF biasanya dibuat dari bahan hasil ekstraksi seperti pati, protein terisolasi, atau minyak terhidrogenasi.

Bahan-bahan ini kemudian dicampur dengan berbagai zat aditif, mulai dari pemanis buatan, pewarna, penguat rasa, pengawet, hingga pengemulsi, yang jarang kita temukan di dapur rumah.

Ciri khas UPF mudah dikenali: tampilannya menarik, rasanya intens, praktis dikonsumsi, dan tahan lama. Jadi produk seperti mi instan, biskuit manis, sosis, nugget, snack kemasan, minuman bersoda, hingga makanan beku siap saji termasuk dalam kategori ini.

Kenapa Bisa Bikin Kecanduan?

Produk UPF sengaja diproduksi dengan kombinasi rasa yang sangat menggugah selera (highly palatable) yaitu tinggi gula, lemak, dan garam. Perpaduan ini memicu lonjakan hormon dopamin di otak yang memberi rasa senang dan puas setiap kali kita makan. Akibatnya, tubuh mengingat sensasi tersebut dan ingin mengulanginya lagi dan lagi.

Tak berhenti di situ, konsumsi UPF juga bisa mengacaukan sistem alami pengatur nafsu makan. Kandungan gula dan lemak tinggi dapat meningkatkan kadar hormon pemicu lapar (ghrelin) sekaligus menurunkan sensitivitas terhadap hormon yang memberi sinyal kenyang (leptin). Akibatnya, tubuh sulit membedakan waktu saat benar-benar lapar dan waktu saat sudah cukup makan.

Selain itu, asupan UPF berlebihan dapat menimbulkan resistensi insulin, yaitu saat hormon insulin tidak lagi efektif menekan rasa lapar dan mengontrol kadar gula darah. Kondisi ini membuat seseorang lebih mudah terdorong untuk terus makan, terutama makanan dengan kandungan tinggi karbohidrat.

Kombinasi antara gangguan hormonal dan pelepasan dopamin inilah yang membuat UPF terasa begitu nagih dan sulit dikendalikan. Dari sisi otak dan tubuh, efeknya sangat mirip dengan mekanisme kecanduan pada zat adiktif.

Kenali 5 Tahapan Sebelum Kecanduan UPF

Kecanduan terhadap makanan ultra-proses tidak muncul begitu saja. Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Metabolic Health tahun 2024 menunjukkan bahwa ada tahapan yang bisa dikenali sedari awal sebelum tubuh benar-benar kehilangan kendali:

1. Tahap Pra-Adiksi

Konsumsi UPF mulai berlebihan, tetapi belum menimbulkan ketergantungan nyata. Dorongan makan masih bisa dikendalikan, meski rasa “ngidam” mulai muncul saat tidak makan.

2. Tahap Awal Adiksi

Frekuensi konsumsi meningkat tanpa kontrol yang jelas. Seseorang mulai sulit membatasi porsi, tapi belum sampai pada perilaku kompulsif. Biasanya disertai pembenaran seperti, “nggak apa-apa, cuma sekali ini”.

3. Tahap Pertengahan Adiksi

Muncul perilaku binge eating atau makan berlebihan secara kompulsif, disertai gejala mirip withdrawal (putus zat) seperti gelisah, murung, atau sulit fokus ketika makanan tertentu dihentikan.

4. Tahap Lanjut Adiksi

Konsumsi tetap dilakukan meski sadar akan dampak negatifnya. Kontrol diri menurun dan sering muncul perasaan bersalah setelah makan, tapi tetap sulit berhenti.

5. Tahap Akhir Adiksi

Toleransi meningkat dan tubuh butuh rasa atau jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan kepuasan yang sama. Gejala putus zat makin jelas, dan makan berubah menjadi perilaku kompulsif untuk menjaga kestabilan psikologis maupun fisik yang mulai terganggu.

Cara Mengurangi Konsumsi UPF

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecanduan UPF:

1. Pilih makanan utuh (whole foods)

Mulailah mengganti sebagian UPF dengan cemilan alami seperti buah, sayur, telur, atau kacang-kacangan. Makanan utuh mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin, dan mineral yang membantu menjaga keseimbangan hormon lapar dan kenyang secara alami.

2. Kurangi UPF secara bertahap

Hindari perubahan yang tiba-tiba atau mendadak. Jika biasanya ngemil keripik setiap hari, coba dikurangi jadi tiga kali seminggu. Pendekatan bertahap membantu tubuh dan otak menyesuaikan diri tanpa memicu craving berlebihan.

3. Terapkan mindful eating

Coba makan dengan penuh kesadaran: rasakan tekstur, aroma, dan rasa setiap suapan tanpa terburu-buru. Hindari makan sambil bermain ponsel atau menonton TV. Teknik ini membantu otak menangkap sinyal kenyang lebih cepat dan mengurangi dorongan makan berlebih.

4. Tidur cukup dan kelola stres

Kurang tidur dan stres kronis dapat meningkatkan kadar hormon rasa lapar (ghrelin) dan menurunkan hormon rasa kenyang (leptin), sehingga memicu keinginan makan tinggi gula dan lemak.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com