Tag Archives: sindrom

Ahli Gizi Soal Tantangan Diet 30 Hari Tanpa Gula, Aman Nggak?

Jakarta

Tantangan diet 30 hari tanpa gula sempat menjadi tren kesehatan. Pola diet ini sebetulnya tidak masalah namun ada beberapa hal yang patut diperhatikan.

Menurut ahli gizi klinik, dr Davie Muhamad, SpGK, tantangan diet 30 hari tanpa gula bisa dikatakan aman. Namun sebaiknya dilakukan pengecekan kondisi gula darah masing-masing untuk mengetahui kebutuhan tubuh terhadap gula.

Namun secara umum, membatasi konsumsi gula memang menjadi cara hidup agar lebih sehat. Mengonsumsi banyak gula,terlebih dengan pemanis buatan, bisa berdampak buruk pada tubuh.


“Kalau tujuannya untuk sehat, asupan gulanya harus dibatasi per hari. Tapi, kalau tujuannya untuk diet, itu sebenarnya masih bisa juga, karena sebenarnya gula itu isinya glukosa. Glukosa itu adalah bentuk sederhana dari karbohidrat,” kata dr Davie seperti dikutip detikHealth.

Menurutnya, tanpa mengonsumsi minuman gula pun sebetulnya tubuh sudah mendapat asupan glukosa dari makanan berkarbohidrat seperti nasi, ubi, dan kentang. Hal yang perlu dikhawatirkan adalah glukosa yang terkandung dari gula pasir, sirup dan minuman kemasan mengandung fruktosa, karena bisa berubah menjadi lemak.

“Itu yang menyebabkan peningkatan berat badan atau peningkatan massa lemak,” ujarnya.

Pesan Ahli Gizi untuk Pelaku Diet Gula

Dokter Davie menambahkan, pelaku diet gula tetap diminta untuk memperhatikan pola makannya. Hal ini mencakup wajib sarapan, hingga mengatur komposisi makanan agar tetap mendapatkan gizi seimbang.

“Saya lebih menekankan ke sarapan itu wajib. Jadi kalau kita misalnya tipikal orang yang suka makan gula yang manis-manis, tiba-tiba mau diet tanpa gula, perbaiki dulu makanan utamanya atau makan besarnya,” ujar dr Davie.

“Makan pagi, siang, malamnya diperbaiki dulu dari komposisinya, jumlahnya, dari jenisnya. Kalau sudah diperbaiki, nggak ada itu rasa ingin makan gula-gula, nafsu makannya bisa terkontrol. Jadi diet gizi seimbang itu bisa menjadi tips untuk membantu diet tanpa gula tadi,” katanya.

Efek Diet 30 Hari Tanpa Gula

Inti dari tantangan 30 hari tanpa gula adalah menjaga konsistensi terhadap komitmen berdiet. Dengan membiasakan diri selama sebulan, diharapkan tubuh akan terbiasa nyaman tanpa memerlukan gula tambahan.

Berikut ini 6 efek dari diet 30 hari tanpa gula yang dilansir dari Healthline:

Diet tanpa gula akan memberikan dampak penurunan pada tingkat gula darah dan insulin. Hal ini dapat mencegah risiko diabetes tipe-2 yang bisa menyebabkan sejumlah penyakit, seperti demensia, penyakit ginjal kronis, sindrom ovarium polikistik, penyakit hati dan jantung.

2. Berat Badan Turun

Makanan dan minuman dengan tambahan gula cenderung mengandung kalori yang tinggi dan nutrisi yang rendah, tanpa memberikan serat yang baik. Hal ini akan dengan mudah meningkatkan berat badan dan obesitas. Sebaliknya, mengurangi konsumsi gula bisa membantu menurunkan berat badan.

3. Jantung Lebih Sehat

Diet 30 hari tanpa gula dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan kematian akibat penyakit jantung. Ini termasuk tekanan darah tinggi, peningkatan trigliserida, dan kolesterol tinggi.

4. Kesehatan Hati

Diet gula, terutama diet fruktosa, dapat mengurangi risiko penumpukan lemak di hati atau NAFLD (Nonalcoholic Fatty Liver Disease). Hasil studi pada 2021 menunjukkan 29 remaja laki-laki dengan NAFLD mengalami penurunan 10,5 persen lemak di hati. Hal ini tentu akan meningkatkan kesehatan hati.

5. Kesehatan Mulut

Tingginya asupan gula tambahan dari minuman manis sangat mempengaruhi kesehatan mulut. Hal ini bisa meningkatkan risiko gigi berlubang dan kerusakan gigi karena bakteri di dalam mulut memecah gula dan menghasilkan asam yang dapat merusak gigi.

6. Manfaat Potensial Lain

Selain itu, terdapat beberapa potensi manfaat lain dari diet gula, antara lain mengurangi kecemasan dan gejala depresi, menyehatkan kulit, serta mencegah penuaan kulit secara dini.

Jadi, detikers boleh-boleh saja ikut tantangan diet 30 hari tanpa gula, karena banyak manfaatnya buat kesehatan. Tapi sebaiknya cek dulu kondisi gula darah kamu dan jangan segan berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai diet.

(bai/row)

Sumber : health.detik.com

Alhamdulillah sehat wal afiyat اللهم صل على رسول الله محمد
image : unsplash.com / Jonas Weckschmied

Sama-sama Air Minum, Apa Sih Bedanya?


Jakarta

Banyak yang menganggap air minum dalam kemasan (AMDK) yang dijual di warung-warung dan minimarket sudah pasti air mineral. Jangan terlalu yakin, coba perhatikan baik-baik label di kemasannya.

Jika dibandingkan, beberapa brand atau merek AMDK yang umum ditemui sehari-hari ternyata punya label berbeda. Ada di labelnya dinyatakan sebagai ‘air mineral‘, dan jika dicermati sebenarnya ada juga yang berlabel ‘air demineral‘.

Apa bedanya?


Dua-duanya merupakan ‘air putih’ dalam pengertian awam, atau dalam istilah teknis disebut Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Meski sama-sama bisa diminum, keduanya memiliki perbedaan.

Air Mineral

Air mineral merupakan AMDK yang bersumber dari alam, salah satunya dari mata air pegunungan. Karena tidak mengalami proses selain sterilisasi, AMDK jenis ini memiliki kandungan berbagai mineral alami seperti kalsium, magnesium, natrium, dan kalium.

Mineral-mineral ini tidak hanya memberi rasa khas, tapi dalam kadar tertentu juga memiliki manfaat bagi kesehatan. Sesuai kandungan yang ada di dalamnya, jenis AMDK ini umumnya mencantumkan keterangan ‘Air Mineral’ atau lebih spesifik ‘Air Mineral Pegunungan’.

Bahkan ada juga brand air mineral yang secara detail mencantumkan mineral apa saja yang terkandung di dalamnya, berikut kadarnya.

Air Demineral

Sementara itu, air demineral adalah air yang telah melewati proses tertentu seperti penyulingan (distilasi) atau deionisasi agar menghilangkan kandungan mineral dan ion. Proses itu menghasilkan air yang sangat murni, tetapi menghilangkan seluruh kandungan mineral alaminya.

Meski kemasannya mirip seperti air mineral, air demineral umumnya mencantumkan label yang berbeda. Ada yang mencantumkan ‘Air Demineral’, ‘Air Murni’, ataupun ‘Pure Water’.

Maknanya sama, yakni air yang dimurnikan dari kandungan mineral maupun ion alaminya.

Bagaimana Membedakan Air Mineral Vs Air Demineral?

Bagi orang awam, salah satu cara paling mudah adalah dengan melihat label kemasan. Di kemasan air mineral, umumnya tertera tulisan “air mineral”. Klaim label ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 78 Tahun 2016. Menurut aturan tersebut, yang dimaksud dengan air mineral adalah AMDK yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa adanya penambahan mineral, oksigen, dan karbondioksida.

Meski demikian, tidak semua produk air minum mencantumkan label yang menyatakan apakah produk tersebut termasuk ‘Air Mineral‘ atau ‘Air Demineral‘. Beberapa produk yang diklaim sebagai ‘Air Alkali‘ atau ‘Air Minum pH tinggi‘ tidak mencantumkan keduanya.

Demikian pula di laman registrasi produk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), produk-produk ‘Air Minum pH Tinggi’ juga tidak dinyatakan sebagai ‘Air Mineral’ maupun ‘Air Demineral’.

Samakah Efeknya di Dalam Tubuh?

Dalam kadar tertentu, mineral dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut penelitian tahun 2025 yang terbit di Jurnal Nutrients, mineral seperti magnesium dan kalsium dalam air dibutuhkan untuk menjaga tekanan darah, fungsi otot, serta mendukung kesehatan tulang. Kandungan bikarbonat juga berperan menyeimbangkan pH tubuh dan mencegah asam lambung berlebih.

Beberapa studi dari Frontiers in Nutrition dari tahun 2022-2024 menunjukkan bahwa konsumsi air mineral secara rutin dapat membantu menurunkan risiko sindrom metabolik dan meningkatkan fungsi ginjal. Bagi orang dengan pola makan rendah mineral, air mineral bisa menjadi tambahan sumber mikronutrien penting yang membantu menjaga keseimbangan elektrolit.

Bagi mereka yang banyak beraktivitas atau mudah berkeringat, air mineral juga membantu mengembalikan elektrolit yang hilang. Karena itulah air mineral sangat cocok untuk konsumsi harian, baik di rumah, saat olahraga, maupun bekerja di luar ruangan.

Bagaimana dengan air demineral?

Meskipun tidak mengandung mineral, bukan berarti air demineral tidak punya manfaat. Terlebih, air demineral memiliki keunggulan dari segi kemurnian dan kebersihannya. Proses pemurnian membuat air ini bebas dari logam berat, klorin, mikroorganisme, maupun senyawa kimia lain yang bisa menimbulkan endapan.

Karena sifatnya yang sangat murni, air demineral sering digunakan pada alat medis seperti nebulizer, mesin dialisis, serta pada industri makanan dan farmasi agar tidak menimbulkan endapan atau reaksi kimia yang bisa mengubah hasil produk.

Bagi konsumen, air demineral juga bisa jadi pilihan saat kerja ginjal telah menurun. Air demineral juga baik diminum setelah mengonsumsi makanan yang tinggi mineral. Air demineral bisa menjadi pilihan sementara bila sumber air mineral sulit ditemukan, misalnya saat bepergian.

Namun, karena tidak mengandung mineral sama sekali, penggunaannya untuk konsumsi jangka panjang tetap tidak direkomendasikan.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

5 Jenis Teh yang Ternyata Ampuh Luruhkan Lemak di Perut, Apa Saja?


Jakarta

Kebanyakan orang mungkin berhasil menurunkan berat badannya dengan berbagai cara, seperti diet atau mengonsumsi makanan khusus. Tetapi, masih banyak yang mengeluhkan sulitnya menghilangkan lemak perut atau visceral fat.

Hal ini karena sebagian besar lemak perut berbeda dengan lemak di bagian tubuh lainnya. Sebagian lemak visceral terletak lebih dalam daripada lemak tubuh lainnya dan mengelilingi organ perut.

Tentunya, ini dapat berbahaya dan meningkatkan risiko penyakit jantung atau diabetes. Untungnya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu meluruhkan lemak-lemak di perut, salah satunya dengan mengonsumsi teh.


Teh secara alami mengandung berbagai antioksidan yang dikaitkan dengan beragam manfaat kesehatan, termasuk membantu menghilangkan lemak di sekitar perut. Dikutip dari Eat This Not That, berikut lima teh yang dapat dikonsumsi untuk meluruhkan lemak di perut:

1. Teh Hijau

Teh hijau sangat erat kaitannya dengan diet dan manfaatnya untuk menurunkan berat badan. Sebuah studi yang dipublikasikan pada 2002, peserta yang minum teh hijau memiliki risiko 44 persen lebih rendah terkena obesitas.

Sementara penelitian pada 2008 menemukan bahwa peserta obesitas yang rutin mengonsumsi teh hijau bisa menurunkan berat badan lebih banyak dibandingkan yang tidak.

Pada penelitian lainnya, mereka menyebutkan bahwa penurunan berat badan bisa terjadi karena kandungan polifenol dan sub kelompoknya, yang disebut sebagai katekin. Ini ditemukan dalam teh hijau yang disebut sebagai ECGC dan terkait dengan percepatan metabolisme.

2. Teh Hitam

Salah satu yang termasuk dalam teh hitam adalah earl grey. Teh ini disebut bisa menurunkan berat badan dan mengurangi lemak di perut.

Dalam laporan tahun 2016, polifenol pada teh hitam memiliki sifat anti-obesitas dan mampu mengurangi berat badan. Sementara itu, studi tahun 2014 mengungkapkan minum tiga cangkir teh hitam setiap hari selama tiga bulan dapat menurunkan banyak berat badan, termasuk lingkar pinggang.

3. Teh Putih

Teh putih juga disebut dapat mempercepat metabolisme dan meningkatkan oksidasi lemak. Minuman ini disebut mampu menurunkan berat badan dan mengelolanya dengan baik.

Berdasarkan laporan pada tahun 2003, teh putih juga bermanfaat untuk menurunkan berat badan khususnya lemak perut atau visceral.

4. Teh Oolong

Teh oolong ini berasal dari daun yang sama dengan teh hijau dan teh hitam. Bedanya, teh oolong teroksidasi sebagian, yang berbeda dengan teh hijau tidak teroksidasi atau teh hitam yang teroksidasi penuh.

Sebuah studi menunjukkan bahwa teh oolong mengandung polifenol untuk metabolisme cepat dan mengurangi lemak perut.

5. Teh Pu-erh

Teh Pu-erh terbuat dari daun dan batang tanaman Camellia sinensis, merupakan tanaman yang sama untuk membuat teh hijau, oolong, dan teh hitam. Meski sumber tanamannya sama, hasil teh yang diproduksi akan berbeda bila menggunakan proses yang berbeda.

Teh ini disebut ampuh menurunkan berat badan atau mengurangi lemak dalam beberapa penelitian. Pada sebuah studi tahun 2014 yang dipublikasikan di Phytotherapy Research, menemukan bahwa pria dengan sindrom metabolik yang minum teh pu-erh mengalami sedikit penurunan lemak tubuh dan indeks massa tubuh (IMT).

Selain itu, studi dari Nutrition Research menemukan bahwa ekstrak teh pu-erh dapat membantu menurunkan berat badan, IMT, dan lemak visceral pada orang dewasa di Jepang.

(sao/naf)



Sumber : health.detik.com

Pria Konsultasi Diet dengan ChatGPT, Bukannya Lebih Sehat Malah Keracunan


Jakarta

Seorang pria berusia 60 tahun dilarikan ke unit gawat darurat setelah mengikuti saran diet dari ChatGPT. Setelah tiga bulan konsisten mengubah pola makannya berdasarkan rekomendasi kecerdasan buatan, ia justru mengalami gejala masalah kejiwaan yang parah, termasuk halusinasi dan paranoia.

Laporan kasus ini, yang dipublikasikan di jurnal Annals of Internal Medicine Clinical Cases, menyebutkan pria itu mengalami bromisme, yaitu sindrom keracunan akibat paparan berlebihan terhadap senyawa kimia bromida yang ia konsumsi.

Semua berawal saat pria itu terinspirasi dari studi nutrisi di masa kuliahnya. Ia ingin menghilangkan klorida, senyawa penting yang ada di dalam garam (natrium klorida), dari pola makannya. Ia mengaku kesulitan menemukan literatur yang spesifik tentang pengurangan klorida.


Pria itu kemudian memutuskan untuk berkonsultasi dengan ChatGPT yang memberikan saran fatal: klorida bisa ditukar dengan bromida. Tanpa ragu, ia mengganti semua natrium klorida dalam makanannya dengan natrium bromida yang ia beli secara daring.

Untuk menguatkan temuan ini, dokter yang merawat pria tersebut mencoba bertanya kepada ChatGPT 3.5 tentang klorida yang bisa diganti, dan model AI itu memberikan respons yang menyertakan bromida.

Diagnosis dokter

Setelah tiga bulan mengonsumsi natrium bromida, pria itu datang ke UGD. Awalnya, hasil tes laboratorium menunjukkan kadar klorida yang tinggi, namun setelah diselidiki lebih lanjut, dokter mendiagnosisnya dengan ‘pseudohiperkloremia’, kondisi ketika senyawa bromida dalam jumlah besar mengganggu pengukuran klorida yang sebenarnya normal.

Tanda-tanda keracunan bromida yang ia alami semakin jelas setelah dirawat. Ia menjadi paranoid terhadap air yang diberikan, mencoba melarikan diri, dan mulai mengalami halusinasi parah.

Selain itu, muncul gejala fisik lain seperti jerawat di wajah, benjolan merah kecil di kulit, insomnia, kelelahan, dan masalah koordinasi otot.

Baru setelah kondisinya membaik dengan cairan, elektrolit, dan antipsikotik, pria itu memberi tahu dokter tentang penggunaan ChatGPT. Setelah tiga minggu, ia diizinkan pulang dalam kondisi stabil.

Kasus ini menjadi peringatan keras tentang bahaya mengandalkan kecerdasan buatan untuk saran medis atau kesehatan tanpa verifikasi dari tenaga profesional.

(sao/kna)



Sumber : health.detik.com

Prediksi Tren Diet Terbaik 2025, Badan Kurus Bonus Panjang Umur

Jakarta

Diet terbaik bukan hanya tentang penurunan berat badan dengan cepat. Diet ini juga menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

Setiap tahun, puluhan dokter gizi dan pakar diet di Amerika Serikat merilis prediksi pola makan yang akan populer. Ada beberapa prediksi tren diet populer di tahun 2025 yang mereka temukan dan dirilis oleh U.S. News and World Report.

Para panel ahli ini sepakat bahwa pola makan terbaik adalah yang bergizi lengkap dan mencakup karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang masing-masing berperan penting dalam fungsi tubuh.


“Sistem evaluasi peringkat Diet Terbaik yang diperbarui mencerminkan beragam kebutuhan dan tujuan individu, dengan mempertimbangkan faktor-faktor di luar penurunan berat badan,” kata Gretel Schueller, redaktur pelaksana kesehatan di U.S. News dikutip dari CNN.

Diet Mediterania telah memenangkan penghargaan tertinggi diet terbaik sejak tahun 2019 karena fokusnya pada pola makan seimbang sambil menekankan pentingnya makan bersama keluarga dan teman dan aktivitas sehari-hari juga latihan. Diet ini juga mengurangi konsumsi makanan manis dan merekomendasikan sejumlah kecil produk susu dan daging, terutama daging merah.

Laporan tahun 2025 juga memasukkan peringkat baru untuk pola makan yang dirancang untuk membantu kondisi kronis seperti radang sendi, divertikulitis, penyakit hati berlemak dan sindrom iritasi usus besar, atau tahapan kehidupan seperti menopause.

Prediksi tren diet 2025

1. Diet Mediterania

Diet Mediterania berfokus pada kualitas dan gaya hidup, bukan pada satu kelompok nutrisi atau makanan. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa model pola makan ini mengurangi risiko kondisi kesehatan kronis tertentu, seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2, sekaligus meningkatkan umur panjang dan meningkatkan kualitas hidup.

2. Diet DASH

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) adalah rencana makan fleksibel dan seimbang yang dikembangkan oleh National Heart, Lung and Blood Institute. Diet DASH adalah rencana makan untuk menurunkan atau mengontrol tekanan darah tinggi. Pola makan ini menekankan makanan yang lebih rendah sodium serta makanan yang kaya potasium, magnesium dan kalsium, nutrisi yang membantu menurunkan tekanan darah.

3. Diet Flexitarian

Diet Flexitarian adalah pola makan yang menganjurkan konsumsi sebagian besar makanan nabati, namun tetap memperbolehkan daging dan produk hewani lainnya dalam jumlah sedang.

4. Diet MIND

Diet MIND, yang merupakan singkatan dari Mediterranean-DASH Intervention for Neurodegenerative Delay, menggunakan dua pola makan yang telah terbukti, DASH dan Mediterranean, yang berfokus pada makanan yang meningkatkan kesehatan otak sehingga berpotensi menurunkan risiko penurunan mental.

(kna/kna)



Sumber : health.detik.com

Pejuang Diet Merapat, 5 Teh Ini Bisa Bantu Pangkas Lemak Lebih Cepat

Jakarta

Seperti halnya kopi, teh merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Teh memiliki beragam varian dengan rasa dan aroma yang berbeda-beda.

Beberapa varian teh juga terbukti secara ilmiah bermanfaat untuk kesehatan, termasuk dalam menurunkan berat badan. Teh-teh tersebut mengandung senyawa yang dapat meningkatkan metabolisme dan pembakaran lemak, sehingga mendukung penurunan berat badan yang lebih optimal.

Namun ingat, khasiat penurun berat badan dari teh tidak akan efektif jika tidak dibarengi dengan pola makan seimbang dan olahraga yang teratur.


Lantas, apa saja jenis teh yang terbukti dapat mendukung penurunan berat badan? Dikutip dari Eat This, berikut daftarnya.

1. Teh Hijau

Teh hijau adalah salah satu jenis teh yang sering dikaitkan dengan penurunan berat badan. Studi yang diterbitkan di International Journal of Environmental and Public Health pada 2022 menunjukkan konsumsi teh hijau dalam jumlah besar dapat menurunkan risiko obesitas hingga 44 persen.

Khasiat ini berasal dari katekin yang ada dalam teh hijau, khususnya epigallocatechin gallate (EGCG). EGCG diketahui dapat meningkatkan laju metabolisme, sehingga tubuh membakar lebih banyak kalori.

2. Teh Hitam

Tak hanya teh hijau, khasiat penurun berat badan juga dimiliki teh hitam. Sebuah laporan yang diterbitkan di jurnal Molecules pada 2016 menemukan teh hitam mengandung polifenol yang memiliki sifat antiobesitas. Polifenol ini juga dapat membantu mengurangi berat badan dan lemak visceral.

Studi lain yang dilakukan pada 2014 menunjukkan partisipan yang mengonsumsi tiga cangkir teh hitam setiap hari selama tiga bulan mengalami penurunan berat badan dan lingkar pinggang yang lebih besar dibanding partisipan yang tidak minum teh hitam.

3. Teh Putih

Seperti halnya teh hijau, teh putih juga dapat meningkatkan laju metabolisme dan oksidasi lemak. Keduanya dapat berperan dalam pengelolaan berat badan secara keseluruhan.

Studi yang diterbitkan di Food Safety and Health juga menunjukkan teh putih memiliki manfaat dalam mengurangi berat badan dan lemak visceral.

4. Teh Oolong

Oolong adalah jenis teh yang daunnya mengalami proses oksidasi sebagian. Penelitian menunjukkan teh oolong mengandung polifenol yang dikaitkan dengan peningkatan metabolisme dan penurunan lemak di perut.

Penelitian lain menunjukkan polifenol yang terkandung dalam teh oolong juga dapat membantu mengurangi jaringan lemak visceral.

5. Teh Pu-erh

Teh pu-erh adalah jenis teh yang diolah melalui proses fermentasi daun tanaman Camellia sinensis, tanaman yang juga digunakan untuk membuat teh hijau, teh hitam, oolong, dan teh putih.

Khasiat teh pu-erh untuk menurunkan berat badan pun sudah terbukti secara ilmiah. Sebuah studi yang diterbitkan di Phytotherapy Research pada 2014 menemukan pria dengan sindrom metabolik yang mengonsumsi teh pu-erh mengalami penurunan berat badan dan indeks massa tubuh.

Studi lain yang diterbitkan di Nutrition Research juga menunjukkan ekstrak teh pu-erh dapat membantu menurunkan berat badan, indeks massa tubuh, dan lemak visceral pada pria dewasa di Jepang.

(ath/kna)



Sumber : health.detik.com

5 Alasan Berat Badan Nggak Turun Meski Sudah Diet Ketat

Jakarta

Menurunkan berat badan tidak cukup dengan sekadar mengurangi porsi makan saja. Terkadang, berat badan bisa tidak berkurang meski sudah melakukan diet ketat. Apa penyebabnya?

Memang, cara menurunkan berat badan tidak jauh dari yang namanya diet. Namun, ada sejumlah faktor lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan.

Misalnya, sering stres atau kurang tidur. Meski terkesan sepele, hal-hal tersebut bisa menghambat proses penurunan berat badan.


Lalu, apa saja penyebab berat badan tidak turun meski sudah diet? Dikutip dari Livestrong, berikut pembahasannya.

1. Tidak Menghitung Kalori yang Dikonsumsi

Kalori adalah salah satu aspek penting dalam proses penurunan berat badan. Jika seseorang terus menerus mengonsumsi kalori lebih dari apa yang dibutuhkan tubuh, tentu akan semakin sulit mencapai berat badan ideal.

Untuk bisa menurunkan berat badan, seseorang perlu mencapai defisit kalori. Defisit kalori adalah kondisi ketika jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih sedikit dari kebutuhan harian.

Sebagai gantinya, tubuh akan membakar timbunan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi. Hal inilah yang kemudian berdampak terhadap penurunan berat badan.

Namun perlu diingat, jangan mengurangi asupan kalori terlalu drastis. Mengonsumsi kurang dari 1.200-1.500 kalori harian sebenarnya dapat menghambat penurunan berat badan dan bahkan membahayakan kesehatan.

2. Memilih Makanan yang Kurang Bergizi

Diet bukan hanya soal jumlah makanan saja. Jenis makanan yang dikonsumsi pun harus diperhatikan.

Gagal diet dapat disebabkan oleh asupan makanan yang kurang bergizi. Makanan seperti roti tawar, makanan ringan kemasan, olahan daging, gorengan, dan minuman bersoda sebenarnya dapat mendorong seseorang untuk mengonsumsi lebih banyak makanan pada waktu makan berikutnya.

Sebuah studi yang dilakukan pada 2019 menemukan orang yang mengonsumsi makanan ultra proses cenderung mengonsumsi 500 kalori lebih banyak, dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi makanan tersebut. Inilah yang dapat menghambat proses penurunan berat badan dan bahkan memicu obesitas.

3. Sering Stres

Stres dapat memberikan dampak signifikan terhadap proses penurunan berat badan.

Hormon kortisol yang memicu stres memiliki efek untuk meningkatkan keinginan makan. Alhasil, orang yang sedang stres cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan, khususnya makanan yang tinggi gula, karbohidrat, dan lemak tidak sehat. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah ’emotional eating’ atau ‘stress eating’.

4. Kurang Tidur

Kualitas tidur dan berat badan memiliki kaitan yang sangat erat. Sebuah ulasan penelitian yang dipublikasikan di Nutrition Reviews Universitas Oxford menemukan tidur malam kurang dari tujuh hingga delapan jam dikaitkan dengan risiko obesitas yang lebih tinggi.

Hal ini dikarenakan kurang tidur meningkatkan jumlah hormon penambah nafsu makan. Akibatnya, orang yang kurang tidur akan memiliki keinginan untuk makan lebih banyak keesokan harinya.

5. Memiliki Kondisi Medis Tertentu

Jika berat badan tak kunjung turun meski sudah diet dan berolahraga, maka ada baiknya untuk memeriksakan diri ke dokter. Pasalnya, ini bisa saja disebabkan oleh kondisi medis yang selama ini tidak disadari, seperti gangguan tiroid, sindrom Cushing, atau sindrom Prader-Will.

Konsumsi obatan-obatan tertentu, seperti antidepresan, obat antikejang, obat diabetes, dan beta-blocker juga dapat membuat penurunan berat badan menjadi lebih sulit.

(ath/kna)



Sumber : health.detik.com

Pejuang Diet Merapat! Ini 8 Buah yang Bisa Cepat Turunkan BB


Jakarta

Buah-buahan adalah salah satu jenis makanan yang kerap direkomendasikan untuk diet. Tentunya bukan tanpa alasan, sebab buah-buahan mengandung berbagai macam nutrisi yang bisa menunjang penurunan berat badan.

Salah satu nutrisi utama pada buah-buahan adalah serat. Serat dapat membantu melancarkan fungsi pencernaan, meningkatkan rasa kenyang, serta mengendalikan nafsu makan.

Beberapa jenis buah-buahan juga mengandung sejumlah nutrisi yang turut mendukung pengelolaan berat badan, seperti vitamin dan antioksidan.


Pertanyaannya, buah apa saja yang paling baik dikonsumsi saat diet untuk menurunkan berat badan? Dikutip dari berbagai sumber, berikut daftarnya.

1. Apel

Apel kaya akan polifenol, yakni zat antioksidan yang mampu melawan peradangan. Buah ini juga kaya akan serat yang mengenyangkan. Satu buah apel berukuran sedang beserta kulitnya dapat mengandung lebih dari 4 gram serat, atau 14 persen dari rekomendasi asupan serat harian.

Sebuah studi juga menemukan mengonsumsi apel sebelum makan dapat mengurangi asupan kalori.

2. Alpukat

Meskipun alpukat memiliki kadar lemak dan kalori yang tinggi, buah ini merupakan salah satu pilihan tepat untuk menurunkan berat badan.

Sebuah studi pada 2021 mengungkapkan konsumsi alpukat dikaitkan dengan penurunan lemak visceral, yakni lemak yang menumpuk di area rongga perut. Penelitian serupa juga menemukan alpukat dapat meningkatkan rasa kenyang dan menekan keinginan untuk makan sebesar 28-40 persen selama lima jam berikutnya.

3. Blueberry

Blueberry termasuk buah rendah kalori dengan sekitar 85 kalori per cangkir. Buah ini juga memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.

Penelitian menunjukkan mengonsumsi 150 gram (sekitar satu cangkir) blueberry setiap hari dapat mengurangi risiko penyakit jantung hingga 15 persen.

Anthocyanin, sejenis antioksidan yang ada pada blueberry, juga dapat membantu menurunkan berat badan. Studi menunjukkan asupan antosianin yang tinggi dikaitkan dengan massa lemak yang lebih rendah, yaitu sekitar 3-9 persen.

4. Kiwi

Satu buah kiwi mengandung sekitar 50 kalori dan kurang dari 7 gram gula. Perpaduan ini membuat kiwi cocok dikonsumsi oleh orang yang sedang diet untuk menurunkan berat badan.

Buah kiwi juga dapat membantu pengelolaan berat badan. Sebuah studi pada 2020 menemukan konsumsi kiwi secara rutin pada orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas dapat menyebabkan penurunan lemak tubuh, tekanan darah, dan penanda inflamasi secara signifikan.

5. Jeruk

Jeruk identik dengan vitamin C. Selain bermanfaat untuk sistem kekebalan tubuh, vitamin ini juga dapat menunjang proses penurunan berat badan.

Sebuah studi yang dilakukan pada 2005 menemukan vitamin C dapat meningkatkan pembakaran lemak 30 persen lebih banyak saat berolahraga. Kandungan serat dan air pada jeruk juga dapat meningkatkan rasa kenyang dan menekan nafsu makan.

6. Pir

Pir memiliki kandungan senyawa alami yang terbukti dapat menurunkan kadar gula darah, meredakan peradangan, serta menjaga kesehatan paru-paru dan jantung. Buah ini juga merupakan pilihan yang baik untuk menurunkan berat badan.

Sebuah studi yang dilakukan pada 2019 menemukan orang dewasa yang mengonsumsi dua buah pir setiap hari dapat mengalami penurunan ukuran lingkar pinggang hingga 0,7 cm.

Pir juga kaya akan serat, air, serta rendah kalori. Kombinasi ini menjadikannya buah yang ideal dikonsumsi saat diet.

7. Stroberi

Seperti buah beri lainnya, stroberi termasuk buah yang rendah kalori dan gula. Di sisi lain, stroberi juga mengandung serat dan antioksidan tinggi, membuatnya sangat berkhasiat bagi orang-orang yang ingin menurunkan berat badan.

Stroberi juga sudah diteliti potensinya untuk melawan berbagai macam penyakit, seperti sindrom metabolik, diabetes, obesitas, penyakit jantung, hingga kanker. Jadi selain membantu menurunkan badan, mengonsumsi stroberi secara rutin juga dapat melindungi dari risiko penyakit yang membahayakan nyawa.

8. Semangka

Kandungan air, serat, antioksidan, dan nutrisi lainnya membuat semangka menjadi salah satu buah yang tepat untuk mendukung penurunan berat badan.

Dalam sebuah penelitian, orang dengan obesitas yang mengonsumsi 2 cangkir semangka potong mengalami penurunan indeks massa tubuh (body mass index/BMI), rasio pinggang-pinggul, tekanan darah sistolik, dan stres oksidatif yang signifikan. Selain itu, mereka juga mengaku merasa kenyang lebih lama, dan keinginan untuk makan lebih banyak berkurang.

Semangka juga termasuk buah yang rendah kalori, sehingga cocok dikonsumsi oleh pejuang diet yang berusaha mencapai defisit kalori.

(ath/naf)



Sumber : health.detik.com

Milenial hingga Gen Z Berisiko 4 Kali Lipat Kena Kanker Usus, Waspadai Gejalanya


Jakarta

Kimmie Ng, dokter onkologi saluran cerna dari Harvard Medical School dan pendiri Young-Onset Colorectal Cancer Center di Boston, mengatakan angka kejadian kanker usus besar dan rektum pada usia muda meningkat sekitar 2 persen setiap tahun sejak pertengahan 1990-an.

“Awalnya kami kaget, karena pasiennya masih muda, sehat, tidak punya faktor risiko, bahkan tanpa riwayat keluarga, tapi sudah terdiagnosis stadium 4. Dan kasus seperti ini sekarang makin sering,” beber Dr Ng.

Menurutnya, pasien penting untuk mengenali gejala awal kanker kolorektal.


Gejala utama yang kerap muncul pada pasien muda adalah keluarnya darah bersama tinja.

“Kalau darah tampak tercampur di dalam tinja, bukan hanya di permukaan atau di tisu, itu lebih mengkhawatirkan dan perlu diperiksa,” jelasnya.

Tanda lain yang harus diwaspadai:

  • Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
  • Perubahan pola buang air besar (sering diare atau sembelit baru)
  • Tinja menjadi lebih tipis
  • Sakit perut atau perut terasa penuh
  • Lemas karena anemia (kurang darah)
  • Jika mengalami gejala-gejala ini, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.

Faktor Lingkungan Diduga Berperan

Para peneliti menduga perubahan lingkungan dan gaya hidup modern berperan besar dalam peningkatan kasus kanker di usia muda.

“Setiap generasi setelah tahun 1950 mengalami risiko yang lebih tinggi,” kata dr Ng.

Generasi Muda

Orang yang lahir tahun 1990, misalnya, punya risiko terkena kanker rektum 4 kali lebih tinggi dan kanker usus besar 2 kali lebih tinggi dibanding mereka yang lahir pada 1950.

Hal ini menunjukkan penyebabnya tidak mungkin dari genetik semata, karena gen manusia tidak berubah banyak dalam 30 tahun.

Faktor-faktor lingkungan yang mungkin berperan antara lain:

Obesitas (kegemukan)

Kurang aktivitas fisik

Pola makan tinggi daging merah, ultra processed food, dan gula tambahan.

Konsumsi minuman berpemanis berlebihan

Meski begitu, dr Ng mengakui banyak pasien muda yang tidak memiliki faktor risiko sama sekali.

“Sebagian dari mereka adalah pelari maraton, makan sehat, hidup aktif, tapi tetap terdiagnosis kanker usus besar,” ujarnya.

Peran Pemeriksaan Genetik

Kebanyakan kasus kanker usia muda tidak disebabkan faktor keturunan, tetapi mereka yang terkena di usia muda punya kemungkinan lebih tinggi memiliki sindrom genetik tertentu, seperti Lynch Syndrome atau Familial Adenomatous Polyposis.

Karena itu, dr Ng menyarankan agar semua pasien muda yang terdiagnosis kanker menjalani tes genetik keluarga.

Mengetahui riwayat kanker dalam keluarga juga sangat penting. Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalaminya, seseorang bisa memulai skrining lebih awal, langkah yang berpotensi menyelamatkan nyawa.

Walau menakutkan, dr Ng mengingatkan bahwa kanker di usia muda bisa dilawan, terutama jika terdeteksi lebih awal.

Ia menegaskan pentingnya skrining rutin mulai usia 45 tahun, atau lebih muda bila ada riwayat keluarga.

“Deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa. Banyak orang menunda pemeriksaan karena malu atau takut, padahal semakin cepat ditemukan, semakin besar peluang sembuh,” katanya.

(naf/kna)



Sumber : health.detik.com

Remaja Belanda Mendadak Hanya Bicara Bahasa Inggris usai Operasi Lutut, Kok Bisa?


Jakarta

Seorang remaja berusia 17 tahun di Belanda menjalani operasi lutut setelah cedera saat bermain sepak bola. Setelah menjalani operasi dia mendadak hanya berbicara dalam bahasa Inggris.

Dikutip dari laman Live Science, remaja ini berulangkali sangat meyakini kalau dia berada di Amerika Serikat. Padahal, dirinya hanya berbicara bahasa asing tersebut selama pelajaran bahasa Inggris di sekolah.

Remaja yang tidak disebutkan namanya ini juga tidak mengenali orang tuanya, serta tidak bisa berbicara bahasa Belanda lisan. Menurut laporan kasus, pasien tidak memiliki riwayat gejala kejiwaan dan tidak memiliki riwayat medis keluarga yang relevan, selain beberapa kasus depresi dari pihak ibu.


Pada awalnya, perawat yang menyadari pasien berbicara bahasa Inggris mengira remaja itu mengalami delirium emergensi, suau kondisi yang bisa terjadi selama pemulihan dari anestesi. Namun, setelah pasien tidak juga berbicara bahasa Belanda sepatah kata pun beberapa jam kemudian, mereka memanggil psikiater.

Saat diperiksa oleh tim psikiatris, pasien bisa menjawab pertanyaan, meski dalam bahasa Inggris dengan aksen Belanda. Kemudian dia mulai memberi jawaban singkat dalam bahasa Belanda meski kesulitan.

Pasien kemudian didiagnosis mengidap Foreign Language Syndrome (FLS) atau sindrom bahasa asing. Kondisi ini terjadi saat seseorang tiba-tiba dan tanpa sadar beralih menggunakan bahasa kedua bukan bahasa ibu dalam jangka waktu tertentu.

Ahli saraf tidak menemukan kelainan apapun selama pemeriksaan neurologis lengkap pasien. Kemudian, setelah melalui 18 jam pasca operasi, remaja ini mampu memahami bahasa Belanda meski belum bisa berbicara dalam bahasa tersebut.

Namun, saat temannya datang mengunjungi dirinya sehari setelah operasi, tiba-tiba dia bisa memahami dan berbicara bahasa Belanda lagi. Sebab dia secara spontan mulai berbicara dalam bahasa aslinya, dokter menganggap tidak perlu melakukan tes neuropsikolgis, elektroensefalogram (EEG), atau jenis pemindaian otak lainnya. Pada akhirnya, dia diperbolehkan pulang tiga hari setelah operasi.

(elk/suc)



Sumber : health.detik.com